44. Peka

5.8K 625 174
                                    

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Kami pulang."

Senyum Dodi dan Sky masih terlukis di wajah masing-masing. Mereka masuk tanpa tahu bahwa akan ada kejutan.

"Maman Dot!"

Crystal keluar dari sarang, yaitu dapur. Demi menabrak Dodi, paman kesayangan, senantiasa selalu bersama di kala sedih dan senang.

"Maman Dot, ke mana?" tanya Crystal sembari memeluk jenjang kaki Dodi.

"Pergi bareng Sky." Dodi melepas lengan Crystal di pahanya, lalu menggendong bayi. "Tambah berat, nih. Besok-besok Crystal enggak boleh pinta gendong, ya," goda Dodi.

Pipi itu menggembung dengan bibir mengerucut, Crystal menunduk dan menatap Sky. "Kakak Cai, Maman ndak mau dendong Ical," adunya.

"Hei, mulai mengadu sekarang?" Dodi tak menyangka. "Biasanya diam-diam terus merengek."

"Iih, Maman Dot. Tulun! Tulun! Tulun!" rengek Crystal meminta diturunkan.

Bayi itu meluncur turun dengan mulus, malah menggandeng Sky menuju dapur. Juluran lidah menandakan Crystal menantang Dodi. Pria itu langsung mengejar Sky dan Crystal.

"Awas, ya," ancam Dodi.

"Gyaaa!" tawa Crystal menggelegar, karena dikejar Dodi. "Kakak Cai! Epat!"

"Kalau ditangkap, Crystal dibuat gado-gado." Dodi mengancam lagi. "Mau, enggak?"

"Ndak mau! Ical bukan itu!" sungut Crystal menatap Dodi di belakang sambil berlari. "Gyaaa! Maman, geliii!"

Gelitikan di pinggang Crystal, Dodi terkekeh. Mereka berlari di ruangan itu tanpa perabotan. Ruangan itu luas membuat kembar dan Dodi saling berkejaran.

Ketika Sky menghadap ke depan, tubuh seseorang tepat Crystal melaju lurus. Sebelum Sky memberhentikan Crystal, mereka sudah menabrak tubuh orang itu. Entah Muttari atau Jack.

"Lagi main apa, sih? Senang banget, kayaknya," komentar lelaki asing di pendengaran Sky.

Sky mendongak, menatap tak biasa pada lelaki tampan sedang tersenyum manis. Euforia tiba-tiba menghantam dirinya. Rasa itu merasuki otak dan hatinya.

"Duuuh. Momo pan-pan angan di citu, dong. Ical nabak, deh." Crystal meringis, memeluk dahinya. "Ndak bejol, Momo pan-pan?" tunjuknya mengarah pada kening.

"Enggak, tuh." Kilatan tajam menyototinya, Langit mengangkat kepala dan membalas kilat itu. "Hai, Dodi. Sudah lama tidak ketemu," sapanya polos.

"Kamu ...," geram Dodi setelah sekian lama perasaan itu bergejolak.

"Ajak berantem, ya?" tanya Langit memasang wajah polos dan bingung. "Maaf, kawan. Aku tidak setuju diajak berantem. Tubuh aku lemas dan tidak bertenaga." Langit meluruh ke bawah.

"Momo pan-pan, kenapa?" Crystal tak segan melepas genggaman tangannya dengan Sky demi mendekati Langit. "Maman Dot! Angan malah-malah cama Momo pan-pan!" tegur Crystal.

"Lho? Kenapa aku yang disalahkan?" Dodi merasa heran. "Eh? Kamu enggak tahu siapa orang ini?" tanyanya lagi menunjuk Langit kepada Crystal.

"Momo pan-pan danteng," kata Crystal membuat Dodi memelotot.

"Ya Tuhan." Dodi mengusap wajah kasar. "Apa yang ditanamkan di otak kamu, Sayang? Kok, enggak peka-peka?"

"Pe'a?" Crystal bengong.

"Bukan pe'a, tapi peka!" geram Dodi merasa kesal. "Ya sudahlah. Semoga berikutnya kamu peka, Sayang."

"Biarlah kayak begitu." Langit mengedikkan bahu, pasrah. "Kecuali salah satu dari kalian menyembunyikan foto aku atau tidak pernah memberitahu siapa aku."

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang