Chapter 3
'Aku nggak papa' itu hanya kalimat kosong yang diucapkan orang yang sering terluka.
-Mentari-
》》》♡《《《
"Pagi dunia!"
Itulah sapaan pagi yang selalu kuucapkan setiap bangun tidur. Ucapan itu sudah mewakili semua makhluk di dunia ini. Mulai dari hewan, tumbuhan, manusia, udara, air, angin, awan, dan semuanya. Karena tidak mungkin aku menyapa mereka satu per satu. Seperti menyapa si mengky, kucing piaraan milik Pak Adi, tetanggaku. Lalu menyapa si Choky anjing piaraan Pak Bowo yang super galak itu. Anjingnya yang galak.
Aku tidak mungkin melakukan semua itu, kan? Jadi ucapanku tadi sudah mewakili meskipun tidak ada yang menyapa balik. Memangnya aku mengharapkan siapa yang menyapa pagiku? Mama dan Papa? Mungkin sekarang mereka sudah akan pergi ke kantor. Bintang? Aku harus menunggu sampai di sekolah dulu. Kalau mengucapkan lewat pesan itu tidak mungkin. Matanya saja belum terbuka jam segini, bagaimana tangannya bisa membuka ponselnya.
Lalu dari siapa lagi? Pacar? Doi belum sampai ke hatiku. Mungkin masih nyari dan belum ketemu. Aku ini kan kecil jadi kalau berada diantara orang-orang akan sulit menemukanku. Jadi mungkin dia masih nyasar ke hati orang lain. Apaan sih.
Aku langsung bergegas ke kamar mandi dan tentu saja aku mandi. Setelah mandi aku bersiap untuk pergi ke sekolah. Tubuhku sudah lengkap dengan seragam sekolah. Bukan seragam yang kemarin kotor. Aku punya cadangan seragam jadi aku pakai saja cadangan itu. Lagi pula seragamku yang kotor kutinggal dirumah Bunda yang katanya akan di cucinya. Kaos olahraga Radit juga sudah kuberikan kepada Bi Yun untuk di cuci.
Setelah kurasa penampilanku cukup aku turun kebawah untuk sarapan pagi. Ketika aku turun kulihat ada Mama dan Papa dimeja makan. Mereka makan sambil memfokuskan pandangan ke iPad masing-masing. Aku mendesah kasar melihatnya. Aku tahu mereka sibuk, tapi tidak bisakah mereka melupakan pekerjaan mereka sebentar? Apalagi itu saat makan.
Aku duduk dikursi dihadapan mereka. Mereka memang duduk bersebelahan dan bahkan sangat dekat. Tapi tidak ada interaksi diantara mereka berdua. Mereka bahkan tidak menyadari kehadiranku. Mata mereka tetap fokus pada iPad di tangan mereka.
"Pagi, Ma, Pa," aku memutuskan untuk menyapa terlebih dahulu. Jika tidak, tidak akan mungkin ada percakapan pagi ini.
"Pagi," jawab mereka berdua serentak. Aku mendengus kembali. Saat menjawab sapaanku pun mereka tidak mengalihkan pandangan dari iPad sialan itu. Biarlah aku berkata kasar. Aku sudah sangat membenci iPad di tangan mereka itu dan ingin rasanya aku membanting iPad itu sampai pecah berkeping-keping, seperti hatiku saat ini.
Mereka sepertinya lebih mementingkan iPad mereka seakan dunia mereka adalah iPad itu. Seakan anak mereka adalah iPad itu. Bahkan jika ada gempa bumi berukuran 10 skala richter pun mereka tidak akan sadar.
Aku memutuskan memakan makanan yang kuambil sendiri. Aku makan dalam diam. Memangnya apa yang bisa kukatakan saat ini? Jika aku membuka mulutku pun pasti aku seperti berbicara sendiri walaupun ada orang tuaku didepanku.
"Ayo berangkat, Ma!" ucap Papaku. Namanya Sam, Samuel Aurega. Pemilik Aurega's Company. Salah satu perusahaan besar dengan penanam saham dimana-mana.
"Ayo!" jawab Mamaku. Namanya Lisa Maharani. Mamaku ikut mengelola perusahaan Papa. Dia menjadi wanita karir yang selalu berada disamping suaminya dan selalu membantu suaminya. Tapi mungkin hanya suami dan pekerjaannya yang menjadi prioritasnya sekarang. Sedangkan aku seperti anak yang hanya diberi materi lalu selebihnya terserah padaku.
Mereka pergi tanpa mngucapkan apapun padaku. Mata mereka masih tertuju pada iPad masing-masing bahkan ketika mereka berjalan. Seolah kaki mereka bisa mengarahkan kemana mereka akan pergi.

KAMU SEDANG MEMBACA
50 DAYS
Teen Fiction50 hari itu 50 hari yang tidak mungkin kulupakan 50 hari yang menjadi bagian favorit dalam hidupku Jika boleh aku memohon satu permintaan Maka aku akan memohon kepada Tuhan Agar mengulang 50 hari itu Untukmu, Thank you for fifty days for me Best pic...