Chapter 7
Kesel? Iya. Tapi sayang.
-Mentari-
》》》♡《《《
Apa definisi anak broken home menurut kalian? Bagiku, anak broken home adalah anak yang sudah tidak merasa nyaman saat berada di rumah dikarenakan beberapa hal. Mungkin karena perceraian kedua orang tua atau bisa juga kurangnya perhatian dari kedua orang tua.
Akibat dari adanya seorang anak broken home itu juga bisa bermacam-macam. Anak itu bisa bertingkah tidak sopan di luar sana, tetapi di rumah mereka bisa menjadi sangat pendiam atau sebaliknya. Lalu bisa juga dia menjadi pribadi yang pendiam dimana-mana. Atau dengan cara lain.
Biasanya badboy itu juga akibat dari permasalahan rumah. Tetapi Radit bukanlah seorang anak broken home. Dia berasal dari keluarga berada, orang tuanya juga baik-baik saja, kasih sayang selalu mewarnai hidupnya. Tapi kenapa dia bertingkah seolah ingin melampiaskan semua bebannya di sekolah? Aku juga tidak habis fikir dengan kelakuannya di sekolah yang selalu saja menjadi hal yang dibicarakan seluruh penghuni sekolah. Dipanggil ke ruang BK dan dihukum adalah makanannya sehari-hari.
Seperti saat ini, teman-teman sekelasku sedang heboh membicarakan Radit yang dihukum karena tidak mengerjakan pr. Dia dihukum berdiri dilapangan upacara sambil bersikap hormat sampai istirahat pertama selesai.
Telingaku lelah mendengar teman-temanku membicarakan Radit di dalam kelas. Istirahat pertama ini tidak kuhabiskan di taman belakang sekolah, tapi aku berada di dalam kelas. Entah kenapa hari ini aku lebih memilih berada di kelas bersama Bintang yang kali ini juga tidak menghilang bersama pacarnya.
"Kamu kenapa, Bi?" tanyaku untuk menghilangkan suara-suara yang sedang membicarakan Radit dan Radit. Sebenarnya sudah lebih dari lima kali aku bertanya hal yang sama kepada Bintang namun jawabannya tetap sama.
"Nggak papa," jawabnya.
"Kamu tau nggak, kalau cewek ngomong nggak papa pasti sebenarnya ada apa-apanya?" ujarku pada Bintang dan sahabatku itu langsung menoleh kepadaku.
"Lo kayak cowok lagi pms aja, deh."
"Emang cowok bisa pms ya, Bi?" tanyaku polos. Sebelumnya aku tidak pernah mendengar ada cowok yang pms karena yang pms itu kan cewek.
"Astoge! Gue punya temen polos amat dah," Bintang mengusap wajahnya kasar lalu melanjutkan perkataannya. "Itu cuma perumpamaan, Mentari."
Mulutku membentuk huruf 'o' mendengar penjelasan Bintang. "Emang kamu sebenarnya kenapa sih, Bi? Cerita dong, aku kan sahabat kamu," bujukku.
Bukannya bercerita, Bintang malah menatapku nanar dan matanya sudah berair. Aku tidak tega melihatnya seperti itu. Kupeluk Bintang dan benar saja dipelukanku dia menangis. Air matanya membasahi seragamku.
"Kenapa, Bi? Kamu kok nangis gini?" tanyaku tidak mengerti kenapa Bintang tiba-tiba menangis.
Aku jadi ikut sedih ketika sahabatku menangis seperti ini. Rasanya sesak ketika melihat air mata mahalnya keluar begitu saja. Beberapa teman sekelasku yang ada di dalam kelas menatap kami yang berpelukan. Tatapan mereka memancarkan kebingungan. Bintang menarik dirinya dari pelukan kami. Dia berusaha mengontrol tangisnya.
"Nggak usah cerita sekarang kalau kamu belum siap, Bi," kataku sambil mengusap air matanya.
Bagaimana dia bisa bercerita dengan keadaan yang sangat buruk seperti ini, sesenggukannya saja belum hilang. Walaupun rasa penasaranku sangatlah besar namun aku tidak boleh egois.

KAMU SEDANG MEMBACA
50 DAYS
Teen Fiction50 hari itu 50 hari yang tidak mungkin kulupakan 50 hari yang menjadi bagian favorit dalam hidupku Jika boleh aku memohon satu permintaan Maka aku akan memohon kepada Tuhan Agar mengulang 50 hari itu Untukmu, Thank you for fifty days for me Best pic...