Chapter 4
Aku tidak membenci mereka karena aku yakin mereka akan melihatku suatu saat nanti, meskipun saat itu terjadi ketika mataku terpejam sempurna dan tak lagi bisa terbuka.
-Mentari-
》》》♡《《《
Waktu istirahat adalah waktu yang ditunggu-tunggu oleh para siswa karena mereka akan diizinkan pergi ke surga sekolah. Tapi waktu istirahatku masih sama dengan hari-hari kemarin. Duduk dengan bacaan ditaman belakang sekolah yang sepi.
Kata teman-temanku taman belakang sekolah ini angker. Ada penghuni tak kasat mata yang menghuni salah satu pohon besar disini. Tapi aku tidak peduli. Jika mereka menampakkan diri mereka aku akan berlagak sok tidak melihat atau mungkin lebih baik aku akan mewawancarai mereka. Pertanyaan pertama yang harus kuajukan adalah mengapa mereka tidak pernah menjaga penampilan ketika mengganggu manusia. Ok, lupakan pertanyaan aneh itu.
Aku berpisah dengan Bintang saat bel istirahat berbunyi. Kalau kalian tanya kemana Bintang saat jam istirahat maka jawabannya adalah sudah menghilang bersama Rio, pacarnya. Bintang itu sangat anti buku. Dia lebih suka berdesakan dikantin daripada harus membaca buku yang katanya membuat matanya sakit. Alasannya memang aneh, tapi itulah Bintang. Aku juga tidak tahu bagaimana aku bisa berteman dekat dengan cewek itu. Padahal dia termasuk cewek populer dengan fans laki-laki yang bertebaran, tetapi dia maunya bersahabat denganku ketika diluar sana banyak cewek rempong yang ingin berteman dengannya.
Bintang tidak sombong meski dia berasal dari keluarga berada. Dia juga tidak berdandan menor ke sekolah. Tidak seperti geng cabe-cabean kriting yang terkenal di sekolahku. Pergi ke sekolah saja harus mencatok rambut dulu lalu dengan rona lipstick yang mengalahkan cetar membahana-nya Syahrini. Bahkan mereka sudah mendapat ribuan peringatan dari guru, tetapi mereka tidak peduli sama sekali. Bintang tidak seperti itu.
Kalian pasti sudah kenal Elang. Elang Purnama Effendi nama lengkapnya. Dan sekarang ini dia sudah duduk di sebelahku, entah sejak kapan. Dia duduk sambil membawa novel di tangannya lalu memandangiku yang baru menyadari keberadaannya.
"Elang? Sejak kapan?" tanyaku.
"Baru aja, kok," jawab Elang.
Kami berdiaman sejenak. Aku larut kembali dalam novel di tanganku sementara Elang masih diam memandangiku. Aku tahu dia memandangku, tapi aku pura-pura tidak tahu saja. Kalau aku bertanya nanti pasti suasana akan canggung karena dia kepergok sedang memandangiku.
Tiba-tiba aku teringat sesuatu. "Elang, kamu punya matahari-nya Tere Liye nggak?"
"Oh, yang matahari? Ada. Kamu mau pinjam?"
"Iya, aku belum baca yang itu. Aku pinjam, ya?"
"Ok, besok aku bawain."
Aku ini memang penggemar novel-nya Tere Liye. Aku hampir punya semua novel keluaran Tere Liye. Menurutku karya Tere Liye itu bagus-bagus semua. Dia salah satu penulis yang kusuka selain JK Rowling. Ya, si penulis 'dunia sihir' itu. Dia adalah favoritku meskipun aku membaca karyanya dalam bentuk terjemahan. Mana bisa aku membaca buku setebal itu dengan seluruh kalimatnya berbahasa inggris. Meskipun aku bisa berbahasa inggris sedikit-sedikit, tetapi rasanya gila saja membaca buku berbahasa inggris apalagi itu novel.
"Cowok yang kemarin itu udah ganti novel kamu yang basah?" tanya Elang tiba-tiba.
"Udah," jawabku singkat.
"Aku denger tadi pagi kamu berangkat sama dia, ya?" tanya Elang lagi yang membuatku mengangkat wajahku sehingga kini aku menatapnya. Buku di tangannya tak di pedulikannya. Untuk apa dia bawa buku kalau dari tadi tidak di baca? Aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
50 DAYS
Roman pour Adolescents50 hari itu 50 hari yang tidak mungkin kulupakan 50 hari yang menjadi bagian favorit dalam hidupku Jika boleh aku memohon satu permintaan Maka aku akan memohon kepada Tuhan Agar mengulang 50 hari itu Untukmu, Thank you for fifty days for me Best pic...