72. °KALA ITU, DI RS. MELINDA°

5.3K 1K 330
                                    

Yonem's Point of View

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yonem's Point of View

Belasan tahun lalu sebenarnya menyimpan pilu.

Banyak orang berpikir bahwa terlahir dengan sendok perak di mulut itu pasti menyenangkan. Tampak sempurna dan begitu diinginkan.

Namun nyatanya tidak. Tak selamanya teori bahagia berdasarkan dengan persepsi kalian itu benar.

Kalau gue boleh jujur, sesungguhnya...

Kalian yang menyempitkan definisi bahagia, lalu pada akhirnya tersiksa dengan definisi bahagia yang kalian buat sendiri.

Itu ironis.

"sial.." umpat gue saat tabung obat gue jatuh ke lantai.

Hidup gue juga terasa makin berat saja. Gue merasa tak bisa hidup dengan kardiaka-kardiaka yang jatuh di lantai itu.

Jisung benar, hamil bagi manusia penderita kerusakan organ macam gue ini sangat berbahaya.

Tapi pada kenyataannya gue menikmati setiap kebahagian di sela-sela kebahayaan yang ada.

Merasakan janin gue bergerak dan tumbuh.

Merasakan serunya mual perut saat hamil muda dulu.

Merasakan indahnya masa-masa ngidam gue yang begitu menyiksa Felix.

Haha that's amazing, dan gue bahagia.

Pada dasarnya kebahagiaan tak sesempit persepsi yang kalian kira.

Gue langsung menenggak tandas air di dalam gelas dan kembali duduk di sofa ruang tengah.

Gue sekarang memang mudah lelah. Dokter sudah menyarankan gue untuk dirawat di rumah sakit saja agar perkembangan dan kesehatan gue terkontrol dan diawasi secara intensif.

Tapi itu terlalu rumit dan Felix pasti akan khawatir. Gue cuma tidak mau memperkeruh keadaan.

Gue juga ngga mau Felix tau masa lalu gue yang begitu memalukan.

Untuk menyiasati pembuangan tenaga, pada akhirnya gue benar-benar berhenti sekolah. Selain alasan penghematan tenaga, ada pula alasan lain. Perut gue sudah semakin membesar, cepat atau lambat bayi kecil ini akan segera lahir.

"Kak Yonem, yuhuuu~"

Gue langsung mengangkat kepala melihat Jeongin disebelah sana.

"apaan ?" tanya gue memastikan.

"dua hari lagi Jeongin berangkat, tidak mau mengungkapkan kata-kata terakhir?" ucapnya mendramatisir.

"dikira mau mati ?" jawab gue malas.

"loh kata Hyunjin kalau orang mau pergi itu biasanya dikasih kata-kata terakhir. Kalau kata Hyunjin sih mauidhoh hasanah"

DIKIRA PENGAJIAN ?!

Ya Tuhan, ingin rasanya memesankan Jeongin batu nisan via lazada :')

"lo kira apaan Jeong, astaga" untung gue udah agak kebal sama manusia sejenis Jeongin ini.

Tiba-tiba Jeongin berlari masuk ke kamarnya secara tunggang langgang, lalu gue dengar beberapa suara gaduh dari dalam.

"ngapain sih Jeong?" tanya gue memastikan.

Jeongin keluar dari kamar sambil menyembunyikan tangannya di balik punggung.

"anu.. Itu.. Itu.. Anu.."

"anu apaan ?" tambah heran gue jadinya.

Jeongin berjalan mendekati gue, kemudian ikut duduk di sofa. Dia menyodorkan sebuah bungkusan lebar dan pipih yang dibungkus kertas koran.

"buat gue ?" tanya gue sambil menerima kado berbungkus koran itu, sedangkan Jeongin hanya mengangguk semangat sambil berhaha-hehe ria.

Gue mulai membuka bungkusan koran itu. Tanpa dibuka sih gue yakin ini isinya buku.

Dan benar saja, isinya ternyata adalah buku panduan menyulam dengan sampul warna kuning.

"ekhemm..ekhemm" Jeongin berlagak merapikan kaosnya.

"kata channel situs kehamilan.." Jeongin membenarkan posisi duduknya.

"Menyulam dan merajut itu bagus untuk ibu hamil, dapat meredakan setress dan memberikan efek positif. Ibu yang berpikiran sehat maka akan menghasilkan janin yang sehat dan ceria seperti Jeongin" mulai lagi kan dia.

"sama seperti teori susu kemarin, ini juga dibenarkan.." Jeongin mendeja kalimatnya dan menatap gue.

"... Kata Kak Seto" imbuhnya.

"Jeonggg~" pingin bamget gue berkata kasar. Namun sayangnya Felix sudah mewanti-wanti gue buat jaga bicara dan tidak boleh mengumpat.

"tapi gapapa deh terimakasih ya" ujar gue pada akhirnya, lebih baik pasrah saja.

"jagain Njinjin buat Jeongin ya kak. Jeongin jadi serem sendiri saat membayangkan betapa suramnya hidup Njinjin tanpa malaikat baik kayak Jeongin ini" Jeongin menatap Njinjin yang berenang-renang di toples sebelah TV.

"waktu nanti kak Yonem kangen Jeongin, kak Yonem lihat aja buku itu" gue langsung memandang sampul depan buku panduan sulam pemberian Jeongin ini.

Indah,


Gambar sampul depannya ternyata sulaman gambar monyet.

"maksud lo monyet ini ?" tanya gue sambil menyodorkan gambar monyet itu ke Jeongin.

"lohh bukann, kayaknya tadi Jeongin pilih yang gambar Simpanse dehh!" kayaknya simpanse sama monyet juga masih satu keluarga.

Jeongin langsung berdiri lalu tak lama kemudian kembali duduk lagi sembari mengerutkan keningnya.

"hemm kak Yon, kenapa kak Yonem ngga cerita ke Jeongin kalau sekarang pakai pengawal? Kan Jeongin juga pingin keren gituu diikutin sama mas-mas pengawal misterius!"

Pengawal ?

"pengawal apa? Gue ngga pakai pengawal tuh" sahut gue kebingungan.

"kemarin pas Jeongin pulang sekolah kan ketemu kak Yonem pas keluar dari supermarket depan apart. Terus kak Yonem ada yang ngikutin gitu" jelas Jeongin membuat gue makin penasaran.

"Teru-"

"oh iya kak" Jeongin memotong pertanyaan gue. Lalu gue mendongakan wajah mengisyaratkan kata 'apa?'.

"Rumah sakit tempat kak Yonem bersalin nanti dimana ? Bukan rumah sakitnya kak Jisung?" tanya Jeongin tiba-tiba.

"bukan Jeong. Nanti mungkin di Rumah sakit Melinda" jawab gue.

Dokter kandungan gue memang tidak bekerja di rumah sakit keluarga Han Jisung.

"oh Rumah Sakit Melinda" Jeongin seperti mengangguk paham.

"emang lo tau? Section supermarket depan apart aja lo ngga hafal Jeong" ledek gue ke Jeongin.

"ya taulah kak. Itu kan tempat lama kak Felix  di rawat dulu"

"Felix dirawat ?" cicit gue sedikit kaget. "emang dia sakit apa?"

•¤•¤•¤•¤•

-Felixeu-

(i)nikah? ; Lee Felix Ft. Han JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang