Maaf banget ya gaiss aku bikin extra partnya setelah sekiannnnn lama banget. Ini juga kembali setelah sekian lama ga buka wattpad :'))
--------------------
Anna bergerak gusar di kasurnya. Rasa haus menyerang tenggorokannya, ia butuh air. Tangan Anna bergerak meraba bagian kasur di sebelah kirinya, mencari seseorang yang bisa membantunya mengambilkan segelas air. Usia kehamilannya yang sudah menginjak 3 bulan membuatnya semakin mudah lelah. Terutama disaat malam, Anna semakin sulit untuk bergadang untuk menemani Desmond yang bekerja hingga pagi di ruang kerjanya.
Apalagi Retta, ia membuat gadis itu sering sekali datang ke rumahnya untuk menemani Anna yang sering merasakan morning sick.
Anna bangun dari posisinya, ia menyandarkan tubuhnya pada kepala kasur, tangannya mencari sebuah tombol di nakasnya. Menyalakan lampu kecil di kamar besar milik Desmond.
"Des..." panggil Anna dengan suara parau, ditambah dengan tenggorokannya yang kering. Anna menurukan kedua kakinya, ia melangkah keluar kamar menuju ruang kerja Desmond.
Kakinya berjalan dengan pelan, tangannya memegang punggungnya kini terasa sakit. Mungkin karena salah posisi saat tidur tadi.
"Des.." panggil Anna lagi, namun belum ada jawaban dari Desmond atau tanda kehadirannya. Biasanya saat Anna memanggil Desmond, laki laki itu dengan cepat menghampirinya, ditambah dengan adanya bayi di perut Anna.Anna memasuki ruang kerja Desmond, laki laki itu ternyata masih fokus mengetik sesuatu pada laptopnya. "Ah.. kapan dia beristirahat jika seperti ini?" Batin Anna. Ia meneruskan langkahnya ke meja kerja Desmond. Laki laki itu menoleh dan menatap istrinya, tubuh lelahnya bersandar pada kursi, ia menepuk nepuk pahanya. Meminta Anna untuk duduk di pangkuannya.
"Terbangun lagi, hm?" Tanya Desmond dengan senyum.
Gadis dengan dress tidur itu duduk di pangkuan Desmond, tangannya ia lingkarkan pada leher laki laki itu. Begitu juga kepalanya, ia menyandarkannya pada dada bidang Desmond. Anna mengusak pelan pada bahu Desmond. Fase hamil ini membuat Anna yang selama ini tegar dan mandiri berubah menjadi seorang yang lebih manja, namun tetap galak seperti biasanya. Bahkan lebih galak dan sensitif.
"Des.. kamu ninggalin aku lagi saat tidur.." gumam Anna di pangkuan Desmond. Desmond mengelus rambut Anna pelan dan mencium pipi wanitanya.
"Itu karena banyak kerjaan yang harus ku selesaikan, Anna." Desmond mencium pipi Anna lembut.
"Kau kenapa terbangun? Tidurlah lagi, aku akan menemanimu tidur." Ucapnya pada Anna yang masih bergelayut manja pada Desmond."Hmm.." Anna menggeleng pelan.
"Aku haus.." ucapnya pelan."Tunggu sebentar, aku ambilkan minum untukmu. Atau kau mau susu hangat?" Tanya Desmond dengan lembut.
"Nanti saja.."
"Aku mau 'ini', boleh?" Tanya Anna sambil menunjuk bibir Desmond dengan telunjuknya.Desmond menurut, ia mencium bibir Anna dengan lembut, yang tentu dibalas oleh gadis itu.
"Cukup? Kalau begitu aku ambilkan kamu minum, oke?" Tanya Desmond, ia beranjak untuk bangkit, namun dicegah oleh Anna.
"Nanti, aku masih mau lagi.." ucapnya pada Desmond. Laki laki itu kini menarik rambutnya kasar. Sifat Anna yang berubah drastis seperti ini tentu membuatnya harus menahan godaan besar. Jika saja Anna tidak sedang hamil, ia mungkin saja sudah menelanjangi tubuh Anna dan bermain dengannya hingga pagi. Tapi kini itu semua harus ia tahan, kalau tidak akan terjadi sesuatu pada calon anaknya, maupun istrinya.Desmond pun mencium bibir Anna lagi, lebih lembut dengan napas yang ia tahan. Takut akan membuat Anna semakin bersemangat untuk menciumnya.
"Sudah, ayo kita minum dan tidur." Ucap Desmond, ia bergerak pelan, berusaha agar Anna bangkit dari posisinya."Aku masih mau cium, Des." Kata Anna dengan nada kecewanya. 'Oh, shitt..' gumam Desmond dalam hati.
"Tidak bisa, Anna." Ucap Desmond dengan nada lembutnya, ia menghela napas beratnya di akhir kalimatnya.
"Tapi aku mau cium!"Desmond mengacak rambutnya kasar.
"Dengar, kalau aku terus menciumimu, aku akan melewati batasku, dan kau harus menanggung semuanya. Dan itu dapat melukai anak kita, Anna." Suara Desmond kini terdengar lebih pelan dan seperti nada putus asa."Kalau begitu, kenapa tidak bermain lebih pelan?" Anna mencium bibir Desmond.
"Cukup, Anna." Desmond menggendong tubuh Anna dan membawa wanitanya ke kamarnya kembali. Anna tersenyum senang, ia juga melupakan rasa haus pada tenggorokannya dan merasa sudah cukup dengan ciuman dari Desmond.
"Setelah ini, jangan salahkan aku jika kau harus terjaga hingga pagi, Anna."
######
Pagi ini Anna terbangun cukup awal, padahal ia baru melanjutkan tidurnya pukul 5 tadi. Tentunya karena aktivitas melelahkannya dengan Desmond.
Anna menaruh kedua tangannya pada sisi wastafel, menundukan kepalanya, air keran tersebut mengalir dan sesekali ia gunakan untuk berkumur dan membersihkan sekitaran mulutnya. Rasa mual melandanya disaat pagi, mengapa harus disaat ia merasa lelah?
Pintu kamar mandi terbuka, menampilkan sesosok dengan tubuh shirtlessnya. Desmond melangkah mendekati Anna, ia memeluk tubuh gadis itu.
"Kau tidak apa? Mual?" Tanyanya pada Anna yang dijawab anggukan oleh wanita itu."Tunggulah di kamar, akan kubuatkan air hangat untukmu dan berapa obat pereda mualmu." Desmond pun beranjak dari tempatnya dan keluar kamar mandi. Setelah Anna selesai, ia kembali ke kamar dan tiduran di kasurnya.
Anna beruntung, ia sangat beruntung memiliki suami seperti Desmond. Dia sangat menyayanginya, bahkan disaat saat merepotkan seperti ini. Kadang Anna juga merasa kasihan pada Desmond, laki laki itu sibuk dengan urusan kantornya. Namun ia masih harus mengurus Anna yang menjadi manja.
"Ini obatmu. Minumlah dulu." Ucap Desmond yang kini duduk di pinggir kasur, ia memberikan obat dengan segelas air hangat pada Anna, yang langsung di teguk olehnya. Anna memperhatikan wajah tampan Desmond, wajah yang tampan namun terlihat jelas kalau ia sangat lelah sekarang. Kantong matanya yang besar ditambah wajahnya yang terlihat lelah.
"Des.. makasih. Maaf kalau aku merepotkanmu." Ucap Anna pelan, ia menunduk setelah memberikan gelasnya kembali pada Desmond.
Desmond yang mendengar ucapan Anna hanya menaikan sebelah alisnya, ia bingung dengan perkataan Anna. Tidak lama ia kemudian tersenyum hangat.
"Tidak masalah, itu kewajibanku." Ucapnya singkat namun cukup membuat Anna tenang dan tersenyum singkat."Kalau begitu, tidurlah lagi. Aku akan menyuruh Vier membuatkanmu sarapan." Desmond kemudian menyelimuti tubuh Anna dan mengecup keningnya lembut.
"Kau akan ke kantor? Mengapa tidak libur saja, kau terlihat sangat lelah, Des.." ucap Anna yang dijawab senyum oleh Desmond.
"Hari ini ada tamu penting yang harus ku sapa, Anna. Setelah urusanku selesai, aku akan pulang. Baik baik di rumah, oke?" Pesan Desmond pada Anna.
"I love you." Desmond mengecup bibir Anna singkat. Kemudian pandangan Desmond turun ke bawah, ke perut Anna. Ia mengelus perut Anna disana, meski berlapis selimut.
"I love you, baby." Ucap Desmond yang dijawab senyuman oleh Anna. Anna harus bersyukur pada Tuhan atas semua yang Ia berikan, hingga membuatnya sangat menyukai hidupnya yang sekarang.
Segini dulu ya extra partnya readers, semoga kalian suka, maaf ya kalau berantakan dan sangat lama untuk postnya 😘😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
15% (OPEN PO)
RomanceKehidupan seorang gadis yang berusaha mati matian hidup ditengah kejamnya kehidupan kota New York City,dengan memiliki segudang masa lalu kelam cinta yang membekas di hatinya. Anastasia Miller Seorang gadis tangguh, dengan tubuhnya yang lang...