Part 40

12.9K 665 32
                                    

"Des.. Jangan tinggalkan aku lagi." ucap Anna dengan suara yang sangat lemas.
"Ssttt.... Aku tidak akan mengulang kesalahan yang sama Anna. Percayalah! Aku disini bersamamu." jawab Desmond dengan yakin dengan tangannya yang semakin erat ketubuh Anna.

"Aku mencintaimu Des..." Ucap Anna dengan senyum dibalik wajah lemasnya, sebelum gadis itu memejamkan matanya.

---------------------------------

Aroma obat - obatan menyeruak masuk ke hidung mancung wanita yang terbaring di kasur berwarna putih itu. Matanya masih terpejam, terasa tenang. Berbeda dengan pria yang memakai kemeja dengan berberapa bercak darah di pakaiannya. Pria yang masih menatap wanita itu dengan sesekali menyesali kebodohannya, tatapannya sangat tajam dan tidak tenang. Tangannya masih menggenggam tangan wanita itu dengan erat, seakan ia sedang memberikan kekuatan agar wanita itu segera bangun.

"Aku sangat bodoh!"
"Kau bodoh, Desmond!"
"Seharusnya kau langsung mengantarnya pulang malam itu." Desmond semakin mengeratkan tangannya. Ia tidak berbohong pada dirinya sendiri, kalau ia hampir saja meneteskan air matanya saat ia melihat keadaan Anna.

"Kau.. mengapa kau tidak mendengarkanku, Anna? Kenapa kau malah pergi dengan pria brengsek itu? Dan kau tinggalkan aku malam itu." Suaranya terdengar penuh sesal, dan raut kecewa juga tersirat disana.

"Kumohon bangunlah.. Aku tidak mau kehilanganmu." Pinta Desmond.
"Argh.. aku pria bodoh! Pria bodoh yang mencintaimu dan takut kehilanganmu." Desmond melepaskan genggamannya dan memijat keningnya sambil memejamkan mata.

"Kau memang bodoh." Suara itu terdengar parau dan terdengar rendah. Namun cukup membuat pria yang kini menutup wajahnya dengan tangannya itu lantas membuka matanya.

"A-a-nnaa?? K-kau sudah sadar??Apa kau merasa baik baik saja? Ada yang sakit? Katakan padaku."
"Ingin kupanggilkan dokter?" Desmond baru saja berniat beranjak dari kursinya untuk memanggil dokter itu, namun tangan Anna sudah menahan pria itu terlebih dahulu.

"Aku baik baik saja, bodoh." Ucap Anna dengan lemah, tapi Desmond tidak mempedulikannya, ia tetap memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Anna.

"Kondisi Mrs. Miller sudah mulai membaik,  mungkin besok ia sudah boleh pulang. Luka pada tubuhnya juga tidak terlalu parah, tapi saya harap anda rutin mengobatinya dan mengganti perbannya agar lukanya cepat mengering. Baiklah, saya permisi." Tanpa ucapan apapun lagi, dokter dan perawat itu meninggalkan keduanya.

Desmond memang sengaja tidak menggunakan dokter kepercayaannya, karena dokternya itu sedang memiliki praktik di sebuah rumah sakit besar di Itali.

"Kau dengar itu? Aku minta setelah ini, kau menuruti setiap perintahku, Anna!" Ucap Desmond dengan nada perintahnya, kembali seperti Desmond yang biasanya.

"Apa? Mengapa aku harus menurutinya?" Anna melipat kedua tangannya di depan dadanya dan  memperhatikan Desmond yang kini berdiri dihadapannya dengan tangan kanan yang ia masukkan kedalam saku celananya.

"Kau tidak ingat? Terakhir kali kau melanggar perintahku, kau berakhir di tangan brengsek itu."
"Tapi Des...."
"Anggap saja itu sebagai hukuman, karena kau sudah meninggalkanku, lalu membuatku pusing mencemaskanmu, membuat diriku merasa bersalah dan ..." Desmond menggantungkan kalimatnya.

"... kau membuatku sangat cemburu, Anna!" Wajah Desmond kini serius menatap Anna yang tampak kebingungan.
"Argh.. shitt.. lupakan saja." Desmond memutar tubuhnya dan menjauhi kasur Anna sambil menggaruk kepalanya dengan kasar, hingga membuat Anna tertawa kecil.

"Kau lapar?" Desmond kembali menatap Anna dengan bantal yang ia gunakan sebagai sandarannya.
"Hmmm... Kurasa." jawab Anna sambil berusaha mengambil makanan yang ada disamping tempat tidurnya, tepatnya diatas meja.

15% (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang