Part 42

7.5K 530 25
                                    

Desmond mengecup bibir Anna lembut. Membuat Anna semakin menegang dengan degupan jantungnya yang tak kunjung berhenti. Ini bukan lah ciuman pertama mereka, malah ini ciuman berkali kalinya, namun ia tetap berdegup dan merona.

"Ayo.. kita makan malam." Ajak Desmond setelah bibirnya menjauh dari bibir Anna. Desmond menarik lengan gadis itu menuju pintu kamar, Anna masih terdiam sambil menenangkan degupannya.

-------------------------------------

Anna bangun lebih awal dari biasanya. Pria yang ada di sebelahnya juga masih terlelap. Anna memperhatikannya sebelum akhirnya ia mengecup pipi pria itu dan bangkit dari ranjang itu perlahan, agar pria yang sedang tertidur lelap itu tidak terbangun.

'Masih pukul 6?' Gumam Anna dalam hati begitu ia melihat jam digital di nakas. Ia kemudian beranjak ke kamar mandi untuk menyikat giginya dan mencuci muka.

Seusai kegiatannya, kaki Anna melangkah keluar kamar mandi tanpa arah, ia berfikir apa yang harus ia lakukan sepagi ini. Hingga ia berhenti di dapur. Anna menatap kitchen set dan kompor yang terlihat modern dan tentunya memiliki harga yang ditaksir hmm.. entahlah.. memikirkan berapa banyak jumlah nol yang harus di keluarkan pria bodoh itu akan memakan waktu yang lama.

Anna mengikat rambutnya asal dan mengeluarkan hpnya. Ia menelusuri sesuatu di internet sambil berfikir. Butuh waktu 5 menit untuk gadis itu berfikir menu yang akan ia buat, karena Anna bukanlah seorang yang pandai memasak. Ia bisa memasak namun hanya untuk menu yang mudah dibuat.

Kini tangan Anna beralih mengeluarkan peralatan stainless steel yang ia butuhkan. Kakinya melangkah ke arah kulkas besar dan mengeluarkan berberapa bahan makanan. Ia mulai mencuci daun bawang dan mempersiapkan pisau untuk memotongnya.

Ia baru memotong berberapa batang, namun aroma daun bawang itu sudah menyeruak di hidungnya. Begitu juga dengan matanya yang mulai bereaksi.

Aktivitas Anna terhenti begitu tangan kekar yang semalam memeluknya, kembali memeluk tubuhnya. Ditambah dengan leher dan pipinya yang sudah geli karena ciuman pria itu.

"Morning.." Sapanya dengan suara serak khas bangun tidur.
"Where's my morning kiss, hm?" Ucap Desmond kemudian ia membalikan tubuh Anna agar berhadapan dengannya. Tapi Anna tidak menatap mata pria itu. Melainkan mengejamkannya dan menunduk.

"Ada apa?" Tanya Desmond seraya mengangkat dagu gadis itu.
"Tidak.." Anna menggeleng, ia masih mengejamkan matanya berusaha menghilangkan sesuatu yang menggangu di matanya.

"Hey kau menangis?" Desmond menangkup pipi Anna, memperhatikannya lekat lekat.
"Tidak!!" Anna menepis tangan Desmond dan menundukan wajahnya. Ia kemudian menempelkan wajahnya pada bahu Desmond dan mengusel ngusel disana.

"Hey ada apa? Siapa yang membuatmu menangis?" Desmond mengusap rambut Anna lembut. Anna masih menempelkan wajahnya pada baju Desmond, berharap perih di matanya itu hilang.

"Siapa yang membuatmu menangis? Katakan padaku!" Ucap Desmond sambil menatap wajah Anna yang kini sudah berada di hadapannya.

"Itu.." Anna menunjuk ke belakangnya, menunjuk ke berberapa batang daun bawang yang sedang ia iris.

Desmond berdecak dan menatap datar Anna. Ia kemudian beranjak mengambil daun bawang itu dan membuangnya ke tempat sampah, membuat Anna mendelik.
"Mengapa kau membuangnya, bodoh!?" Teriak Anna begitu potongan daun bawang itu di buang. Perih di matanya seakan menghilang begitu saja. Tidakkah ia tahu? Kalau ia benar benar butuh perjuangan untuk memotongnya?

15% (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang