Part 17

16.7K 815 18
                                    

Setelah ia yakin sudah tidak ada, ia memungut kertas yang tadi ia lempar dan memasukannya lagi ke tas. Ia juga memasukan tas tersebut ke kantong belanja tadi. Sebelum akhirnya ia kembali tiduran di kasur empuknya. Dan mencoba untuk tidur karena begitu lelahnya hari ini, dan ia harus bangun pagi besok.

---------------------------

"Ayo, anak-anak kelas musik akan dimulai!" Ucap seorang guru musik yang bernama Mr. Dane. Setelah mendengar itu anak-anak pun duduk dikursi masing-masing didalam kelas musik.

"Okay kids, sekarang tugas kalian, pilih partner kalian untuk bermain musik bersama. And remember only 2 peoples in group." Lanjut Mr. Dane kepada murid dikelas itu.

Anna yang mendengar itu hanya bingung, karena di kelas ini hanyalah dia yang belum mendapatkan partner, dia junior disini jadi Anna belum terbiasa bergaul dengan seniornya.

Lalu pandangan Anna terhenti pada seniornya yang ia lihat di ruangan Mrs. Watson sang Kepala Sekolah.
'Sepertinya dia belum mendapat partner' batin Anna.

Belum sampai ia mendatangi seniornya itu. Senior itu sudah berjalan kearahnya.

"Need a partner?" Ucapnya singkat.
"Aaaa......." belum sampai Anna menjawab.
"Tidak usah dijawab, kau belum mendapatkan partner."
"Bagaimana kau tahu kalau aku belum mendapatkan partner?"
"Ekspresimu dan logat bicaramu menggambarkan semuanya." Ucapnya dingin.
"Jangan sok tahu!" Balas Anna.

"Daripada kita membicarakan hal yang tidak penting, kau butuh partner atau tidak? Kalau tidak aku akan mencari partner lain." Ucapnya panjang, mungkin kalimat terpanjang yang pernah ia ucapkan ke Anna.

"Fine. Aku mau bergabung denganmu"
"Good. Jadi apa yang akan kita mainkan?"
"Terserah..."
"Kau ini... Tidak berpendirian." Ucapnya ketus.
"Hah?? Wooow.... Jaga ucapanmu, kau belum mengenalku."
"Aku memang belum mengenalmu."
"Okayy... Up to you." Kesal Anna.

"Bagaimana Anna kau sudah mendapatkan partner?" Tanya Mr. Dane.
"Iya, Sir."
"Siapa partnermu?"
"Ini Sir, dia...." Pikir Anna karena ia tidak tahu siapa nama seniornya ini.
"Sid." Sela senior itu.
"Oh kau ternyata.... Good choice An, aku bisa jamin groupmu akan membuatku terpukau." Lalu meninggalkan mereka berdua.

"Jadi namamu Sid. Mengapa kau tidak memberi tahuku?"
"Kau tidak menanyakannya Anna." Kekeh dia.

Itu pertama kalinya ia menyebut nama Anna dan tertawa kecil didepan Anna. Yang membuat Anna terdiam sejenak. Bukan karena kata yang diucapkan seniornya itu.
Tetapi dibalik wajah dingin dan ketusnya yang ia lihat selama ini, terdapat wajah ramah, hangat dan tampan. Bukan maksudnya ia selama ini tidak tampan, tetapi saat ia tertawa kecil seperti itu membuatnya terlihat berkali kali lipat lebih tampan.

"Heii... Aku tidak menyuruhmu menatapku. Daripada kau berpikir tentang wajahku ini, lebih baik pikirkan apa yang akan kita bawakan nanti."
"Jangan terlalu percaya diri... Wajahmu tidak ada apa-apanya dibandingkan yang lain." Ketus Anna.

"Baiklah... Kau bisa bernyanyi?" Tanyanya.
Lalu dijawab Anna dengan anggukan.
"Kau menyanyi, aku memainkan musik."

"Siapa yang menyuruhmu memutuskannya?"
"Aku tidak membutuhkan pendapatmu, kurasa ini keputusan yang terbaik."
"Astaga... Bagaimana jika aku tidak mau?"
"Aku akan bergabung ke kelompok lain."
"Mana bisa? Kau tidak lihat mereka sudah mempunyai pasangan masing-masing."
"Easy for me. So?" Anna hanya menanggapinya dengan diam.
"Kuanggap itu iya." Ucapnya dengan senyum kemenangan.

15% (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang