"Tidak.. aku hanya kesal pada temanmu!" Jawab Anna sambil menatap balik pria itu.
"Baguslah.. kalau gitu, ayo kita ke kantor!" Ajak Desmond, kemudian ia menggengam tangan Anna. Jemari pria itu terlihat pas di jari jari ramping Anna, membuatnya terasa nyaman pada genggaman hangat pria itu. Anna tersenyum sambil menatap tangannya yang kini mengait pada tangan pria itu."Beruntungkah aku dicintai pria sepertinya?" Kata kata itu seakan terlintas dipikiran Anna bersamaan dengan senyuman di pipinya.
----------------------------
"Bagaimana hubunganmu dengan Anna?" Tanya Dave sambil menyeruput kopinya. Kini Dave berada di ruangan pria itu.
Seperti kegiatan ia yang sering ia lakukan dulu. Datang ke ruangan Desmond dan mengerjakan tugasnya disana sambil berbincang.
"Lebih baik." Jawab Desmond singkat, jemarinya masih lincah mengetik sesuatu pada laptopnya. Matanya juga tidak hilang fokus dari layar laptop.
"Baguslah..."
"Oh iya.. maaf mengganggumu tadi pagi." Sesal Dave namun ada kekehan di akhir ucapannya."Kau sudah mengganggu kegiatanku 2 kali."
"Pertama, kau menggangguku dan Anna saat di ruang meeting dan kedua, tadi pagi kau mengacaunya." Jelas Desmond, kali ini ia melepaskan pandangannya dari laptop dan menatap pria yang masih terkekeh itu."Itu salahmu juga, Des. Kau tidak mengunci pintumu. Beruntung aku yang melihatnya, bagaimana jika pelayan rumah? Atau mungkin ibumu? Atau adikmu?" Ucapan Dave terdengar seperti menakut nakuti Desmond.
"Tentu tidak akan." Desmond akhirnya kembali fokus pada laptopnya. Tidak ke kantor selama berberapa hari, cukup membuatnya sedikit keteteran. Karena banyak permintaan dari perusahaan yang ingin mengajukan kerjasama dengan Christopher corp.
"Oh iya.."
"Aku dan Retta mengusulkan untuk pergi liburan. Kau ikut?" Tanya Dave seraya mengambil berkas berkas yang berada di pinggir meja Desmond dan membacanya. Namun Desmond tidak menanggapinya, ia tetap fokus pada laptopnya."Tentu Anna ikut." Tambah Dave begitu tidak ada jawaban dari pria yang sibuk itu. Begitu mendengar nama 'Anna', pria itu langsung menghentikan aktivitasnya dan menatap Dave.
"Benarkah?"
"Kapan kita akan pergi?"
"Kemana kita akan pergi?" Pertanyaan Desmond seakan menjadi jawaban bagi Dave atas ajakannya barusan. Cukup mudah untuk mengajak Desmond, hanya perlu mengatakan kalau Anna ikut, pria itu menerima langsung ajakannya, tanpa harus berlama lama dan berfikir panjang."Baiklah.. ku anggap itu sebagai jawaban."
"Waktunya akan ku kabari, mengenai kemana kita akan pergi, aku tidak bisa memberitahumu dulu. Ini kesepakatanku dan Retta." Dave terkekeh sambil menyeruput kopinya. Desmond memperhatikannya dan tak menjawab perkataan Dave, ia hanya mengedikan bahunya, acuh dan kembali bekerja.
######
Retta masih memilih pakaian branded itu dengan sangat cermat. Ia tidak ingin mendapat barang yang jelek atau bahannya yang kurang nyaman untuknya.
"Ann, bagaimana? Cocok, tidak?" Tanya Retta, ia menunjukan dress yang cukup santai berwarna putih.Anna melihatnya sekilas lalu ia mengangguk mengiyakan. Sebenarnya semenjak mereka masuk ke butik itu, Anna hanya mengangguk mengiyakan begitu Retta menanyakan pendapatnya. Sebenarnya ia sangat malas jika harus mengomentari setiap baju yang dipilih Retta.
KAMU SEDANG MEMBACA
15% (OPEN PO)
RomanceKehidupan seorang gadis yang berusaha mati matian hidup ditengah kejamnya kehidupan kota New York City,dengan memiliki segudang masa lalu kelam cinta yang membekas di hatinya. Anastasia Miller Seorang gadis tangguh, dengan tubuhnya yang lang...