51. Ungkapan

4.8K 585 130
                                    

Jenny menangis meraung-raung karena dihabisi habis-habisan oleh Crystal. Dipermalukan di depan umum itu sangat menyakitkan, ditambah pahanya mesti ditutupi dengan jaket sang ayah.

Wajah Jenny pasti akan tersiar terus di ingatan orang lain. Betapa malunya dia bila keluar untuk sekadar jalan-jalan.

Darren tak berkutik melihat aksi Crystal begitu temperamen. Mirip dengan anaknya sebelum masuk universitas. Ada sebab, mengapa Darren begitu keras terhadap Shaila. Alasannya Shaila itu begitu hebat mempermalukan orang lain.

"Mereka anak-anak Shaila, ya?" tebak Darren, memandang Crystal menyorot sinis pada Jenny. "Kelihatan sekali sekilas mirip dengan Shaila."

Namira mengangguk. "Waktu saya kenal Shaila, anaknya itu keras kepala dan suka pengin menang sendiri. Tapi, perubahan itu hilang sejak masuk perguruan tinggi."

"Saya menghardiknya agar tidak semena-mena pada orang lain. Hingga Shaila terlihat melamun, setelah itu." Darren menunduk. "Saya menyesal," tuturnya.

"Om---"

"Ayaaah! Kapan kita pulang?!" Jenny beringsut mendekati Darren demi menjauhi Crystal. "Pergi! Jangan dekati aku!"

"Ical ndak cuka ante lajang momong gitu." Tenaga Crystal super kuat, mlorotkan jaket Darren ke tanah. "Pappa, ulitnya ante lajang melah-melah," ujarnya saat menoleh ke Jack.

Tentu pria itu melongo. "Sayang, pahanya merah-merah karena digigit sama Crystal. Jangan lagi, ya."

"Hei! Kamu memeloroti jaketnya!" Jenny ingin menjambak rambut Crystal, tetapi ditepis Sky. "Aduuh! Sakit!" rintihnya.

"Angan entuh Dedek Ical!" ucap Sky datar.

"Kamu juga!" tunjuk Jenny tak sabar. "Jauh dari aku dan jangan tampakkan muka kamu lagi, anak songong!"

"Jenny!"

"Apa, Ayah?! Mau bela anak-anak Shaila ini, he?!" Jenny berkacak pinggang, tak sadar dilihat orang-orang banyak di depan pintu masuk rumah makan. "Aku sekarang tahu, mereka adalah anak-anak Shaila! Jadi aku mampu hancurkan mereka dalam sekali jentikan!"

Omongan Jenny di luar batas kesabaran membuat Crystal kesal setengah mati. Ketika menangkap lirikan Sky, lalu tertuju suatu tempat bikin Crystal menyeringai misterius.

"Ayah! Aku pengin bahagia! Aku dan Angkasa tidak punya anak, gara-gara Sha---gyaaa! Sakiiit!"

Kalimat Jenny terpotong disebabkan capit kepiting mencubit pahanya hingga berdarah. Jack langsung melepas meski Jenny melolong kesakitan.

Wanita itu lebih parah penampilannya. Celana dalam berenda, paha memar, lalu berdarah serta bau amis ikan sarden dilayangkan di kepalanya. Siapa lagi kalau bukan Sky yang merasa marah.

Marah, adiknya dijahati. Pun dengan sang ibu tetap direndahkan sebegitu hebatnya.

"Ayaaaah!"

Darren sulit mencerna kejadian itu, bergeming. Tak berniat menolong. Sudah telanjur malu akibat ulah anaknya. Bahkan menantu tak membantu Jenny tampak terluka.

"Ayah! Aku mau pulang!" raung Jenny seperti anak kecil.

Desahan terdengar di kuping Namira. Dia bisa melihat Darren membalikkan badan. Tubuh itu rentan terhadap kesakitan dialaminya sendiri. Darren sesal sebesar-besarnya.

"Ayaaah!" tangis Jenny tak disahuti.

"Ndak boleh malah-malah," nasihat Crystal disambut tepuk tangan meriah di sekelilingnya.

"Aaaa! Angkasaaa!"

Sementara Angkasa, dihadang oleh Langit di balik mobil. Mereka mesti berbicara empat mata.

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang