Extra Part II [Langit & Angkasa]

4.9K 465 124
                                    

Sepasang kaki mungil tak berani melangkah maju. Di hadapannya, ada beberapa anak kecil sedang bermain. Ingin sekali ikut bergabung. Apa daya, dia hanya anak berumur lima tahun.

Usapan lembut di rambutnya, dia menoleh seketika. Sambutan berupa senyuman manis membuat dia melakukan hal yang sama walau sedikit kemerahan di kedua pipi. Saudara kembarnya yang paling baik dan senantiasa selalu ada bersamanya.

"Tidak ke sana?" tanya saudara kembarnya.

Dia menggeleng. "Aca takut," sahutnya.

Tak lama kemudian, saudara kembarnya menggenggam tangan dia, lalu membawanya menuju anak-anak yang sedang bermain. Dia tentu gemetar karena akan bertemu anak-anak yang pernah menjailinya.

"Nggak, Kakak," tutur dia bersikeras.

Saudaranya menoleh, bingung. "Kenapa?"

Tangan bebas memilin kain baju yang dia pakai. "Aca takut sama meleka. Aca nggak mau, Kakak," katanya menunduk.

Merasa ada yang mendekat, salah satu anak tengah bermain menoleh. Anak itu terkejut mendapati Aca alias Angkasa berdiri di sana, memandang mereka.

"Hei, ada anak cengeng datang ke sini. Mau main, Anak Mami?"

Sepasang mata Angkasa berkaca-kaca, mengerucutkan bibir. Ketakutan mendera dirinya ketika anak yang berusia jauh di atasnya, mendekat.

"Lihat, teman-teman! Si Aca cengeng, nih!" ejek anak itu hendak merangkul Angkasa, tetapi ditepis oleh anak yang memunggunginya. "Eh? Siapa, nih?" tanya anak itu ketus.

Wajah serupa dengan Angkasa berpaling, menatap anak itu. Tersungging senyuman mampu melemahkan ketegangan.

"Kakak baik, jangan sentuh adik manisnya Langit." Senyum itu belum lepas dari bibirnya. "Aca suka takut," lanjutnya.

Pipi anak laki-laki itu memerah, mundur beberapa langkah. Teman-teman lainnya pun berperilaku sama. Senyuman Langit bikin lainnya terpaku.

Angkasa bahagia, Langit melindunginya. Muncul rasa posesif takkan bisa dihapus, dipeluk leher sang saudara kembar.

"Aca nggak mau main lagi," kata Angkasa.

Langit menoleh. "Kenapa?"

"Aca lapar, kak Anit."

Langit mengusap rambut Angkasa penuh perhatian, lalu beralih ke anak-anak laki-laki rata-rata berusia 10 tahun.

"Maaf, kakak-kakak semua. Kami pamit pulang, ya," kata Langit sopan.

Mereka mengangguk, spontan. Senyuman Langit mengalahkan segalanya. Mereka memandang dua saudara kembar pergi hingga bayangan itu menghilang.

***

"Angkasa! Langit!"

Kedua saudara kembar disebut namanya itu, mengangkat kepala. Senyuman mereka lebar tatkala menangkap sosok yang sangat Langit dan Angkasa sayangi.

"Paman Gara!"

Senyuman Gara, Paman Angkasa dan Langit, melebar ketika mendengar suara mereka. Lekas Gara berlari, menerjang dan memeluk keduanya.

"Ya Allah, Paman kangen dengan kalian," tutur Gara mendekap mereka erat.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang