Chapter 19
Hujan tak pernah mengeluh meski jatuh berkali-kali.
-Mentari-
》》》♡《《《
Apa yang lebih menyenangkan dari merayakan ulang tahun bersama keluarga? Mendapatkan pesta kejutan, meniup lilin disertai iringan lagu dan tepuk tangan, memotong kue lalu memberikannya kepada orang tersayang, lalu membuka hadiah bersama-sama. Semua hal itu diingankan semua orang. Bahkan aku juga menginginkannya.
Dan semua itu terwujud ketika Mama dan Papa datang ke kamarku dan membangunkanku dengan suara nyanyian Selamat Ulang Tahun. Langkah kaki mereka juga membuatku bangun dan mataku menangkap sosok Mama dan Papa sedang berdiri di samping ranjang masih dengan nyanyian mereka. Terlihat oleh mataku yang masih berusaha membuka sempurna Mama membawa sepotong kue persegi di tangannya. Papa berada di sampingnya sambil bertepuk tangan.
"Mentari ayo bangun dulu dong." Ucap Mama ketika nyanyian itu sudah berakhir.
Aku bangkit dan terduduk diikuti oleh Mama dan Papa yang juga duduk di atas tempat tidur. Mama menyodorkan kue yang di atasnya terdapat beberapa lilin warna-warni. Dekorasi kue itu sangat lucu, namaku terpampang manis di atasnya dengan krim berwarna putih lalu disekelilingnya terdapat krim coklat.
"Doa dulu abis itu tiup lilin."
Kusatukan tanganku membentuk sikap berdoa seperti yang di perintah Papa. Dalam doaku aku ingin mendapat segala kebahagiaan bersama mereka dan aku tidak ingin kehilangan kebahagiaan itu lagi.
Setelah berdoa aku meniup beberapa lilin dan Papa memberikan tepukan tangan. Lalu Mama menyodorkan pisau kue kepadaku untuk kugunakan memotong kue di tangannya. Belum selesai aku membuat satu potongan kue, aku mendengar suara seseorang memanggilku. Badanku juga terguncang padahal aku tidak melihat seseorang mengguncangku. Di ruangan ini hanya ada aku, Papa, dan Mama yang sedang merayakan ulang tahunku.
Itulah yang kuinginkan sejak kecil.
Ketika mataku terbuka dan kembali pada alam di mana segala kenyataan ternyata sudah menunggu kita. Segala hal yang menurutku tidak akan terjadi sama persis dengan apa yang ada di mimpi kita. Semua kenyataan yang terkadang tidak kuinginkan.
Mataku yang sebelumnya terpejam membuka perlahan menampakkan seorang gadis dengan pipi tembam sedang menepuk pelan pipiku dengan tangan mungilnya. Mataku menyorotnya lekat memastikan kalau dia bukanlah Papa atau Mama yang sedang membangunkanku dengan membawa kue ulang tahun dan juga iringan lagu ulang tahun.
Nyatanya semua itu terlalu mustahil untuk terjadi. Saat aku terlempar kembali pada kenyataan bahwa semua itu hanya bisa kurasakan dalam mimpi. Kenapa setiap mimpi yang hadir dalam tidurku sangatlah indah, berbanding terbalik dengan kenyataan yang ternyata terlalu pahit untuk kurasakan apalagi kuceritakan?
Aku selalu percaya bahwa dibalik kemustahilan pasti ada satu harapan yang masih tercetak untuk kita harapkan. Tapi satu kemustahilan ini melenyapkan pemikiranku pada kemustahilan lain.
Mataku mengerjap ketika Acha mulai membuka tirai jendela yang menampakkan sinar matahari pagi yang menyilaukan mata. Tanganku berusaha menutupi mataku yang menyipit.
"Ayo bangun, Kak! Udah pagi, siang malah." Acha duduk di sampingku dan menyibak selimut yang menutupi hampir semua tubuhku.
"Udah jam berapa emang?" tanyaku dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Jam 9."
Mataku membelalak. Baru kali ini aku bangun sesiang ini. Padahal tadi aku sudah bangun untuk shalat subuh, tapi aku kembali tertidur karena masih sangat mengantuk. Tadi malam setelah mengobrol di bawah aku tidak langsung tidur, melainkan masih menemani Acha yang menonton konser The Chainsmokers di youtube. Lalu setelah itu Acha masih bercerita tentang teman-temannya dan salah satu sahabatnya yang tidak membalas chat-nya. Aku mendengarkannya karena aku juga belum mengantuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
50 DAYS
Novela Juvenil50 hari itu 50 hari yang tidak mungkin kulupakan 50 hari yang menjadi bagian favorit dalam hidupku Jika boleh aku memohon satu permintaan Maka aku akan memohon kepada Tuhan Agar mengulang 50 hari itu Untukmu, Thank you for fifty days for me Best pic...