"CEPAT PERGI!" Dave kali ini tidak menahan amarahnya, ia menyuruh wanita itu pergi dari gedung pernikahannya. Abigail beranjak pergi, meninggalkan Retta yang menangis pada lengan Dave yang memeluk tubuh Retta erat.
"Jangan menangis. Maafkan aku, baby."
-------------------------------
Desmond sedang duduk memegang tangan Anna yang lagi lagi dibawa ke rumah sakit. Dari mata yang biasa tajam itu, kini mengalir setetes air mata. Pria itu menangisi kebodohannya selama ini. Mengapa dirinya begitu bodoh?
"Ann.. aku mohon bangunlah.." tangannya menggenggam erat telapak tangan Anna, bibir mendarat pada kening wanita yang terpenjam itu. Terlihat sangat tenang, namun mata Anna terlihat sembab walau masih memejam.
"An.. maafkan aku." Desmond mengecup kedua mata Anna yang sembab itu, tangannya mengelus rambut Anna.Pintu ruangan Anna terbuka, menampakan kedua orang tua Anna disana. Wajah ibunya terlihat sangat cemas dan ia langsung berhambur memeluk tubuh Anna yang terbaring lemah disana. Sedangkan Johnes, ia melemparkan tatapan tajamnya pada Desmond.
Pertemuan kedua orang tua mereka berberapa minggu lalu memang dibatalkan, karena ayahnya Anna, Johnes. Harus menerima tugas militernya. Kedua orang tua Anna tadi hanya menghadiri acara pemberkatan saja, tidak dengan resepsi pesta pernikahan, sehingga keduanya tidak mengetahui kejadian ini, dan baru saja tahu sejak Desmond menelfon Mrs. Miller.
"Anna.. bangunlah.." Adriana Miller masih memeluk tubuh Anna. Desmond mundur, memberi jarak untuk kedua orang tua Anna memeluk anak perempuannya itu.
Johnes menatap tajam Desmond. Sedangkan Desmond, ia sudah siap jika ia akan di caci maki oleh Johnes. Desmond sendiri sudah mengakui kebodohannya itu.
"Maafkan saya, Sir." Ucap Desmond dengan sungguh sungguh."Mengapa putriku bisa seperti ini?" Tanya Johnes dengan nada dinginnya.
"Saya terlalu lalai menjaganya, ini salah saya.""Anna!!" Teriakan itu terdengar keras, bersamaan dengan pintu ruang rawat Anna yang terbuka. Menampakan pasangan yang baru saja resmi menikah itu.
"Retta.. pelankan suaramu." Pesan Dave, begitu ia masuk ke dalam ruang rawat Anna. Ia melemparkan senyum sopannya kepada kedua orang tua Anna.
"Anna maafkan aku, aku terlalu sibuk pada tamuku tadi hiks.." Retta menangis sambil memeluk lengan Anna. Dave sendiri merengkuh tubuh Retta, menenangkan istrinya."Dave, mengapa kau mengundang Abigail?" Pertanyaan dari Desmond membuat Dave menoleh ke pria itu.
"Kau pikir aku sebodoh itu? Mengundang jalang itu ke acaraku?" Ucapan Dave barusan membuat Desmond mengacak rambutnya kasar, frustasi."Lalu mengapa ia ada di sana?" Tanya Desmond lagi.
"Aku. Tidak. Tahu." Ucap Dave penuh penekanan.
"Cukup, jika kalian hanya ingin bertengkar, lebih baik kalian keluar." Ucap Adriana dengan tegas, keduanya langsung terdiam."Anna.. kumohon bangun.." pinta Retta, matanya masih mengeluarkan air mata, yang mengalir membasahi pipinya.
"Siapa Abigail?" Pertanyaan Adriana kepada Retta membuatnya menghela napas berat, sebelum ia kemudian bercerita apa yang terjadi di resepsi pernikahannya tadi.
######
Flashback on
Anastasia Miller, gadis kecil itu tersenyum lebar. Tangannya membawa dua buah burger yang ia masukan ke dalam kantong cokelat. Sepulang sekolah tadi, ia langsung berlari menuju kedai makanan cepat saji yang berberapa meter berada di dekat sekolahnya. Gadis itu siap menuruti perkataan Sid pekan lalu.
Kakinya melangkah lebar, menuju taman belakang sekolah tepatnya di pinggir kolam. Senyumnya masih belum memudar, walau hari sudah sore, matahari juga sudah hampir terbenam. Sejak ia tiba di sekolah tadi pagi, ia sudah menantikan saat ini, bahkan selama jam pelajaran, ia memikirkan saat saat ini. Rasa lelah dan penat sekolah, hilang karena saat yang ditunggu tunggu sudah tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
15% (OPEN PO)
RomanceKehidupan seorang gadis yang berusaha mati matian hidup ditengah kejamnya kehidupan kota New York City,dengan memiliki segudang masa lalu kelam cinta yang membekas di hatinya. Anastasia Miller Seorang gadis tangguh, dengan tubuhnya yang lang...