Yonem's Point Of View
Lee Felix, bagai sebuah rajutan mimpi yang sebelumnya belum pernah terpikirkan untuk dimiliki.
Bagai sebuah jackpot, Felix tiba-tiba aja masuk di kehidupan gue dan mengubah semuanya.
Dia yang awalnya cuma bagai pangeran di negeri dongeng yang selalu gue cintai secara sepihak, tiba-tiba aja layaknya sebuah bom waktu dia dilempar begitu saja ke arah gue.
Bom waktu.
Begitu dekat, namun semakin lama mungkin akan meledak dan lenyap.
Hanya masalah waktu, apa bom itu akan bisa dijinakkan atau akan meledak hilang seketika dengan meninggalkan sebuah hadiah luka.
Mempunyai Felix sekarang tak serta-merta membuat gue harus langsung berbahagia, karena dari awal sampai sekarang gue merasa semuanya ngga baik-baik saja.
Sejauh apa gue memaksa untuk terlihat biasa saja dan baik-baik saja, gue juga punya titik lemah tertentu.
Meski Felix yang seketika berubah jadi lebih lembut dan perhatian sejak gue hamil, mungkin gue rasa itu hanya sekedar dorongan hatinya untuk memperhatikan anaknya yang saat ini sedang gue kandung.
Felix bahagia saat gue hamil dan dia begitu antusias menanyakan setiap perkembangan buah hatinya yang masih bersemayam di dalam rahim gue ini.
Sekarang gue tau apa yang bisa membuat Felix bahagia, maka gue harus mempertahankannya.
Rumit.
Entah kenapa sejak dulu hidup gue selalu rumit. Gue lelah menjadi korban, tapi rasa-rasanya gue memang harus terlahir untuk berkorban.
"Yon, kamu tau dasi aku dimana ngga ?" Seru Felix dari dalam kamar.
Jangan heran sejak kapan gue dan Felix merubah konteks dialog kita jadi aku-kamu. Itu semua berkat ide gila seorang Lee Felix yang diiyakan begitu saja oleh Yang Jeongin.
Kata dia, kita harus latihan untuk bicara sopan satu sama lain biar enak didengerinnya sama Baby Lee dari dalam perut.
Padahal rasanya sudah ratusan kali gue bilang ke Felix kalau bayinya masih belum bisa mendengar suara-suara, tapi bukan Felix namanya kalau ngga tetep ngeyel bermonolog ria bareng perut gue setiap malam.
Dan lebih hebohnya Felix merelakan diri berjalan kaki bareng Jeongin menuju tempat rental kaset cuma untuk ngerental beberapa kaset berisi musik-musik klasik bernada lembut.
Padahal dia sendiri punya handphone cukup bagus yang bisa buat download musik kapan aja atau sekedar beli ringtone di itunes.
Tapi nyatanya Felix lebih memilih bertahan dengan cara purbakala.
udahlah terserah Felix, asal dia bahagia.
Gue mematikan kompor lalu melepas apron yang gue pakai, "kamu taruh mana ?, Di laci sebelah jam-jam tangan kamu kan ada"
KAMU SEDANG MEMBACA
(i)nikah? ; Lee Felix Ft. Han Jisung
Fanfiction[#5 - ON GOING] [BUKAN BxB] "Maafkan aku yang selalu gagal memberikan warna". Berisi tentang kisah Lee Felix dan Han Jisung yang bersatu untuk memecahkan misteri maut kaidah Matrilineal, kaidah pemuja wanita sebagai penerus silsilah keluarga. Ayo ba...