PROLOG

27.9K 1.4K 13
                                    

"Oeee! Oeee!"

"Alhamdulillah." Bidan dan Perawat berucap syukur. Ditatap sang ibu tampak memejamkan mata. "Shaila, kamu kenapa? Bangun!"

Sang ibu tak mendengar kalimat apa pun dari Bidan yang merupakan sahabat. Seolah-olah sudah dipanggil Maha Kuasa.

Perawat mengecek nadi sang ibu, menggeleng pelan saat menatap Bidan. Tercetak kesedihan di wajah Bidan, meneteskan air mata.

"Innalillahi wa innailaihi roji'un." Bidan itu menunduk. "Maaf, Sha, enggak bisa tolong kamu. Maafkan aku, Sha."

Dua Perawat membersihkan badan Shaila dari darah dan air ketuban. Namira yang merupakan seorang Bidan sekaligus sahabat baik Shaila mundur selangkah, berbalik badan untuk melihat dua bayi kembar yang kini berada di ranjang bayi.

"Maafkan Tante, Sayang. Tante enggak bisa menyelamatkan ibu kalian."

***

Lima orang berada di luar ruang persalinan. Tiga orang pria dan dua orang wanita. Tiga pria di antaranya sedang mondar-mandir tak keruan. Satunya duduk bersila. Satunya bersandar di dinding.

Dua wanita sisanya saling memeluk satu sama lain. Berharap ada keajaiban di dalam ruang persalinan tersebut.

Pintu ganda ruang persalinan terbuka. Otomatis lima orang beranjak dari tempat masing-masing, mengelilingi Namira berwajah sendu.

"Bagaimana, Mira, keadaan Shaila?" tanya wanita berambut pendek seperti laki-laki.

"Dia enggak apa-apa, kan?" Bersuara lembut ini dimiliki wanita berambut panjang sepinggang.

Bahu Namira diguncang oleh pria bertampang pengangguran, dengan muka kusut serta kumis lebat dan bekas janggut tercukur. "Shaila bagaimana? Kamu kok, enggak jawab?"

Pria lebih kalem menatap pintu ganda, di mana dua orang Perawat menggendong bayi. Ada dua bayi tengah digendong dua Perawat tersebut.

"Kembar?" tanya pria kalem.

Pria paling heboh karena seantusias dari nada suaranya. "Kembar?! Masya Allah! Hebat banget Shaila. Aku datang ke sini dapat hadiah berupa keponakan kembar! Cihui!" soraknya gembira.

Pukulan bersarang di lengan atas, wanita bergaya laki-laki mendengkus. "Berisik, tahu! Dari dulu kali, Shaila bilang bakal punya anak kembar. Situ kali terlalu sibuk sama urusan olahraga," gerutunya.

"Diam, Tayana! Aku bahagia, tahu! Situ enggak sadar betapa bahagianya aku!" balas pria itu tak kalah heboh.

Si kumis lebat menjewer telinga pria heboh. "Duh, bisa diam enggak sih, Dodi? Kita belum tahu kabar Shaila bagaimana?" peringatnya.

Dodi dan Tayana terdiam seketika, kembali menatap Namira.

"Apa Shaila baik-baik saja?" tanya Tayana.

Namira mendongak, memandang sahabat-sahabat setianya satu per satu. Wanita itu mengulas senyum simpul walau muka kelihatan jelas sedang bersedih.

"Tayana, Dodi, Jack, Agam, Maulia, aku bakal kasih kabar buat kalian. Baiknya, Shaila melahirkan anak kembar dengan selamat." Senyum semringah terpatri di bibir kelima orang itu. "Buruknya, Shaila meninggal dunia. Allah sudah memanggilnya. Maafkan aku." Sesudah berucap, Namira ditarik oleh pria kalem bernama Agam ke dalam dekapan. "Maafkan aku, Gam."

"Kalau Shaila sudah dipanggil, kita bisa apa?" Jack, berkumis lebat menepuk punggung Dodi.

"Mana bayi-bayi Shaila, Mira?" tanya Maulia.

Dua Perawat keluar dari ruang persalinan. Meski bersedih, mereka tetap menampilkan wajah bahagia. Diberikan bayi-bayi sudah dibedong ke tangan Tayana dan Maulia.

"Lucu banget. Imuuut!" Dodi begitu gemas. "Pengin kecup. Mumu ... muach!"

Tangan Tayana menghalangi muka Dodi ingin mendekatkan ke muka bayi-bayi tersebut. "Iih, jorok kamu, Dod! Kamu belum sikat gigi, bodoh!"

"Ssh, Yana," tegur Maulia. "Jaga sikapmu. Bayi-bayi Shaila enggak suka kamu berbicara begitu. Tolong di filter, ya?"

"Oke, Mol." Tayana menyerah.

Bayi kembar itu dikelilingi empat orang. Dengan kehebohan Dodi, muka masam Jack, ringisan Tayana, senyuman lembut Maulia memberi kehangatan di balik suasana mendung.

Namira dan Agam masih berpelukan, tak bisa berdiam diri. Mereka berdua mendekat, memberi usul yang sangat mengejutkan.

"Kita kasih nama yuk, buat mereka," kata Namira.

"Namanya siapa?" jawab Maulia.

Agam tersenyum saat Namira menatapnya, lalu beralih ke mereka. "Yang perempuan, namanya Crystal Ilana Syadana."

Keempat orang ber-oh ria, mengangguk setuju.

"Satunya?" tanya Jack.

"Yang laki-laki, namanya Sky Tyaga Syaidan," lanjut Agam.

Semua tersenyum begitupun dua Perawat. Mereka bahkan berjanji akan menjaga, mendidik, mengayomi, dan memberi pelajaran agama sebisa mereka.

Seperti amanah dari Shaila kepada mereka, "Shaila mohon pada kalian, jaga mereka selagi Shaila enggak mampu menjaganya."

Bersambung....

***

A/N: kalian suntuk menunggu Good Pacing? Sekadar hiburan, aku menyediakan cerita untuk kalian. Jangan berpikir aneh2 sama cerita ini, ya. Anggaplah sebuah peringan buat kalian malas lihat aku "enggan" update GP.

Selamat membaca kisah Ical dan Cai.

Kelamkari
____________
31 Juli 2018

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang