Terkadang, kembali ke dunia nyata lebih mengerikan dari mimpi buruk.
***
Mataku mengerjap beberapa kali hingga dengan sempurna memperlihatkan keadaan sekitar. Objek yang pertama kali kupandang adalah papan kayu dengan banyak foto yang tertempel di sisinya. Lalu mataku beralih kesamping dan mendapati seorang cowok sedang bersandar pada papan kayu tepat disampingku. Kami hanya berjarak beberapa senti.
Tunggu, bukannya tadi Radit tidur di seberangku? Lalu kenapa cowok itu sekarang berada tepat di sebelahku?
Aku menggeliat berusaha bangkit dari posisiku yang tersandar. Lalu kutatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganku. Mataku membelalak. Aku baru teringat kalau aku sudah berjanji pada Bintang untuk kembali ke sekolah untuk mengambil tas dan aku juga menyuruh Bintang menunggu di sana. Segera aku mengguncang bahu Radit dan berusaha membangunkan cowok itu."Dit bangun! Radit bangun!"
Cowok itu tampak terganggu tidurnya dan bergerak. "Apa, sih?" katanya sambil mengucek mata dan berusaha membangkitkan sadarnya.
"Udah jam 4 sore."
Radit tidak kaget dan selepas duduk dia bersandar kembali pada papan di belakangnya. Aku kesal tentunya, cowok ini malah santai ketika hari sudah beranjak sore dan kami masih berada di rumah pohon ini.
"Radit ini udah jam 4 sore, dan kamu malah santai-santai gini."
Radit memandangku dengan mata menyipit. "Ya emang kenapa, sih?"
"Ya ayo ke sekolah, aku tadi kan udah janji sama Bintang bakalan balik ke sekolah. Dan ini udah satu jam dari jam pulang sekolah." kataku sambil membuka ponsel. Ada lima panggilan tak terjawab dari sana yang kesemuanya memampangkan nama Bintang. Bagaimana bisa aku tidak merasakan getaran dari ponselku sendiri?
"Yaudah santai aja." Sahut Radit santai.
"What? Kamu bilang santai? Ini temen aku nunggu di sekolah kamu malah nyuruh aku santai." Aku berdiri dan berkacak pinggang di depannya yang masih berusaha sadar.
"Udah ayo berangkat sekarang." aku bergegas keluar dan turun dari rumah pohon itu. Sampai di bawah aku bisa melihat suasana yang sudah tidak terlalu panas. Karena ini sudah sore.
Radit turun dari rumah pohon dan berjalan menuju motor milik temannya yang kami naiki tadi. Cowok itu merogoh saku dan mengeluarkan kunci motor sebelum menancapkannya pada lubang yang tersedia. Setelah aku naik ke atas jok penumpang, Radit langsung memutar stang dan membebaskan ban motor itu meluncur di jalanan. Lagi-lagi dengan kecepatan yang di luar nalar dan membuatku harus menutup mata dan mencengkeram ujung seragamnya.
●●●
Aku bisa melihat keadaan sekolah yang tidak lagi ramai. Hanya ada beberapa siswa yang mungkin mengikuti ekstrakulikuler atau ada yang masih menunggu jemputan. Ada juga yang iseng duduk di bawah pohon sambil memainkan ponsel, membaca buku, atau ada juga yang sedang belajar kelompok.
Aku menapaki pelataran sekolah dengan terburu-buru menuju kelas. Tidak kulihat tadi Bintang berada di parkiran atau di depan gerbang. Jadi kemungkinannya hanya dua, sudah pulang atau masih menunggu di kelas. Aku juga sudah mengirimkan pesan kepada cewek itu, namun hanya berakhir terkirim saja tanpa di baca.
Tadi aku menyuruh Radit pulang duluan karena aku akan pulang ke rumah Bintang. Sempat Radit menolak karena takut kalau Bintang sudah pulang, tapi akhirnya aku bisa meyakinkan cowok itu. Aku tidak tahu mengapa cowok itu jadi seperhatian begini kepadaku. Padahal dulu dia sama sekali tidak peduli padaku.
Aku mengenyahkan fikiran tentang Radit dari otakku dan berusaha fokus saat langkahku sudah dekat dengan kelasku. Aku tidak menemukan Bintang berada di luar kelas. Aku berjalan mendekati pintu kelas dan membukanya. Kosong. Tidak ada orang sama sekali. Namun di atas kursi tempat aku biasa duduk masih ada tasku tergeletak di sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
50 DAYS
Teen Fiction50 hari itu 50 hari yang tidak mungkin kulupakan 50 hari yang menjadi bagian favorit dalam hidupku Jika boleh aku memohon satu permintaan Maka aku akan memohon kepada Tuhan Agar mengulang 50 hari itu Untukmu, Thank you for fifty days for me Best pic...