54. °Felix's healer°

14.8K 2.4K 927
                                    

Author's Point Of View

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Author's Point Of View

Seo Changbin tengah berdiri dengan tatapan sendunya di sebuah komplek pemakaman yang tentunya tampak begitu sepi di sore hari ini.

Kakinya tepat berpijak di depan sebuah makam dengan nisan marmer putih yang tampak paling bersih dibandingkan makam-makam lain.

Tak tahu sudah berapa lama dia berdiri disini, namun seperti tanpa lelah ia memandangi lekat-lekat ukiran nama yang tergores disana.

Sesekali doa ia panjatkan untuk dia sang empunya makam. Hatinya terasa pilu. Tuntutan segala macam dari neneknya membuatnya kelu. Mungkinkah jika ia pergi menyusulnya disana semuanya akan lebih terasa ringan dan berlalu ?

Oh ayolah, Changbin bukanlah laki-laki yang akan lari begitu saja dari masalah. Jika hidupnya memang diciptakan untuk masalah, maka satu-satunya cara untuk menghadapinya adalah dengan menyelesaikannya.

Changbin masih memandang gundukan tanah di hadapannya itu dalam-dalam.

Hati kecilnya berkata berharap dia bahagia disana dan berharap dia melihat dirinya berdiri disini sekarang.

Dia gadis yang baik, Changbin yakin ia disana akan baik-baik saja dan mendapatkan tempat yang indah.

Disela-sela tatapannya sesungguhnya ia menelisikkan rasa kecewa. Dengan bodohnya ia lupa membawa sebucket bunga Chrysanthemum kuning kesukaannya.

Entah sudah berapa kali Changbin terus saja merutuki kebodohannya itu.

"Maaf ya...aku datang ngga bawa krisan" ujarnya menahan air mata.

Ia sedih, namun air mata tak pernah sekalipun Changbin tumpahkan disini. Ia masih ingin terlihat sebagai Changbin yang kuat yang rela melakukan apapun untuk dirinya yang telah tiada.

Ia menarik nafas lamat-lamat, menahan air matanya agar tak keluar begitu saja.

"Lain kali kalau aku kesini pasti bawa dua deh buat gantinya... krisan pasti aku bawa" begitu monolognya lagi dibarengi dengan senyum pilunya.

Atensinya beralih pada sebuah arloji hitam yang melingkar dilengannya. Lalu beralih mendongak menatap luasnya langit yang mulai tampak menjingga.

Suasana redup yang mendukung dan amat sinkron dengan keadaan hatinya saat ini.

"Udah sore... kakak pergi dulu ya"

tanganya mengusap nisan marmer itu dengan bumbu senyum termanisnya.

Changbin segera berbalik arah berjalan menjauh setelah selesai melewatkan waktu siang hingga sorenya dimakam ini seorang diri.

Langkahnya memburu menuju mobilnya yang terparkir di samping gerbang utama makam. Ia membuka pintu mobil tersebut, lantas mendudukkan dirinya di kursi kemudi yang nyaman.

(i)nikah? ; Lee Felix Ft. Han JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang