"See you, next week, Dad.." Anna pun melepaskan pelukannya, ia berjalan ke arah mobil.
"Kami duluan, Mr, Mrs. Miller.." pamit Desmond kepada keduanya. Yang dijawab senyuman hangat dari Mrs. Miller."Hati hati menyetirnya, Desmond.." pesan Mrs. Miller sebelum mobil sport itu berangkat, dan melaju kembali ke New York.
----------------------------
Anna terdiam, ia menatap kolam yang berada di belakang sekolahnya. Tangannya meraih batu kecil dan melemparkannya ke arah kolam, hingga terlihat pantulan dari batu kecil yang dilemparkan Anna.
Ia menghela napas, tubuhnya memeluk kedua kakinya masih di plester sembari melempar batuan kecil. Tangan kecil Anna, mengusap luka pada lututnya, yang kemarin diobati oleh Sid. Otaknya masih berfikir siapa sebenarnya Sid itu.
"Apa yang kau lakukan disini, Anastasia?" Tanya seseorang dengan suara khas remaja puber.Kepala Anna yang menunduk kini terangkat menatap sumber suara. Tubuhnya terkejut, napasnya juga tercekat. Apa Tuhan tahu orang yang sedang ia pikirkan sekarang?
"Hey!!" Sid mengibaskan tangannya di hadapan wajah Anna yang terdiam. Anna mengerjap, berusaha untuk sadar kembali.
"Aku hanya... entahlah.. duduk dan melempar batu?" Ucap Anna, ia kembali menatap kolam dan melempar batuan kecil itu."Hey.. berhentilah seperti itu, bagaimana kalau ikan di dasar sana terkena lemparan batumu, dan kepalanya berdarah?" Sid kemudian di samping Anna, dan menghadapkan tubuhmya kearah kolam.
"Itu tidak akan terjadi." Anna menatap datar Sid. Apa ia bodoh?
Sid kemudian tertawa kecil dan mengusap puncak kepala Anna. Sid mengarahkan matanya ke lutut Anna.
"Bagaimana lukamu? Apa masih sakit?" Tanyanya dan memperhatikan lutut Anna yang masih tertutup plester."Masih sakit ketika aku menggerakannya." Ucap Anna menatap lukanya itu.
"Kau mau lukamu tidak terasa sakit? Aku bisa menyembuhkannya." Sid tersenyum lebar, tangannya ia taruh di depan dada, memasang ekspresi sombong."Kamu bukanlah peri, kamu tidak bisa membuatnya sembuh." Kata Anna.
"Benarkah? Bagaimana kalau aku bisa membuatnya terasa lebih baik? Apa yang akan kau lakukan?" Ucap Sid menantang Anna. Gadis itu berpikir sejenak dan ikut tersenyum lebar, menampilkan deretan gigi yang masih berantakan susunannya.
"Uhm.. aku akan meneraktirmu es krim!" Anna masih tersenyum lebar, membuat Sid ikut tersenyum pada gadis kecil itu.
"Baiklah..""Kalau begitu sekarang tutup matamu dan kemarikan kakimu yang sakit." Perintah Sid. Anna kemudian mengangguk menurut, ia menutup kedua matanya dan menaruh kakinya di atas kaki Sid.
Sebuah benda kenyal menyentuh sekitar permukaan kulit pada lutut Anna dan pada plester yang menutup lukanya. Anna terkejut, ia merasa geli pada lututnya. Ia pun membuka matanya, dan melihat Sid sedang mencium lututnya. Anna terpaku kaget, wajahnya terasa merona panas sekarang. Ia merasa... malu.
Anna pun menutup wajahnya dengan kedua tangannya, ia tidak tahu apa yang harus di lakukan sekarang.
"Mengapa kau menutup wajahmu?" Tanya Sid begitu ia menjauhkan wajahnya dari lutut Anna."Tidak." Jawab Anna singkat, berusaha mengontrol wajahnyanyang merona dibalik telapak tangannya.
"Apa masih terasa sakit?" Tanya Sid yang dijawab dehaman oleh Anna. Sid tertawa kecil, melihat reaksi lucu Anna.
KAMU SEDANG MEMBACA
15% (OPEN PO)
RomanceKehidupan seorang gadis yang berusaha mati matian hidup ditengah kejamnya kehidupan kota New York City,dengan memiliki segudang masa lalu kelam cinta yang membekas di hatinya. Anastasia Miller Seorang gadis tangguh, dengan tubuhnya yang lang...