When you get what you want, but not what you need
Coldplay – Fix You●●●
“Cantik kok.”
Darahku berdesir hebat kala Radit mengatakannya. Tapi aku tidak ingin terbawa perasaan atau biasa disebut baper mendengarnya. Mungkin saja pemandangannya yang cantik.
“Nggak usah ngejek.”
Radit mengalihkan pandangan menatapku dengan dahi sedikit berkerut. “Nggak percaya liat ini.” cowok itu menjulurkan kameranya supaya bisa kulihat hasil jepretannya tadi. Iya sih, wajahku tidak terlalu jelek, tapi tetap saja aku masih kesal.
Aku meninggalkan Radit dan berjalan menuju ayunan lalu duduk diatasnya sambil memainkannya. Tiba-tiba saja Radit berdiri tepat di depan ayunan yang kududuki.
“Apa, sih? Aku mau main ayunan.”
“Gue dorong.”
Radit berjalan kebelakang ayunan dan menarik tali ayunan perlahan lalu di lepasnya. Aku bisa merasakan bebas ketika ayunan itu bergerak maju mundur. Ketika ayunan itu sudah mulai melambat Radit kembali menariknya lalu melepasnya lagi bergitu seterusnya.
Ini menyenangkan, sangat menyenangkan.
“Woooo!!!” teriakku ketika aku seperti berada di udara.
Letak pohon yang tidak terlalu jauh dari tepi bukit membuat ayunan juga bergerak agak menepi. Dan bayangkan bermain ayunan di ketinggian lebih dari seratus meter. Tanganku berpegangan pada kedua tali di kedua sisiku. Rambutku yang terurai beterbangan. Aku tidak peduli dengan semua itu. Aku merasa sangat bebas sekarang.
Ketika ayunan mulai melambat aku tidak merasakan Radit menariknya lagi dan malah memberhentikannya dengan menahan tali ayunan itu.
“Kenapa berhenti? Kan aku masih mau main.” protesku sambil mendongakkan kepala menatap Radit.“Lo mau tau yang lebih asik nggak?”
Aku mengernyit. “Berdiri.” Aku berdiri seperti apa yang di perintahkan Radit.
“Sekarang naik sini tapi berdiri.” Radit menepuk-nepuk ayunan kayu itu. Seketika mataku membulat. Apa cowok ini sakit? Bagaimana kalau nanti tidak seimbang dan aku jatuh?
“Nggak mau, nanti jatuh.”
Cowok di hadapanku ini menghela nafas. Lalu dengan mudahnya cowok itu naik ke atas bangku ayunan kayu dan berdiri di sana sambil kedua tangannya berpegangan pada tali.
“Ayo naik.”
“Tapi nanti jatuh, Dit…”
“Ada gue, nanti gue pegangin.”
Tanganku berpegangan pada tali dan perlahan naik dengan tubuh menghadap Radit. Karena kayu yang menjadi tempat berpijakan kami sangatlah kecil membuat tubuh kami bertubrukan. Aku yang takut sontak langsung memeluk tubuh Radit.
Kalian tahu rasanya seperti apa? Itu sangat menakutkan. Ketika ayunan yang menjadi pijakan kaki kalian bergoyang-goyang tidak seimbang dan kalian sedang berada di tepi tebing yang cukup curam. Kalau jatuh ya sakit.
“Dit, udah turun. Aku takut.”
“Kita belum coba ayunin udah minta turun aja.”
“Tapi aku takut.” Aku merengek meminta turun kepada Radit. Tapi sepertinya cowok itu tidak peduli dengan ketakutanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
50 DAYS
Fiksi Remaja50 hari itu 50 hari yang tidak mungkin kulupakan 50 hari yang menjadi bagian favorit dalam hidupku Jika boleh aku memohon satu permintaan Maka aku akan memohon kepada Tuhan Agar mengulang 50 hari itu Untukmu, Thank you for fifty days for me Best pic...