38. °-°

14.8K 2.8K 313
                                    

Yonem's Point Of  View

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yonem's Point Of  View

Entah gue barus bersyukur atau merasa miris karena telah berada diantara dua pasangan yang sedang beradu emosi masing-masing.

Rasanya seperti berada di dalam adegan romansa emosi jiwa mendalam yang menguras air mata.

Sayangnya keadaan gue terlalu tragis untuk merasa miris menyaksikan semua ini.

"Lo gapapa kan ?" Tanya Felix yang mengalihkan pandangannya dari Yeji dan mulai berjongkok di sebelah gue.

Gue cuma menggeleng singkat dengan tangan yang masih memegang dada yang saat ini begitu terasa sesak,

Mungkin ini adalah sejuta kalinya gue merasakan rasa sakit menekan di ulu hati setiap sesuatu berbau kekerasan menimpa atau bahkan hanya sekedar mampir sekilas di indra penglihatan gue.

Felix melepas jaket yang ia kenakan dan melekatkannya di tubuh gue, lalu menuntun gue untuk berdiri.

Mungkin dia juga merasa miris melihat keadaan gue yang tragis dilengkapi dengan bekas merah samar hadiah dari tamparan Yeji tadi yang tampak begitu dramatis.

"Ta-tapi Fel..." ucap Yeji terbata mencoba menahan Felix yang hendak membawa gue beranjak pergi.

Iya. Yeji- cewek itu masih disana, berdiri mematung setelah semua yang dikatakan Felix tadi.

"Cukup Ye, aku kecewa sama kamu," Felix menghela nafas sebentar dengan ekspresi yang gusar memandang Yeji sarkas, "... dan aku ga ada niat mau debat panjang sama kamu"

Felix langsung memapah gue melewati Yeji yang masih berdiri kaku dengan wajah menggambarkan ekspresi menahan tangisannya yang akan meledak.

Kalau boleh jujur,



saat ini hati gue terasa bagaikan berisi puluhan peleton kelompok marching band yang bersorak-sorak gembira melihat Yeji merasa terpojok seperti ini.

Gue tau gambaran perasaan gue saat ini begitu hiperbola saat gue lihat Yeji merasa kacau seperti ini,

Tapi apakah tandanya sekarang ini gue sudah berubah menjadi jahat ?

Lupakan soal itu,

Felix menuntun gue ke ruang UKS dan merebahkan tubuh gue disalah satu ranjang yang kosong, tepat setelah dia membuka pintu UKS secara paksa dengan tendangan kakinya.

Nafas gue semakin sesak, mata gue juga mulai mengeluarkan air mata secara natural karena menahan sakit.

Nasib trauma sial yang membuat hidup gue terbatas dan ga bebas.

Hidup menjadi putri keuarga Seo ga selalu dihadapkan dengan kemudahan.

Terkadang gue merasa terkutuk dengan segala sistem matrilineal yang mereka susun demi silsilah keluarga.

Hidup menjadi kembaran Seo Changbin, entah itu hal menguntungkan atau tidak.

"Lo gapapa kan ?" Felix megang pundak gue dan menatap gue khawatir setelah membenarkan posisi bantal yang menjadi tempat kepala gue bertumpu.

"Panggilin Jisung"

"Hah?"

"panggilin Jisung hhh" pinta gue sekali lagi yang membuat Felix hampir mengeluarkan bola matanya.

"B-buat apa ?" Tanyanya gusar.

"Gue bilang panggilin Jisung!" Pinta gue lagi setengah berteriak dengan sisa tenaga yang gue punya.

"O-oke..oke gue panggilin" Felix yang tampak pasrah langsung berlalu meninggalkan ruang UKS dan menyisakan gue disini.

Dengan nafas tersengal gue mulai berpikir lagi bahwa,

Ternyata hidup Seo Yonem tidak mudah.




Gue mengedarkan pandangan ke seisi ruang UKS dan keseliling tempat gue berbaring sekarang. Belum ada penjaga di pagi-pagi hari seperti ini.

Samar-samar gue lihat bayangan seseorang di sela-sela tirai jendela UKS yang sedikit terbuka. Tampak seperti Changbin lengkap dengan setelan jaket hitamnya berdiri di balik jendela kaca UKS. Entah itu Changbin atau bukan, yang jelas orang itu langsung pergi begitu gue melihat ke arahnya.

Tapi mungkin saja itu bukan Changbin, melainkan salah satu dari sekumpulan siswa yang tadi tampak begitu heboh ngeliat gue jalan dipapah seorang Lee Felix si bintang olimpiade pindahan dari Australia yang notabenenya terkenal sebagai pacar Yeji di sekolahan ini.



Brakk

Tak lama kemudian gue sudah melihat seorang Han Jisung lari tunggang-langgang memasuki UKS dengan hebohnya.

"YON!" Panggil Jisung setelah membuka pintu UKS tadi dengan kasar.

"Kamu kenapa ?" Jisung berlari menuju bilik yang gue tempati disusul Felix di belakangnya.

Antara sadar dan tidak sadar gue mulai genggam tangan Jisung perlahan, "gue.."

"Kambuh ? Kamu bawa obat kan ? Di tas ?" Belum sempat menjawab Jisung udah membombardir gue dengan pertanyaan yang berujung gue angguki sebagai ganti dari jawaban 'iya'.

"Lo apain Yonem tadi ?!" Jisung ngalihin pandangannya ke Felix yang berdiri tak jauh dari Jisung.

"Gue ga ngapa-ngapain dia" jawab Felix lengkap dengan gelengan kepalanya.

"Udah, kamu tunggu sini dulu. Aku ambil obatnya dulu di dalem tas di kelas" Jisung melepas genggaman tangan gue dan bersiap berlari keluar UKS, tapi-

"Obatnya dua kan ?" Changbin tiba-tiba datang dengan nafas terengah-engah seperti habis lari diikuti Jeongin yang tersenyum bodoh sembari menenteng tas punggung gue dengan keadaan terbuka dan buku hampir tumpah kemana-mana.

Changbin membuka tabung kaca bening berukuran sedang tempat obat gue berada di dalamnya.

Dia berjalan mendekat dan mengambil botol air minum dari dalam tasnya dan menyodorkannya ke gue disusul dengan uluran tangan kanannya yang memberikan 2 butir obat gue.

Tak lama setelah gue telan obat ini, gue berangsur-angsur mulai menyadari satu hal.

Gue merasa atmosfir disekitar gue begitu aneh, melihat ketiga lelaki di sekeliling gue ini saling tatap sinis seakan-akan berperang argumen via telepati.

Lupakan saja soal Jeongin yang sedari tadi hanya berdiri tak tau malu di tengah-tengah pintu.

●○●

Hai~
Maaf ya ngebuat kalian nunggu lama. Kondisi gue udah mulai membaik jadi gue usahain update lagi. Stay in the hsptl actually make me crazy.

Happy reading ya~
menurut kalian gue nulisnya terlalu serius ga sih ?

Gue jadi bertanya-tanya kemanakah kerecehan gue perginya :')

Tunggu work moebius gue apdet yaa~~



-felixeu-

(i)nikah? ; Lee Felix Ft. Han JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang