Chapter 1
Ingatkan aku akan 9 April sebagai awal dari segalanya
-Mentari-
》》》♡《《《
Hari ini, tanggal 9 April 2018. Aku sedang duduk ditaman belakang sekolah dengan novel ditanganku. Aku lebih suka berada disini ketika istirahat dibandingkan pergi ke kantin dan berdesakan disana. Disini aku merasa lebih tenang sambil membayangkan bagian yang sedang ku baca.
Aku merasakan ada yang duduk disampingku. Aku menoleh saat mendapati seseorang sedang memperhatikanku. "Hai! Lagi baca apa?" Sapanya.
"Hai! Lagi baca hujan," jawabku sambil memperlihatkan cover novel yang kubaca. Hujannya Tere Liye.
"Oh, itu aku udah baca. Bagus," ucapnya memberi komentar. Kami memang sering bertukar komentar mengenai novel yang kami baca. Kami bisa dekat juga karena memiliki hobi yang sama, membaca novel.
"Kamu suka yang bagian mana?" tanyaku kepada laki-laki yang sekarang sudah berhadapan denganku.
"Aku suka pas Lail sama Maryam ikut kegiatan sukarelawan. Mereka kelihatan dewasa banget pas itu," ucap Elang. Ya, namanya Elang. Seelang matanya yang tajam. Tetapi aku heran ketika dia menatapku tidak ada tatapan elang sama sekali. Yang ada hanya tatapan lembut yang tak pernah kulihat ketika dia menatap orang lain.
"Aku juga suka yang bagian itu. Apalagi pas mereka cuma latihan yang dikira beneran itu," ucapku sambil sedikit terkekeh mengingat kejadian dalam novel itu.
"Aku juga suka endingnya, bagus. Kamu harus baca sampai akhir."
"Pasti."
"Kamu baca sampai mana?"
"Aku baru baca sampai bagian Esok nggak ada kabar terus Lail disamperin Papa angkatnya Esok pas di pengungsian. Itu tuh gemesin banget. Masa Papanya Esok git-" belum sempat aku melanjutkan ucapanku tiba-tiba ada cairan yang mengenai tubuhku. Seragam putihku sudah berubah warna, novel ditanganku sudah basah, dan tentunya tanganku juga. Cairan itu aku yakini adalah pop ice rasa taro dari baunya.
Aku mengalihkan pandanganku dari Elang dan menatap dari mana pop ice itu datang. Kulihat disebalahku sudah ada seorang cowok yang terduduk di tanah dan ada cup plastik yang hampir kosong tanpa penutup di tangannya.
"Kamu gimana, sih? Jalan pake mata, dong! Kan jadi basah aku," makiku sambil menatap cowok itu yang kini juga sudah berdiri.
"Dimana-mana jalan itu pakai kaki. Emang lo mau mata lo itu gue panjangin biar lo bisa jalan pakai mata?" katanya ketus sambil membersihkan tangannya yang juga basah.
Rasanya aku ingin sekali menjambak rambut berantakannya saat dia mengatakan itu. Penampilannya tak mencerminkan pelajar sekolah yang rajin. Seperti yang kubilang tadi, rambutnya berantakan, baju yang dikeluarakan, dan tidak memakai dasi. Sangat memperlihatkan bahwa dia seorang badboy. Aku tahu siapa dia.
"Kok kamu malah nyolot, sih?! Bukannya minta maaf, udah salah juga," aku berdiri menatapnya tajam.
"Liat! Buku aku basah, sekarang gimana aku bisa baca? Terus seragam aku juga basah," aku memperlihatkan novel yang sudah tak layak dibaca kedepan wajahnya. Seragamku pun kini sudah berubah warna meski tak seluruhnya.
"Yaudah ganti baju aja kali. Gitu aja ribet," ucapnya enteng.
"Ganti pakai apa? Kamu kira aku bawa lemari ke sekolah?" kini aku sudah meletakkan kedua tanganku dipinggang.
Tanpa meminta izin dengan seenak jidatnya dia menarik tanganku. Aku mencoba melepaskan cekalan tangannya begitu juga dengan Elang. Namun usaha kami sia-sia. Bisa kulihat beberapa pasang mata menatap kami dengan pandangan bingung apalagi dengan keadaan seragamku yang sudah kotor. Dia membawaku ke dalam kelas yang kutebak adalah kelasnya. Dia berhenti di depan sebuah meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
50 DAYS
Teen Fiction50 hari itu 50 hari yang tidak mungkin kulupakan 50 hari yang menjadi bagian favorit dalam hidupku Jika boleh aku memohon satu permintaan Maka aku akan memohon kepada Tuhan Agar mengulang 50 hari itu Untukmu, Thank you for fifty days for me Best pic...