Chapter 18
Aku harus berteriak untuk membuat semua orang melihatku dalam keadaan kacau
-Mentari
》》》♡《《《
Setelah memotong kue tadi, kini semua orang sudah duduk di sofa ruangan yang di pakai untuk membuat pesta kejutanku tadi. Semua orang itu adalah Aku, Acha, Bunda, Ayah, Radit, Adnan, dan Valdo. Kami mengobrol tentang apa saja, tapi yang mendominasi obrolan di sana adalah Adnan, Valdo dan Acha. Adnan dan Acha tidak berhenti bekerja sama untuk mengejek Valdo dengan segala cara.
"Bunda besok masaknya yang enak dong, kan besok hari mberojolnya Mentari."
Aku tertawa mendengarnya, begitu pula Bunda dan Ayah. Sementara Radit, Adnan, dan Acha malah memutar bola mata malas.
"Itu mah akal-akalan elo doang biar makan enak, iya kan?" ucap Adnan sambil memakan kuenya.
"Iya, Bang Valdo mah gitu, ketauan banget belom makan setahun."
"Heh, terus kemaren kalo bukan makan gue ngapain dong?"
"Kemaren kan Bang Valdo itu memangsa bukan memakan Haha!"
"Nggak lu, Cha, nggak lucu. Lo garing banget tau nggak!" ucap Valdo ketika hanya Acha yang tertawa.
"Siapa bilang nggak lucu, orang Acha ketawa berarti menurut Acha lucu wleeek..."
"Bunda mau kemana?" tanyaku saat Bunda berdiri akan beranjak dari sana.
"Ke dapur bentar."
Aku memperhatikan punggung Bunda yang semakin mengecil lalu menghilang di balik pintu.
"Bunda Cuma ke dapur doang, Ri. Lebay banget sih lo ngeliatinnya sampe kayak gitu."
Mendengar ucapan Valdo aku kembali memalingkan wajahku dari pintu. Entahlah, aku pun tidak tahu kenapa aku memperhatikan Bunda begitu lekat seakan aku tidak ingin Bunda meninggalkanku walau hanya sebentar.
"Ayah ke kamar dulu, ya. Ngantuk."
"Sip Yah." Acha menjawab pamitan Ayah dengan mengacungkan salah satu jempolnya.
Sudah sekitar 5 menit sejak kepergian Bunda. Entah kenapa aku ingin sekali menyusulnya. Aku berdiri dan berjalan ke arah pintu sebelum suara Acha menghentikanku.
"Kak Mentari mau ke mana?"
Aku berbalik dan melihat tatapan semua orang sudah terfokus padaku. Aku tergagap ketika tatapan penuh tanya mereka seolah menelanjangiku. "Em...mau ke toilet dulu."
"Oh...yaudah sana entar keluar disini loh." Setelah mendengar ucapan Acha aku langsung keluar menuju dapur. Kudapati Bunda sedang menuangkan minuman berwarna orange ke dalam gelas.
"Buatin siapa, Bun?" tanyaku saat sudah mendekat dan berada di samping Bunda.
Bunda tersenyum tipis. "Buat kalian." Aku mengangguk.
"Nih," Bunda menyerahkan segelas minuman tadi kepadaku. Dari aroma dan rasanya minuman ini adalah jus jeruk dari minuman kemasan. Setelah menghabiskan seperempatnya aku menatap Bunda yang tengah membereskan peralatan dapur yang berserakan.
Gerakan tangannya membereskan tampak biasa. Tatapan dan sikapnya tadi ketika memberiku kejutan juga tidak terlihat ganjil seperti yang kulihat sebelumnya.
Dehaman pelanku membuka suara. "Bun..."
Bunda menoleh dan menjawab panggilanku. "Hm?"
Wajahku mungkin terlihat seperti orang yang tertangkap basah setelah mencuri saat ini, tapi kuberanikan mulutku untuk membuka suara. "Bunda...Bunda marah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
50 DAYS
Teen Fiction50 hari itu 50 hari yang tidak mungkin kulupakan 50 hari yang menjadi bagian favorit dalam hidupku Jika boleh aku memohon satu permintaan Maka aku akan memohon kepada Tuhan Agar mengulang 50 hari itu Untukmu, Thank you for fifty days for me Best pic...