Extra Part

3.3K 235 6
                                    

Perut Anna sudah sangat besar, Anna juga semakin sulit untuk bergerak dan tidur. Perasaan takut untuk melahirkan mulai terasa semakin jelas. Anna sangat takut kalau akan terjadi hal buruk padanya dan bayinya. Tentu yang akan mengecewakan Desmond.

Anna mengeluarkan bungkus popcorn dari lemari persediaannya, ia mulai memanggang popcornnya. Vier yang ditugaskan Desmond untuk menjaga Anna kini sedang berpergian ke pusat belanja untuk membeli berberapa keperluan.

Anna menunggu popcornnya sambil bersandar pada sofanya. Tangannya meraih ponselnya, dan menekan sebuah nomor disana. Ia sangat merindukan sahabatnya dan tentu dengan anaknya, George.
"Haii!!!" Teriak Anna menyapa Retta di sebrang sana. Gadis itu tersenyum riang begitu suara Retta terdengar disana.

"ANNA!!"
"Kupikir kau sudah lupa denganku! Kau bahkan sudah lama tidak menelfonku." Kata Retta disana, terdengar suara teriakan anak kecil disana, yang sudah jelas itu suara George.

"Kau bahkan tidak menelfonku juga, Ret." Anna mengucapkannya dengan kesalnya.
"Hehehe.." kekeh Retta di sebrang sana.
"Kau tau George? Ia menjadi sangat aktif sekarang." Ucap Retta dengan nada riangnya, mendengar perkataan Retta. Anna menjadi semakin tidak sabar untuk melihat anak perempuannya. Menurut dokter pada hasil pemeriksaannya yang terakhir mengatakan kalau anak mereka berjenis kelamin perempuan.

"Ah.. aku tidak sabar melihat George, aku sangat merindukannya sekarang."
"Aku juga tidak sabar untuk melihat bayiku dan Desmond." Anna tersenyum, tangannya kemudian mengusap perutnya dengan sayang.

"Tentu!! Aku penasaran bagaimana dengan wajahnya, apakah ia akan sangat lucu seperti Georgeku atau akan sangat menyeramkan sepertimu?" Candanya pada Anna yang diakhiri kekehan olehnya. Anna menghela napasnya berat, membayangkan ekspresi menyebalkan Retta yang sedang meledeknya.
"Oh iya, An. Kau tahu? George kemarin..."

Anna yang sedang bersandar pada sofa, tiba tiba merasakan perutnya yang mulai berkontraksi. 'Ini bahaya.', batinnya.

Anna baru saja mengingat sesuatu, ia bangkit dari sofanya. Mengacuhkan Retta yang sedang bercerita di telfon. Anna berjalan menuju dapur dengan perut yang semakin melilit. Tangan Anna, ia gunakan sebagai penopang tubuhnya saat mematikan microave yang ia gunakan untuk memanggang popcornnya. Setelah berniat ingin kembali, sakit di perutnya semakin terasa. Anna terduduk di sudut ruangan, mencoba untuk memulihkan kembali sakit pada perutnya.

Namun rasa sakit pada perutnya tidak kunjung hilang, namun terasa semakin parah. Rasanya sangat sakit hingga membuat Anna berkeringat sekarang.
"Anna? Kau mendengarku? Kau ketiduran ya?!" Tanya Retta di sebrang sana dengan teriakannya, dan terdengar suara George disana.

"R-retta... tolong.. akhhh.." ucapnya dengan raungan sakit dari perutnya.
"An? Kau baik baik saja? An? Ini tidak lucu."
"Oh fuck!" Panggilan pun terputus bersama dengan Anna yang semakin kesakitan dan mulai memejamkan matanya, mencoba untuk bertahan hingga Vier pulang.

######


Desmond sedari tadi diam mematung bersandar pada dinding rumah sakit. Ya, inilah yang dirasakan disaat seorang ayah menantikan anaknya lahir dengan selamat begitu juga dengan istrinya. Wajah Desmond terlihat kacau, raut wajah takut, penasaran, gelisah berkumpul menjadi satu.

Pria dengan setelan jasnya itu memejamkan matanya, dengan sesekali ia memijat pangkal hidungnya dengan jari telunjuknya. Dalam hati, ia merapalkan doa untuk kedua manusia yang ia sayangi.
"Hey, Des. Tenanglah." Dave menepuk pundak Desmond, mencoba untuk membuat laki laki itu jauh lebih tenang. Namun yang ditepuk hanya menghela napasnya berat.

"Aku takut, Dave." Ucap Desmond dengan nadanya yang pelan.
"Berdoalah, itu yang kulakukan saat Retta dan George berjuang di dalam." Ucapan Dave hanya dijawab anggukan ringan oleh Desmond.

Tidak hanya Desmond yang takut, namun ada Retta yang panik disana, disampingnya ada kedua orang tua Anna, dan kedua orang tuanya. Mereka tidak kalah gelisah seperti Desmond.

Setelah menunggu proses persalinan secara normal, akhirnya seorang suster dan dokter keluar dari pintu yang cukup menakutkan bagi Desmond. Dengan cepat, Desmond menghampiri dokter tersebut begitu juga dengan pihak keluarga lainnya.
"Bagaimana dengan anak saya dan istri saya?" Tanya Desmond dengan rasa takut.

"Selamat, Mr. Christopher. Sekarang kau menjadi seorang ayah. Dan saya harap kau menjadi ayah yang baik untuk keduanya." Dokter tersebut tersenyum di akhir kalimatnya. Senyuman dokter tersebut cukup membuat Desmond tenang dan menghela napas lega.

"Apa kami boleh masuk sekarang?" Tanya Yohanes, ayah Anna yang sedari tadi diam namun ia mengkhawatirkannya.
"Tentu, namun secara bergantian."
"Dan tolong biarkan sang ibu beristirahat." Dokter itu kemudian meninggalkan  keluarga Anna begitu Desmond mengucapkan rasa terimakasihnya pada dokter tersebut.

Bau obat obatan menyerang indra penciuman Desmond. Laki laki itu memasuki ruang rawat istrinya. Disana terbaring istrinya yang menatapnya dengan wajah lelah, ia tersenyum lemah disana. Desmond menghampiri Anna, tangan kekarnya membelai rambut istrinya dan mengecup puncak kepalanya.
"Terimakasih." Ucapnya dengan tulus yang dijawab anggukan kepala oleh Anna yang terasa bagi Desmond yang sedang memeluknya.

"Kau tahu? Aku sungguh berterimakasih padamu, Anna. Aku takut, kalau terjadi apa apa pada kalian. Entahlah aku begitu bodoh meninggalkanmu di rumah bersama pengasuh idiot yang tidak berguna itu. Maafkan aku, Anna. Aku memang tidak berguna." Desmond memendamkan kepalanya pada bahu Anna. Tangan kanan Anna dengan lemah, ia angkat dan mengusap rahang Desmond. Anna tersenyum hangat padanya, menandakan semuanya baik baik saja, dan Desmond tidak perlu khawatir.

"Thanks God, terimakasih, Anna." Ucap Desmond lagi dengan nada bersyukurnya.

"Excuse me, Mr. and Mrs. Christopher." Terdengar seorang wanita berseragam putih di ujung pintu, di gendongannya terdapat sebuah bayi yang terbungkus kain berwarna putih. Bayi perempuan dengan wajah cantik seperti Anna.

Desmond yang melihat bayinya, ia langsung menghampiri perawat itu dan mengambil alih bayinya dalam gendongannya. Dengan penuh hati hati Desmond menggendongnya, ia takut salah dalam menggendong bayi. Namun sebelumnya, bulan lalu ia sudah belajar saat ada berberapa ibu ibu yang berkumpul dengan bayi bayinya, dan darisana Desmond mempelajarinya, demi kesiapannya sekarang.

Pria dengan senyum gembira itu berjalan cepat menuju Anna dan mendekatkan bayi yang sedang memejamkan matanya di dekat sang ibu.
"Lihatlah, An! Ia sangat cantik." Desmond tersenyum senang dan bangga. Senyuman yang membuat Anna ikut tersenyum bahagia. Desmond mengecup kedua pipi bayi mungil yang masih berwarna merah itu hingga tubuh bayi itu menggeliat pelan.
"An, lihatlah! Betapa lucunya anak kita." Desmond mengarahkan gendongannya ke pandangan Anna.

"Iya, Des. Dia lucu." Ucap Anna dengan suaranya yang pelan.
"Kau mau menggendongnya?" Tanyanya pada Anna, yang dijawab anggukan oleh Anna. Wanita itu kemudian mengangkat tubuhnya dan bersandar pada kepala ranjang rumah sakit.

Dengan hati hati, Desmond memberikan bayi perempuannya pada gendongan Anna. Wanita itu tersenyum senang melihat bayinya, dan mencium pipi anak perempuannya.
"Dia lucu, Des." Komentar Anna.

"Sekarang kita haru menentukan namanya." Putus Desmond dengan nada semangatnya.
"Ah.. aku tahu!"
"Bagaimana dengan Christina Violeta?" Tanyanya pada Anna, yang membuat wanita itu berfikir sejenak.
"Christina Violeta Doven." Ucap Anna dengan senyum riangnya.

"Baiklah kalau begitu.."
"Welcome to the world, Vio." Desmond mengecup kening bayinya yang sedang tertidur itu dan kemudian mencium kening istrinya.

"I love you both."

Akhirnya 15% bener2 tamat 😭😭😭
Makasih buat semua yang udah baca ceritaku yang mungkin absurd ini.
Jangan lupa untuk vote dan commentsnya ya!!

Dan baca juga yaa ceritaku selanjutnya!
Love you, my readerss!! 😘

15% (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang