Yonem's Point Of View
Hampir empat puluh menit mobil yang gue tumpangi ini membawa gue melewati jalanan yang cukup lumayan padat.
Daerah ini memang cukup ramai kalau bertepatan dengan akhir pekan seperti ini.
Gue melihat pemandangan ke kaca samping mobil, gue hafal betul.
Gue yakin titik yang dikirim Changbin tadi adalah titik lokasi S74. Seventyfour, tempat dimana semua canda tawa terkubur.
Cukup lama gue ga ke tempat ini, tapi alasan itu ga cukup membuat gue melupakan setiap detail tempat ini.
Dulu, keluarga gue memang sering menghabiskan waktu akhir pekan di Seventyfour. Seakan-akan seventyfour sudah menjadi destinasi berkumpul wajib bagi keluarga gue.
Tapi belakangan ini, kita yang semakin sibuk dan situasi keadaan yang sudah tak sebersahabat dulu, membuat kebiasaan mingguan itu perlahan pudar.
Sibuk ? Alasan klasik memang. Tapi, alasan klasik itu yang perlahan membuat semuanya seakan-akan terlupakan.
Hanya Changbin, yang selalu setia bolak-balik sesekali kesini jika punya waktu luang. Selain mengelola bisnis alasan Changbin yang lain mungkin mengingat masa lalu.
Seorang Changbin yang suram dan beraura gelap bisa berubah menjadi mellow dan lunak jika sudah membahas tentang seventyfour.
Atau lebih tepatnya membahas saat kita masih akur ?
Entahlah, gue juga ga peduli. Poin utamanya adalah Changbin benci gue, dan gue tau itu.
Sudah belasan tahun, gue sudah terbiasa.
"Udah sampai mbak, titik lokasinya sih disini"
Gue membuyarkan lamunan dan menghadap ke mas Ganscar yang terlihat tampan maksimal.
Ia tampak sesekali mencocokkan titik lokasi gpsnya dengan lokasi-lokasi di sekitar mobil ini berhenti.
"Ah, iya mas... ini uangnya" jawab gue sembari mengeluarkan sejumlah uang dari dompet dan ngasih uang itu ke mas Ongdrive.
"Makasih mbak... tapi maaf, titiknya disebelah sana. Mobilnya ga bisa nyebrang mbak turun disini gapapa ?" Tanya mas Ong menerawang dengan raut wajah sungkan.
Gue melihat gedung yang letaknya memang bersebrangan dengan mobil yang gue tumpangi sekarang. Cukup ramai, dan akan repot jika harus menyebrang dengan mobil berukuran cukup besar ini di jalanan yang cukup sempit seperti itu.
"Iya gapapa kok, makasih ya mas" gue tersenyum ramah dan mulai turun dari mobil.
"Maaf mbak ngga bisa nganterin sampai sana"
"Nggapapa kok mas" gue mengulas senyum lagi dan menutup pintu mobil dengan hati-hati.
Sejurus dengan itu, Ganscar tadi mulai melaju lagi. Meninggalkan gue disini sendirian di pinggir jalan dengan pikiran gusar.
KAMU SEDANG MEMBACA
(i)nikah? ; Lee Felix Ft. Han Jisung
Fanfiction[#5 - ON GOING] [BUKAN BxB] "Maafkan aku yang selalu gagal memberikan warna". Berisi tentang kisah Lee Felix dan Han Jisung yang bersatu untuk memecahkan misteri maut kaidah Matrilineal, kaidah pemuja wanita sebagai penerus silsilah keluarga. Ayo ba...