"Aku pergi dulu. Jika ada sesuatu hubungi aku." lalu Dave mengecup singkat kening dan bibir Retta, tidak lupa dengan perut Retta yang mulai agak membesar.
"Papa pergi dulu ya. Jaga mamamu baik baik. Jangan membuatnya kelelahan." lalu ia mencium perut Retta dan langsung memasuki mobil menuju mansion Desmond."Semoga papa bisa bawa aunty Anna pulang ya nak." ucap Retta sambil mengelus perutnya.
--------------------------
"Lepaskan tanganku!!" berontak wanita itu saat tangannya digenggam kuat oleh seorang pria yang sudah dikuasai oleh emosi.
"Kau tuli??!! Cepat lepaskan tanganku!! Aku tidak akan memintamu untuk kesekian kalinya!!" ucap wanita itu dengan berani tanpa ada ketakutan didalamnya.
Pria itu masih berjalan menuju tempat yang ia tuju tanpa menjawab sepatah katapun."Lepaskan tanganku Nate!! Kau melukaiku... Arghhhh." keluh Anna saat tubuhnya dijatuhkan kelantai dengan kencang oleh Nate.
"Apa yang kau lakukan??!" teriak Anna saat tubuhnya terjatuh dilantai sambil meringis kesakitan karena terbentur lantai dengan keras.
"Harusnya aku yang berbicara seperti itu Anna!!" kesal Nate sambil melangkahkan kakinya menuju Anna.
Tanpa merasa kasihan melihat Anna yang kesakitan, ia langsung mencekik leher Anna agar berdiri menghadapnya sekarang."Le-pa-s...." ucap Anna sambil terbata bata karena dicekik lehernya oleh Nate.
"Kau ingin mempermainkanku huh?!!!" teriak Nate saat mereka sudah saling berhadapan dengan kondisi Anna yang masih dicekik lehernya oleh Nate."Ti-dak. Uhuk...uhukk..."
"Lalu apa maumu? Apa yang kau rencanakan bitch??!!" Nate semakin mencekik leher Anna semakin kuat."Ti-dak.. A-da Na-te.. Le-paskan uhuk..uhuk.. Ku-mohon... Kau a-kan mem-bu-nuh-kuuu." pinta Anna dengan nafasnya yang tersengal sengal karena hampir kehabisan nafas.
Lalu dengan kasar Nate melepaskan tangannya lalu mendorong Anna keatas kasur."Aku tidak pernah main-main Anna. Apa yang kau rencanakan??!!" tanya Nate dengan wajah yang bercampur emosi. Anna tidak menjawab, ia hanya memandang wajah Nate berusaha mencari jawaban yang dapat meyakinkan Nate.
"Jawab aku!!!'" lalu Nate menarik pergelangan tangan Anna dengan kasar.
"Aku tidak merencanakan apa-apa, Nate." yakin Anna dengan suara yang ditinggikan."Jangan berbohong!!! Aku tahu kau berbohong!!"
"Aku tidak berbohong!!""Masih tetap ingin berbohong, huh? Wanita keras kepala kau rupanya." lalu Nate merogoh sesuatu didalam saku celananya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Anna dengan nada khawatir."Kita lihat kau masih bisa berbohong atau tidak." ucap Nate dengan senyum liciknya.
Dengan cepat ia mengeluarkan sebuah pisau kecil dari saku celananya. Walaupun kecil Anna tahu itu pisau yang sangat tajam."Mau apa kau? Menjauh dariku!!" ancam Anna sambil berusaha menarik pergelangan tangannya dari cengkraman Nate.
"Masih ingin berbohong?" tawar Nate."Aku tidak berbohong Nate. Aku bersungguh sungguh."
"Aku tahu, kalau kau berbohong, babe." lalu Nate mendekatkan pisau itu kepergelangan tangan Anna."Stop. Stop it Nate. Please...."
"Ssttt... Kau menganggu konsentrasiku." lalu Nate menggores pergelangan tangan Anna dengan pisau itu yang membuat pergelangan tangan Anna mengeluarkan darah segar disana.Nate mengerjakannya dengan diam seakan dia menikmati kesakitan yang dirasakan oleh wanita didepannya ini. Semakin panjang dan dalam yang ia goreskan di pergelangan tangan Anna.
"Nate.. Stop. It's hurt.. Please Nate, stop." rintih Anna menahan sakit yang luar biasa ia rasakan di tangan kanannya itu.
"Aku tidak akan menghentikannya sebelum kau mengakui kesalahanmu." ucap Nate dengan santai sambil menggores pergelangan tangan Anna yang sudah mengeluarkan banyak darah disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
15% (OPEN PO)
RomanceKehidupan seorang gadis yang berusaha mati matian hidup ditengah kejamnya kehidupan kota New York City,dengan memiliki segudang masa lalu kelam cinta yang membekas di hatinya. Anastasia Miller Seorang gadis tangguh, dengan tubuhnya yang lang...