36. Bertemu Lagi

4.7K 571 89
                                    

Di luar apartemen, Jack membuka pintu mobil pribadinya dibantu seorang satpam. Jack tersenyum kepada seseorang dikenalnya, seseorang yang bekerja di tempat tinggal Dodi. Mereka telah saling mengenal semenjak Dodi belum terkenal seperti sekarang.

“Mas Jack mau ketemu Mas Dodi, ya?” tanya Satpam tersebut.

“Iya, sekalian jemput istri.”

“Kembar juga?”

Jack mengangguk, masih menyunggingkan senyum.

Usai mengobrol entah membahas apa, Jack melenggang masuk. Di dalam, Jack berpapasan dengan seseorang tak disangka-sangka akan berada di sini. Pria itu mengembuskan napas panjang, membuang muka seolah tak melihat apa-apa.

Ketika di depan lift, Jack kali ini mungkin tak bisa apa-apa lagi. Dia bertemu kembaran Langit, Angkasa Dwi Putra. Mereka berdua tentu saja kaget. Karena canggung, Angkasa berdeham mengembalikan kesadaran Jack agar kondusif kembali.

“Hei,” sapa Angkasa bikin alis Jack bertaut. “Sorry, gue terburu-buru.”

Entah sengaja atau tidak, bahu Jack ditabrak oleh Angkasa. Tentu Angkasa pucat pasi, karena selama ini lelaki itu terbilang takut terhadap Jack yang masa lalunya sangat kelam sebelum menikah dengan Tayana.

“Gue minta maaf. Gue nggak sengaja."

Mendesah kasar, Jack berbalik badan untuk berhadapan dengan Angkasa. “Saya enggak permasalahkan kamu tabrak atau enggak. Masalahnya, mengapa kamu bisa ada di sini? Kamu menguntit istri, sepupu dan sahabat saya?”

“Nggak!” bantah Angkasa. “Gue—“

“Bisa enggak, bahasa kamu diperhalus sedikit?” Jack melihat Angkasa tampak bingung. “Maksudnya enggak ada ‘elo-gue’ di depan saya. Saya paling malas dengar kata-kata itu lagi. Bisa?!”

Angkasa manggut-manggut, paham.

“Jelaskan secara kepala dingin, mengapa kamu bisa di sini?” tanya Jack lagi.

Beberapa menit yang lalu, Angkasa baru saja melayangkan peperangan kepada Dodi dan Maulia. Tetapi berbeda dengan sekarang, Angkasa akan menciut bila bertemu Jack. Mantan preman di kampus Langit dulu, seperti diceritakan saudara kembarnya.

“Sa—saya tinggal di sini bersama—“

“Sayang,” potong seorang wanita. “Lho? Jack?”

Kening Jack berkerut meski dalam hati mulai kesal. “Jenny?”

***

“Maman, mau pulang?” tanya Crystal sekali lagi.

“Iya, saatnya pulang,” jawab Dodi berkali-kali.

Sejak penolakan Dodi, Maulia, Tayana dan Muttari waktu Crystal memberi solusi tentang air dingin, anak itu tak berhenti bertanya. Selalu saja bertanya hal-hal yang berhubungan “pulang”. Alasan mengapa mereka mesti pulang, sebab Tayana tak menemukan peralatan masak di apartemen Dodi. Kosong melompong.

“Ical cuka di cini. Angan pulang, Maman.”

“Crystal mau kelaparan di sini?”

Perut Crystal bergetar mendengar pertanyaan itu, meringis geli. “Hehehe … Ical mau makan cuchi.”

Dodi menggerutu dalam hati. Meski Crystal telah sembuh di bagian suara, tetapi batuk dan pilek Crystal masih kentara. Ya, Dodi berharap hal ini dilampiaskan ke Jack yang telah mempunyai gaji besar.

“Sushi? Enggak ada yang lain?”

“Cuchi enak, Maman. Ical mau itu.”

“Enggak boleh makan sushi. Nanti ikannya loncat-loncat.” Dodi sengaja menakut-nakuti.

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang