Perempuan butuh pembuktian, bukan hanya ucapan. Namun terkadang, tidak bisa memaksa laki-laki untuk melakukannya.
***
Hari minggu ini aku akan pergi ke rumah Bunda untuk memenuhi permintaan Acha seperti yang dikatakan Radit semalam. Tapi aku sedikit heran, biasanya Acha akan menghubungiku sendiri kalau menyuruhku datang, tidak perlu melanturkannya lewat Radit.
Setelan jeans hitam panjang, sweater maroon, dan sneakers putih sudah melekat sempurna di tubuhku. Ukuran badanku tidak gendut dan tidak kurus juga, bisa dibilang ideal. Hanya saja tinggi badanku tidak mendukung. Kalau berdiri disamping Bintang aku hanya sebatas daun telinganya saja, sementara berdiri di samping Radit aku hanya sebatas dagunya. Uh, betapa pendeknya diriku ini.
Padahal kalau dilihat-lihat, Papa dan Mama tidak terlalu pendek. Entah gen dari mana yang mempengaruhi pertumbuhanku.
Kupatut pantulan diriku di depan cermin sebelum benar-benar berangkat. Sudah cukup. Aku tidak memakai make up sama sekali. Ah ya, hanya bedak bayi dan pelembab bibir. Kulirik jam putih di pergelangan kiriku, menunjukkan pukul 10.
Segera kusambar mini ransel di atas kasur, juga kunci motor di atas nakas. Setelah keluar kamar, aku mencari Bi Yun yang ternyata sedang membersihkan dapur.
"Bi, Mentari mau ke rumah Bunda dulu." Ucapku di samping Bi Yun.
Bi Yun yang menyadari kehadiranku menoleh. "Oh, iya, Non. Tapi jangan pulang malem-malem, nanti Nyonya sama Tuan pulang cepet soalnya."
"Emang kalo pulang cepet kenapa, Bi? Bukannya biasanya Mama sama Papa nggak peduli?" ucapku jengah.
"Kemaren Nyonya nyari Non Mentari waktu Non nginep di rumah Non Bintang."
Dahiku mengerut dalam. "Buat apa?"
Bi Yun mengendikkan bahunya. Tidak peduli lagi dengan ucapan Bi Yun baru saja, aku memilih berangkat setelah menyalami tangan Bi Yun, kebiasaanku setelah Mbak Tina pergi.
Aku keluar rumah lalu masuk ke dalam garasi untuk mengeluarkan motorku. Tidak ada mobil Papa di dalam ruangan yang cukup untuk dua mobil itu. Artinya Mama dan Papa sudah berangkat ke kantor. Tentu saja, sudah jam 10 dan untuk apa mereka masih ada di rumah. Pasti sekarang mereka sudah bergulat dengan tumpukan kertas yang menurutku membuat kepala pecah.
Kepalaku tiba-tiba mengingat ucapan Papa tempo hari tentang kepergian ke London. Aku tahu mereka sedang mempersiapkan masa depanku agar suatu hari aku menjadi orang yang membanggakan mereka, tapi aku berhak menentukan sendiri dimana aku bisa mempersiapkan semuanya. Mereka tidak bisa memutuskan sepihak apa yang akan kujalani suatu saat karena semua yang akan kujalani adalah apa yang kurasakan, bukan mereka. Kalau memang mereka ingin pergi ke London, kenapa harus bersamaku? Apa mereka baru menganggap kalau aku ada?
Bisnis mereka itu penting dan mereka harus pergi ke kota besar itu untuk mengurusnya. Dan mereka tidak perlu mengajakku kalau nanti disana kehidupanku di rumah tidak jauh berbeda dengan di sini. Kalau nanti aku merasa kesepian, siapa yang akan bertanggung jawab? Apa mereka bisa menjamin semua itu tidak terjadi?
Lagi pula di Indonesia juga ada banyak sekolah yang tak kalah bagusnya dengan sekolah di London. Dan kalau alasan mereka adalah tidak bisa mengawasiku dengan baik, maka apa selama ini mereka mengawasiku? Apa selama ini mereka memberiku perhatian lebih?
Tidak ingin terlalu memikirkannya, aku segera memakai helm dan melajukan motorku keluar rumah menuju tujuan utama yang akhir-akhir ini menjadi salah satu tempat favoritku. Di sana aku bisa merasakan apapun yang sebelumnya tidak aku rasakan di rumah.
Meski ada Bi Yun, tapi beliau tidak selalu bisa menghabiskan waktu denganku. Karena dia harus membersihkan rumah, mengurus segala apa yang seharusnya dilakukannya. Kalau sudah selesai pasti beliau kelelahan atau kalau ada waktu luang pasti Bi Yun pergi ke kost-an anaknya. Memang Bi Yun sudah menganggapku seperti anaknya sendiri, tapi dia tidak bisa mengutamakanku sementara anaknya disana merindukannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
50 DAYS
Ficção Adolescente50 hari itu 50 hari yang tidak mungkin kulupakan 50 hari yang menjadi bagian favorit dalam hidupku Jika boleh aku memohon satu permintaan Maka aku akan memohon kepada Tuhan Agar mengulang 50 hari itu Untukmu, Thank you for fifty days for me Best pic...