42. °Krisan di komplek ini°

14.6K 2.8K 281
                                    

Yonem's Point Of view

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yonem's Point Of view

"Hoekk..hoekk~"

Saat ini gue cuma berdiri lemas di samping kloset duduk sekaligus mengeluarkan semua isi perut gue disana.

Entah sudah kesekian kalinya semenjak satu jam tadi.

Dengan lemas, gue berjalan menuju wastafel dan memutar kran air sampai suara gemericik airnya beradu bising dengan kepala gue yang terasa pusing.

Pelupuk mata gue mulai berair, biasanya masuk angin tak semenyiksa ini.

Jantung gue juga terasa berdebar.

Apa anemia gue juga sedang kambuh juga ?

Atau mungkin jantung gue udah mulai rusak seutuhnya ?

Sayup-sayup terdengar suara pencetan tombol interkom dan pintu terbuka, mungkin Felix pulang.

"Yonnn ?"

Benar itu Felix, gue dengar dia berjalan masuk apart.

"Yon ?, udah pulang ?" Tanyanya saat gue rasa sudah berdiri di depan pintu kamar mandi.

Jari gue mulai memutar kran air untuk mematikannya, dan berjalan keluar kamar mandi.

"Kok udah pulang duluan ?" Tanyanya seketika saat tubuh gue mulai muncul dari balik pintu.
"Tadi gue nunggu lo di gang biasanya, taunya lo udah pulang"

"Maaf, tadi abis ngembaliin mangkok gue langsung pulang soalnya tadi baju gue ga sengaja ketumpahan es jeruk di warungnya bang Dikey, gue sampai lupa kalau mau bareng sama lo" alibi gue.

"Are you okay ?" Felix menatap wajah pucat gue.

"Hmm, yeah I'm okay" jawab gue seraya mengusap sisa air mata di pelupuk mata gue.

"Kok pucet ?" Tanya Felix lagi sambil melepas dasinya.

Dalam keadaan pusing seperti ini, gue harus tetap bisa mencari jawaban yang tepat bukan ?.

"Masa ? Cuma perasaan lo doang kalik Lix, biasanya wajah gue juga gini... lo aja yang ga pernah merhatiin" tukas gue mengalihkan topik.

Layaknya sebuah pukulan keras Felix memilih menggaruk tengkuknya yang gue yakini tidak gatal sama sekali.

"Tadi pulang sama siapa ?" Felix noleh sekilas ke gue disambi mengambil sebuah kaos di dalam lemarinya.

"Naik bus, seperti biasa" jawab gue apa adanya.

Menaiki bus lengkap dengan tatapan orang yang memandang gue sinis dan penuh tanda tanya, saat gue memilih duduk dan menangis menempel pada kaca jendela.

Pengalaman naik bus yang cukup mengesankan hari ini.

"Maaf, lo jadi naik bus" ujarnya.

Felix melepas kemeja seragamnya dan menggantinya cepat dengan kaos yang dia ambil tadi.

"Ga masalah" sahut gue "oh.. iya nanti kalau lo laper delivery aja ya, gue ga masak bari ini.. gue mau keluar dulu"

Sesungguhnya karena memang ga ada apa-apa di dalam kulkas yang bisa dimasak,

kecuali semangka yang di beli Felix kemarin. Apa mungkin gue bakal masak itu ?

Mungkin iya,

Jika gue sudah bertransformasi menjadi isitri gila yang berniat menghidangkan tumis semangka dengan aroma lavender seperti yang gue batin kemarin.

"Jam segini ? Kemana ?" Tanya Felix seketika menghentikan aktivitas memilih celana pendeknya.

"Kerja kelompok.... lo lupa ?" Tanya gue.

"Oh iya! musik kontemporer ?!" Felix menjentikkan jarinya.
"Tunggu.." Felix tampak menerawang ke langit-langit kamar.

"...lo satu kelompok sama Jisung ?"

Gue menganggukkan kepala dan menyambar tas gue yang ada di atas ranjang.

Dengan mengatur keseimbangan gue yang agak pusing berjalan mendekati pintu.

"Gue berangkat dulu" pamit gue melihat Felix memasang ekspresi wajah yang tak terdefinisi.

"Oh iya Lix..." gue berbalik lagi menghadap ke Felix dengan tangan gue yang sudah menggenggap knop pintu.




"...gue cuma mau bilang, gue tadi juga nunggu lo lama di gang biasanya" ujar  gue jujur sebelum benar-benar keluar dari flat ini.

●○●

Jalanan cukup lengang sehingga gue bisa dengan mudah menuju komplek perumahan keluarga Han yang ada di kawasan dekat sekolah gue.

Gue memilih turun dari taksi tepat di sebelah pos security komplek dan melanjutkannya dengan berjalan kaki sampai ke rumah Jisung.

Tadi gue memilih naik taksi, karena kondisi gue sekarang sepertinya ga memungkinkan untuk naik gansjek-- layanan jasa ojek Online yang diprakarsai oleh keluarga Hwang dengan driver yang memiliki kapasitas ketampanan diatas rata-rata.

Tidak heran jika seorang Hwang Hyunjin sering bersekolah menggunakan jaket merah menyala bertuliskan gansjek untuk ajang promosi usaha milik keluarganya.

Oke lupakan usaha ojol keluarga Hwang tadi,

Saat ini gue masih berjalan menyisiri jalanan komplek yang tampak begitu tenang.

Gue suka berjalan disini sambil melihat barisan bunga krisan yang tertata rapi di lahan tanah kecil memanjang tepat di sepanjang bahu jalan menuju rumah Jisung.

Gue suka berjalan sesekali sambil menyentuh bunga-bunganya. Tapi-- itu dulu,

Saat sebelum hal yang mengerikan itu terjadi.

Saat ini gue hanya berjalan biasa alih-alih menyentuh bunga seperti yang gue gambarkan tadi.

Lain dulu, lain sekarang.

Gue hanya berjalan biasa tanpa menaruh sedikitpun rasa kagum pada setiap bunga krisan yang tertanam disini.

Bunga krisan disini terlalu memiliki banyak arti bagai gulungan kaset rusak yang mengingatkan gue akan segala momen yang pernah terjadi.

Jika gue disuruh memilih diantara semua bunga krisan yang tumbuh di dunia ini, maka gue akan memilih bunga krisan yang tumbuh di kawasan komplek kecil ini.

Bunga disini adalah bunga yang gue benci, sekaligus bunga yang gue kagumi.

Dua sisi perasaan yang tak bisa gue pisahkan.

Mengingat tangan-tangan kecil itu bersama-sama meraih bunga-bunga yang ada disini dengan penuh canda tawa, pada masanya,

Pada masanya.

Tentu jika pada masanya, berarti saat ini semua itu,

Sudah sirna.

Aku, masa lalu, dan chrysanthemumku.

●○●

Apaan yang gue tulis woyy :'))

Jangan lupa vote ya, gue jadi sok-soan bikin misteri gini :'v

Bersiaplah meunju akhir!

-felixeu-

(i)nikah? ; Lee Felix Ft. Han JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang