《 TIGA BELAS 》

56 3 0
                                    

Chapter 13

Selama di perjalanan sampai sudah berada dalam kamarku Bintang masih saja diam dengan tatapan datarnya. Aku tahu meski dia berbicara dengan percaya dirinya di depan Rio tadi, pasti ada secuil rasa sedih dan kini dia sedang berusaha menutupinya. Tapi dengan diamnya dia malah semakin memperjelas kerapuhannya.

Aku tidak habis fikir Bintang langsung memutuskan Rio semudah itu. Aku tidak tahu jelas bagaimana perasaannya saat ini karena kemarin dia hanya mengatakan bahwa Rio ada di sebuah mall bersama seorang cewek. Aku fikir itu bukan hal yang kuat untuk bisa mengakhiri sebuah hubungan. Karena bisa saja mereka tidak sengaja bertemu atau memang mereka pergi tapi tidak hanya berdua dan teman-teman mereka sedang berpencar. Segala kemungkinan bisa terjadi. Dan hal itu bukanlah pemicu besar Bintang mengatakan kata 'putus' semudah itu, pasti ada hal lain.

Aku menatap Bintang yang masih di posisi yang sama sejak tadi. Duduk di tepi tempat tidur. Helaan nafasku mungkin terdengar di telinganya, tapi sepertinya dia tidak tertarik.

"Jangan diem aja dong, Bi." Tidak ada pergerakan dari Bintang. Cewek itu masih diam.

"Aku nggak percaya kalau hanya hal kemarin yang kamu ceritain ke aku dan kejadian tadi aja yang buat kamu semudah itu bilang 'putus'. Kenyataannya semua nggak seribet itu kalo cuma karena dua hal yang nggak pasti."

Bintang menoleh menatapku dengan sorot tajam. Aku tidak berpaling dan membalas tatapan menusuk Bintang. Mata kami saling berperang beberapa saat sampai Bintang mengalah dan memutuskan kontak matanya. Aku tidak akan menyerah begitu saja dan membiarkan Bintangku ini terluka. Tidak akan.

"Bi, aku tadi ngerasa bego ngatain si Rio itu brengsek. Nyatanya di mata aku dia nggak sebrengsek itu."

Kalimatku kembali memancing perhatian Bintang. Meski tidak menoleh tapi Bintang menghela nafas sehingga membuat bahunya turun.

"Gue nggak suka sama Mita." Ucapnya setelah sekian lama terdiam. "Cewek itu bitch di mata gue."

"Bintang..." tegurku. Aku tahu Bintang kesal setengah mati kepada Mita, tapi aku tetap berusaha menjaga perkataan Bintang agar tidak asal bicara. Meski sebenarnya Bintang adalah orang yang tidak asal bicara jika tidak ada buktinya.

"Apa? Lo nggak tau, Ri. Dia itu emang jalang, dan sekarang bertambah jadi jalang ketika dia ngerebut Rio dari gue."

Aku terdiam. Aku tidak tahu apa yang ada di dalam fikiran Bintang. Bintang bukanlah orang yang asal bicara, jadi dia pasti punya alasan mengatakan hal itu.

"Gue pernah liat tuh cewek di club dan dia itu-" Bintang berdecak.

"Kalo gitu disini yang salah si Mita, kan? Kenapa kamu marah sama Rio?"

"Masalahnya gue pernah ngomongin masalah ini sama Rio dulu." Bintang menghela kembali dan menampakkan wajah lelahnya. "Dulu gue udah ada firasat nggak enak sama tuh cewek karena dia selalu nyari alasan buat deket sama Rio dan gue juga udah bilang ke Rio tentang masalah ini. Reaksi Rio nyebelin banget, dia dengerin gue ngomong sambil main hape dan pas gue selesai ngomong dia cuma bilang 'oh' doang."

Bintang mengacak rambutnya frustasi. "Gue nggak nyangka semuanya terjadi setelah udah dua tahun gue jadian sama Rio. Dan sekarang gue sadar kalo kepercayaan itu nggak muncul hanya dengan seberapa lama lo jalin hubungan. Nyatanya setelah dua tahun kepercayaan gue hilang dalam waktu beberapa hari." Bintang menunduk dan aku tahu dia sedang menahan tangisnya. Aku merengkuh tubuh Bintang dan kubawa dia ke pelukanku.

"Nangis aja! Nangis yang kenceng! Keluarin semuanya, jangan di tahan!"

Benar saja. Air mata Bintang langsung membasahi bajuku. Dan aku ikhlas asalkan Bintangku ini tidak bersedih lagi.

50 DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang