《 LIMA 》

71 9 0
                                    

Chapter 5

When you feel so tired but you can't sleep

Coldplay - Fix you

》》》♡《《《

Sepanjang makan malam itu hanya diisi dengan pembicaraan tentang bisnis yang tak kumengerti sama sekali. Itu sangat membosankan. Sebenarnya tidak akan terlalu membosankan jika bukan Mama dan Papaku partner bisnis ayahnya Radit. Kalian pasti sudah mengerti bagaimana terobsesinya mereka berdua pada pekerjaan dan menyelesaikannya dengan cepat lalu mengerjakan hal lain adalah keinginan terbesar mereka.

Setelah makan malam selesai Papa dan Mama tidak langsung pulang. Mereka masih membicarakan tentang bisnis dengan Ayahnya Radit di ruang tamu. Hanya bertiga. Tidak ada yang boleh mendekat kesana. Seakan kedatangan satu diantara aku, Bunda, Acha, atau Radit yang datang kesana akan mengganggu pembicaraan penting mereka.

Itulah kedua orang tuaku. Mereka sangat terobsesi pada karir sampai melupakan sekitar mereka.

Aku, Bunda, Acha, dan Radit memilih duduk di ruang keluarga. Kami semua sama-sama diam. Tidak ada yang berbicara. Tidak ada menonton televisi. Entah mengapa Bunda menyuruh kami duduk diam disini. Padahal ini benar-benar membosankan. Duduk diam tanpa melakukan apapun hampir satu jam? Yang benar saja.

"Kita ngapain diem kayak gini sih, Bun?" tanya Radit yang sepertinya sudah sangat bosan.

"Terus kita mau ngapain? Samperin Ayah sama tamunya? Nggak mungkin, kan?" bukannya menjawab, Bunda malah balik bertanya.

"Radit naik aja." Radit sudah berdiri dan akan pergi dari sana, tetapi Bunda menahan Radit.

"Nggak sopan, Bang. Disini ada tamu kok Abang malah naik, sih?"

"Orang tamunya aja sibuk sendiri. Ngapain Radit sopan sama mereka?" Radit seakan melupakan bahwa tamu itu adalah orang tuaku. Dan dia mengatakannya tepat didepanku. Meski itu benar, tapi tetap saja aku merasa tersinggung. Bagaimana bisa dengan lancarnya Radit mengatakan itu dihadapanku.

"Abang ih," Bunda memberikan tatapan mautnya kepada Radit. Nyali Radit seakan langsung menciut dan dia kembali duduk, suasana kembali hening.

Sayup-sayup bisa kami dengar suara ketiga orang yang sedang berbincang tentang bisnis itu menutup perbincangan. Bunda menyuruh kami mengikutinya keluar. Dan benar saja, pembicaraan mereka sudah selesai.

"Senang bisa berkunjung ke rumah Anda." ujar Papa dengan senyum tipis, nyaris tak terlihat.

"Senang Anda bisa mengunjungi rumah kami." jawab Ayah dengan senyum yang lebih lebar dari senyum Papa.

Ayah menyalami tangan Papa dan Mamaku. Kemudian kedua orang tuaku itu mendekati aku, Bunda, Radit, dan Acha. Mungkin mereka akan menawariku untuk pulang bersama mereka. Aku sangat berharap. Tapi mereka mendekati Bunda terlebih dahulu.

"Terima kasih atas makan malamnya." ucap Mama.

"Sama-sama. Sebenarnya anak Anda yang membantu saya memasak."

Mama hanya tersenyum sangat tipis menanggapinya. "Baiklah, kami pamit."

Tunggu. Mereka benar-benar mendekatiku. Ya Tuhan! Aku senang sekali. Akhirnya keberadaanku dianggap juga oleh mereka.

"Mentari, Papa sama Mama mau ke kantor sebentar, ada berkas yang harus kami urus. Kamu bisa pulang sendiri, kan?" ucap Mama yang langsung membuatku lemas. Aku hanya mengangguk tanpa memberi senyum kepada mereka. Aku mengecup punggung tangan mereka sebelum mereka pergi.

Aku tahu mereka tidak mungkin menyia-nyiakan waktu mereka hanya untuk mengantarku pulang. Jika aku masih bisa pulang sendiri, kenapa mereka harus repot-repot mengantarku pulang?

50 DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang