《 DUA BELAS 》

28 3 0
                                    

Chapter 12

Hidup bukan hanya tentang kita, tapi kita adalah tentang hidup

-Mentari-

》》》♡《《《

"Radit?"

Cowok di hadapanku itu hanya memasang tampang datarnya saat aku refleks memanggil namanya. Sedangkan aku mendongakkan kepala dengan posisi masih terduduk di tanah.

Sekian detik cowok itu masih menatap datar ke arahku dan bodohnya aku membalas tatapan itu. Lalu ketika aku kembali menyadari bahwa ada banyak orang yang melihatku aku langsung bergegas berdiri dan membersihkan celanaku yang kotor akibat terduduk tadi.

"Kamu ngapain disini?"

Radit tidak menjawab malah beranjak dari sana tidak mempedulikan pertanyaanku. Dan dengan mudahnya kakiku berjalan mengikuti langkahnya. Setelah berhasil menyeimbangkan langkahku dengan Radit aku memutar kepala menghadapnya.

"Bunda apa kabar?"

Radit menoleh padaku sekejap lalu menatap ke depan lagi. tatapannya masih sama. Datar.

"Baik," jawab Radit singkat.

Aku diam mendengar jawabannya yang super duper power singkat itu. Jawaban itu terdengar sangat menyebalkan di telingaku.

Tiba-tiba aku teringat sesuatu yang ingin kutanyakan pada Radit. Sesuatu yang membuatku penasaran setengah hidup dan sesuatu yang membuatku mengklaim Raditlah orangnya.

"Dit, malem itu kamu langsung pulang?" Radit tidak menoleh dan tetap menerawang ke depan. Tapi dia menjawab pertanyaanku walaupun hanya dengan dehaman pelan.

"Kamu nggak kemana dulu gitu?"

"Enggak."

"Coba kamu inget-inget, mungkin kamu ke kafe atau kemana gitu."

"Enggak."

"Inget lagi, Dit. Siapa tau kamu emang lupa, coba deh."

"Enggak, Ri."

"Atau malem itu kamu disuruh Bunda nemenin kemana gitu?"

"Gue bilang enggak ya enggak."

Aku tersentak ketika Radit membentakku. Aku tahu mungkin dia kesal dengan pertanyaanku yang tidak juga berubah meskipun aku sudah tahu jawabannya. Tapi aku masih yakin kalau orang itu adalah Radit.

"Ya kan aku cuma nanya." Aku membalas bentakan Radit. Aku kesal saja ketika dia membentakku dengan begitu emosinya. Lalu aku berjalan mendahului Radit dan tidak mempedulikan cowok itu yang masih diam.

Baru kusadari bahwa ternyata Radit mengikutiku dan sekarang langkah kami sudah sejajar. Aku tidak tahu harus mengarahkan kakiku ke arah mana. Lama aku berjalan kesembarang tempat. Lalu aku mengingat sesuatu yang ingin kutanyakan lagi, tapi sebelum aku bertanya ada panggilan untuk namaku terdengar.

"Mentari..." Aku berhenti mendengar panggilan itu. Cewek yang memanggilku tadi berada beberapa meter di depanku dan sekarang sedang mendekat dengan sedikit berlari.

"Lo dari mana aja, sih? Gue dari tadi nungguin lo." Mata cewek itu beralih menatap Radit dengan sorot tanya kemudian kembali lagi kepadaku.

"Lo ngapain?"

Aku menggeleng. "Nggak ngapa-ngapain."

Bintang mendekatkan mulutnya ke telingaku. "Kok ada dia?" lalu sedikit melirik Radit.

"Em... tadi-"

Belum selesai meneruskan kalimatku, Radit melenggang pergi dari sana padahal aku masih ingin bertanya padanya.

50 DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang