TIGA PULUH SATU

24 2 0
                                    

Perubahan? Tidak penting. Hanya membuatmu semakin sulit membedakan mana yang tulus dan tidak.

***

Hari ini aku bangun pagi seperti biasanya, namun saat membuka mata bukan pemandangan kamarku yang kulihat, melainkan kamar Bintang. Dan hari ini adalah peringatan hari kartini di sekolahku. Semua siswa dan guru diwajibkan memakai pakaian daerah seperti tahun-tahun sebelumnya. Tapi tahun ini berbeda bagiku karena di tahun-tahun lalu aku lebih memilih tidak masuk daripada harus ber-make up tebal.

Bintang yang biasanya akan tidur lagi setelah shalat subuh kali ini tidak. Kami langsung bersiap karena pukul 8 sekolah sudah masuk. Memang jam masuknya diundur untuk persiapan diri. Dan hari sabtu yang biasanya sekolah kami libur, hari ini tidak karena peringatan hari kartini.

Setelah aku dan Bintang selesai mandi, cewek itu mengeluarkan peralatan make up yang menurutku lumayan banyak. Bintang mulai mendandani wajahku.

“Bi, aku nggak mau yang berlebihan, ya. Nanti jadinya kayak penyanyi gagal manggung."

Bintang terkekeh di sela aktivitasnya. “Enak aja lo, jangan raguin hasil make up gue, ya!”

“Ya tapi nanti kalo tebel-tebel kan aneh diliat, jadi kayak pantomim versi pake lipstik.”

Dapat kulihat dari cermin Bintang memutar bola matanya. Lalu cewek itu melanjutkan mendandani wajahku.

“Kita nanti ada fashion show, ya?” tanyaku sambil memejamkan mata karena wajahku diberi entah benda apa oleh Bintang.

Bintang menggumam menjawab. “Dan nanti  harus cari pasangan. Gue juga mau ikut.” Lanjut Bintang.

“Harus gitu? Emang tahun sebelumnya juga gini?”

“Tahun lalu sih Cuma yang ikut fashion show aja yang cari pasangan, nggak tau kalau sekarang. Makanya lo jangan bolos kalo ada acara ginian jadi nggak tau kan lo.”

Aku hanya diam ketika wajahku dipolesi berbagai macam make up oleh Bintang. “Abis aku males dandan, Bi…”

“Gue yang dandanin lo aja lo nggak mau.” Aku hanya menyengir mendengar ucapan Bintang.

Setelah selesai memoleskan make up ke wajahku, kini giliran Bintang yang bermain dengan alat-alatnya itu untuk memberi sentuhan di wajahnya. Tidak perlu waktu lama sebenarnya karena Bintang sering ikut Kak Bulan pergi mendandani calon pengantin. Oleh karenanya tidak perlu diragukan hasilnya bagaimana.

Selanjutnya Bintang menata rambutku lalu menata rambutnya sendiri. Kemudian kami saling membantu mengenakan kebaya yang Bintang pinjam dari butik Kak Bulan. Kak Bulan mempunyai butik yang sudah memiliki cabang di beberapa kota. Kak Bulan juga seorang fashion designer, baju yang kukenakan sekarang saja hasil rancangan Kak Bulan. Waktu itu aku pernah ke salah satu cabang butiknya dan melihat ada banyak sekali gaun disana dan semua itu rancangan Kak Bulan dibantu asistennya. Sementara suaminya adalah seorang CEO muda yang meneruskan perusahaan milik Papanya dan sekarang sedang bekerja sama dengan Om Rian, papa Bintang.

Setelah semua selesai jam dinding kamar Bintang menunjuk pukul 7, itu artinya masih ada waktu satu jam sebelum bel masuk berbunyi. Memang tidak ada pelajaran sama sekali hari ini, hanya upacara lalu ada pengumuman di aula kemudian akan dilanjutkan acara-acara berikutnya.

Sebelum berangkat aku menatap pantulan diriku di cermin. Rambut dikucir kuda dengan rambut nakal yang dibiarkan lolos, make up natural, dan kebaya berwarna pink muda berkerah Sabrina dengan lengan sebatas siku dan bawahan kain batik selutut. Penampilanku tak seburuk yang aku fikir sebelumnya.

“Ri, ayo turun sarapan dulu.” Ajak Bintang yang baru saja selesai merapikan peralatan make up-nya. Aku segera menyambar high heels berwarna senada dengan bawahan kain batikku di bawah kursi dan memakainya. Bintang yang menyuruhku memakai sepatu ini. Aku tidak sering memakai high heels. Biasanya aku memakainya kalau diajak Mama dan Papa ke acara bisnisnya saja. Tidak seperti Bintang, cewek itu setiap ada pesta ulang tahun temannya atau sedang pergi ke pesta mana saja pasti memakai high heels. Dan kalau aku di undang aku lebih memilih memakai flat shoes yang menurutku lebih nyaman.

50 DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang