《 SEBELAS 》

50 5 0
                                    

Chapter 1

Terkadang menerima lebih buruk dari menolak.

-Mentari-

》》》♡《《《


"Mama kamu nggak marah kamu disini?"

Tanganku berhenti di udara. Kuletakkan kembali sendok di tanganku ke atas piring yang masih berisi separuh makanan di hadapanku itu.

"Nggak papa kok, Bun. Lagian Mama jam segini juga belum pulang." tanganku beralih memainkan nasi dan lauk di piringku.

"Emang Mama kamu larang kamu main ke sini?" Aku menoleh menatap Ayah yang mengajukan pertanyaan yang aku pun tidak tahu jawabannya.

"Ng-enggak kok, Yah," jawabku terbata-bata.

Suasana menghening sejenak. Acha pun yang biasanya selalu cerewet kali ini makan dalam diam dan selalu menunduk menatap makanannya dengan tatapan kosong. Tadi pun saat dia berpapasan denganku di dapur dia hanya menyapaku seadanya saja. Padahal biasanya dia langsung berhambur dalam pelukanku.

"Em...Mentari nanti kamu nginep sini?" tanya Ayah lagi dan aku memandangnya yang masih berusaha mengunyah makanan.

"Enggak, Yah."

"Kenapa nggak nginep aja?," ucap Ayah seperti membujukku untuk menginap. Aku sedikit gugup dengan ucapan Ayah. Aku tidak bisa menginap dengan kondisi seperti sekarang dimana sepertinya Bunda sedikit merubah sikapnya padaku, Acha dan Radit juga melakukan hal yang sama. Apakah Bunda dan Radit sudah menceritakan semuanya dan Acha jadi membenciku karena sikap Mama yang tidak bisa kutahan?

Membicarakan Radit aku jadi teringat dengan kejadian malam itu. Dimana ada seorang laki-laki menatapku dari luar jendela kafe. Laki-laki berjaket hitam dan memakai slayer. Aku ingin bertanya kepada Radit apakah itu adalah dirinya, jika memang benar untuk apa dia memperhatikanku dari luar jendela itu. Tapi kalau laki-laki itu bukan Radit lalu siapa?

"Mentari?" panggilan Ayah memecah lamunanku. Dengan tergagap aku menyadarkan diriku.

"Iya, Yah?"

"Kenapa ngelamun?" Pertanyaan Ayah membuat semua orang di meja makan itu menatapku.

"Nggak papa, Yah."

"Jadi kapan kamu mau nginep? Nanti kalau kamu nginep kita nonton film bareng," ujar Ayah.

"Besok aja, Yah. Soalnya aku nggak bawa baju," tolakku berusaha menjaga alasan agar terdengar baik.

"Beneran besok, ya?"

"Eh, iya, Yah." Aku tidak menyangka alasanku tadi membuatku memenuhi ajakan Ayah meski bukan sekarang. Tapi apa mungkin besok mereka sudah bisa menerimaku lagi?

》》》♡《《《

Setelah membantu Bunda membereskan meja makan tadi aku langsung pamit pulang. Aku masih merasakan hal yang berbeda dengan mereka ketika aku berpamitan akan pulang. seperti Acha yang biasanya merengek kepadaku tadi hanya mengatakan 'hati-hati, kak' saja. Dan Bunda yang biasanya memberi berbagai wajangan juga hanya mengatakan hal yang sama. Hanya Ayah yang masih tidak berbeda. Dia masih bersikap seperti biasa.

Sementara Radit juga masih seperti biasanya yang jarang berbicara padaku saat berada di rumahnya. Bahkan bisa dikatakan kami tidak pernah berbicara ketika berada di rumahnya.

Setelah membersihkan diri aku langsung merebahkan tubuhku ke atas tempat tidur medium size-ku. Meluruskan punggung sepertinya bisa membuatku tenang lalu berhasil memejamkan mata untuk sekedar melepas penat. Setelah mencoba mandi yang membuat kepalaku sedikit lebih segar.

50 DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang