《 DUA PULUH 》

46 5 0
                                    

Chapter 20

Aku tak selalu bahagia dengan keramaian. Terkadang cukup sendiri agar aku bisa menciptakan suasana hati

-Mentari

》》》♡《《《

Dufan selalu ramai apalagi di hari libur atau akhir pekan. Ditambah dengan cuaca panas membuatku ingin sekali masuk ke dalam lemari pendingin. Mataku menjelajah menatap setiap sudut taman bermain ini, banyak orang berlalu lalang serta terdengar suara orang-orang berteriak saat menaiki wahana. Aku takjub dengan semua keramaian ini.

"Temen Kakak di mana?" tanya Acha. Aku dan keempat orang yang juga sedang berada di dufan berjalan mencari tempat duduk sambil mencari keberadaan Bintang.

"Tadi sih katanya nunggu di gerbang, tapi kok nggak ada ya?"

"Ya mana kita tau, Ri. Kan elo yang janjian." Sembur Valdo cepat. "Duduk sana dulu, gue capek banget tau!"

Kami berjalan menuju pohon yang di bawahnya terdapat tempat duduk yang mengelilingi batang pohon itu. Setelah duduk aku mengambil ponsel dari dalam tas kecil yang kubawa. Tanganku langsung bergerak di atas layar segi empat itu untuk mencari tahu lokasi Bintang sekarang. Tidak mudah mencari seseorang di tempat seramai ini.

Planetta Mentari : Dimana, Bi?

Pesanku tidak langsung dibaca apalagi dibalas, perlu menunggu. Kutunggu di menit pertama dan tidak ada jawaban. Lalu di menit kedua masih sama. Dan begitu seterusnya. Mataku yang lelah menatapi layar ponsel yang menampilkan ruang chat bersama Bintang mendongak dan menemukan Acha yang sedang mengipasi wajah tembamnya.

"Panas, Cha?" tanyaku dan Acha mengangguk. Aku jadi tidak enak padanya.

"Main aja dulu, yuk." Ajakku.

"Tapi temen Kakak?"

"Gampang."

Baru aku berdiri dan di susul keempat orang yang tadi juga sedang duduk, aku mendengar ada seseorang meneriakkan namaku. Aku menoleh dan mendapati seorang cewek sedang berlari ke arahku membuat tas selempangnya terpontang-panting.

"Gue nyari lo dari tadi, huh." Nafas cewek itu belum teratur, tapi dia tetap berusaha berbicara sambil membungkukkan tubuhnya dengan tangan bertumpu di lulut.

"Katanya nunggu di gerbang?"

"Tadi panas, gue beli minum dulu." Bintang mendongak dan terlihat terkejut menatap beberapa orang yang juga sedang menatapnya.

"Lo sama siapa, Ri?" tanyanya bingung. Matanya beralih menatap satu per satu orang di depannya. "LO!"

Wajahku menoleh mengikuti objek pandang Bintang yang menatap Adnan sambil menjulurkan telunjuknya menunjuk Adnan.

"Ngapain lo!"

"Heh, elo yang ngapain di sini. Baru dateng bikin masalah aja lo."

Aku mengernyit bingung. "Kalian udah saling kenal?" tanyaku.

"Ih, ogah gue kenal sama dia." Bintang melipat kedua tangannya sambil mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Bi, nggak boleh gitu dong. Ini namanya Adnan, itu Valdo, ini Radit, dan ini Acha, adeknya Radit." Aku menunjuk satu per satu orang yang kuperkenalkan pada Bintang.

"Ini temen lo yang dari tadi kita tungguin, Ri?" tanya Adnan.

Aku mengangguk sebagai jawaban lalu kulihat Adnan meringis sambil memutar bola matanya sebelum akhirnya berjalan terlebih dahulu meninggalkan kami. Kami semua menyusul Adnan yang melangkah entah kemana.

50 DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang