Part 60

6.7K 450 14
                                    

"Maaf, An." Desmond melepaskan tangan Anna. Anna yang menangis menatap punggung Desmond yang semakin menjauh. Menjauh, hingga pria itu menoleh kembali ke arah Anna dan tersenyum lembut. Sebelum ia masuk ke dalam pesawat itu.

Meninggalkan Anna yang larut dalam kebingungan dan penyesalan. Ia merasa ia sudah meminta maaf, dan menurunkan egonya. Ia bahkan menangis dan memohon pada pria itu. Sifat yang sama sekali tidak menunjukan sisi kasar Anna. Hanya sisi lembut dan cengeng miliknya.

------------------------------

Anna terdiam, mematung di ruang tunggu bandara. Tubuhnya lemas, kakinya seakan tidak bisa menopang berat badannya. Tangannya memegang erat kursi ruang tunggu bandara.

Air matanya tumpah, ia tidak peduli bagaimana orang orang menatapnya dengan wajah bingung atau wajah kasihan. Anna tidak peduli dengan mereka, ia hanya ingin mengeluarkan seluruh kesedihannya. Bahkan penyesalan terhadap pria itu semakin mendalam.

Berberapa menit Anna berdiri di sana, dengan setiap pasang mata yang melewatinya selalu menatapnya. Akhrinya Anna memilih untuk meninggalkan bandara. Wanita itu butuh sendiri.

Hari sudah malam dan Anna butuh ketenangan. Ya, tenang dan membuat pikirannya yang kacau hilang sejenak. Ia terlalu kalut untuk pulang ke rumah orang tuanya. Dan orang tuanya akan melihat dirinya yang kacau.

Kakinya sudah mengetahui kemana ia akan pergi. Tempat ia bisa tenang sejenak, melupakan semuanya. Dimana lagi? Kalau bukan, Club. Anna memberhentikan sebuah taksi bandara yang melintas di hadapannya.

Setelah menyebutkan tujuannya, Anna hanya diam mematung melihat jalanan. Air matanya mulai jatuh membasahi pipinya. Selama perjalanan menuju Club, ia hanya bisa terdiam dan sesekali menangis. Ia merasa kesedihannya saat ini, sama saja dengan kesedihan saat ia melihat Desmond bersama Abigail.

Seketika, pikiran negatif Anna muncul begitu saja. Wanita itu berfikir kalau mungkin saja Desmond keluar negri untuk bertemu Abigail? Atau ia ingin menghindari Anna dan mencari wanita baru? Atau pria itu benar benar marah padanya dan tidak ingin melihat wajahnya lagi?

Pertanyaan pertanyaan itu seakan memasuki pikirannya dan memperparah keadaan. Taksi tersebut telah berhenti di depan sebuah Club yang tidak terlalu ramai. Anna menyerahkan uang pada supir tersebut sebelum turun dari mobil. Kakinya melangkah masuk Club. Terdengar bunyi dentuman keras dan bau alkohol sudah menyeruak masuk ke hidungnya. Hingga membuat wanita itu segera ingin memesan segelas alkohol.

Anna berhenti di sebuah meja bar, ia duduk di salah satu kursi bar. Dan memesan minumannya pada bartender tersebut. Kepalanya terasa sangat berat. Ditambah ia terus mengingat Desmond.

Minuman yang ia pesan sudah tersedia, ia langsung meraih minuman tersebut dan meneguknya habis. Rasa haus dan kalut itu membuatnya langsung meneguk habis alkoholnya. Kepalanya yang berat terasa mulai ringan. Seakan beban pada pikirannya terangkat sedikit demi sedikit. Anna menambah pesanannya pada bartender. Ia butuh lebih, butuh lebih banyak sesuatu yang dapat membuat kekacauan dan rasa kalut itu hilang dari pikirannya.

Sudah berlangsung cukup lama, sudah bergelas gelas ia habiskan. Kepalanya menjadi pening, tubuhnya terasa ringan, seperti ingin terbang. Tangannya menggenggam erat gelasnya. Kepalanya menunduk, ia memejamkan matanya.
"Anna?" Suara berat seseorang membuat wanita itu menoleh ke arah sumber suara. Memperhatikan pria itu lekat lekat. Matanya menatap pria itu. Keningnya juga mengerut sembari memperhatikannya.

15% (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang