32. Pelindung

5.1K 548 119
                                    

Kejadian kemarin benar-benar bikin semua orang satu rumah syok. Surya sudah memperkirakan semua itu dan menegur Crystal. Namun, anak itu menyahut tak setuju bahwa hal tersebut sangatlah salah.

Anak tetap anak. Bila dikasih tahu, tetapi tak ingin mendengar. Tuhan mempunyai andil. Kuasa-Nya membuat suara Crystal lenyap sementara.

Bukan disebabkan ulah selimut---benda mati tak bersalah itu---tetapi, begitulah yang terjadi. Crystal pilek akibat kedinginan mendadak, sebab telah menendang selimut. Crystal batuk akibat berceloteh, sebab itu kebiasaan.

Kini, Crystal hanya meratapi nasib sambil mendekap boneka kelinci kesayangan. Di sampingnya duduk Sky senantiasa menghibur Crystal di kala sedih.

"Assalamu'alaikum!" seru seseorang di ambang pintu utama mengejutkan Crystal dan Sky.

Sorot mata Crystal memicing tajam pada sosok bergaya kemayu, yang nyatanya adalah laki-laki. Dia adalah Melati. Pria jadi-jadian merupakan sahabat Namira.

"Wa'alaikumcalam," balas Sky.

"Duuh, imutnya keponakan tante. Akyu senang lihat kamyu," kata Melati sembari mencubit pipi Sky.

Kesal, Crystal menepis tangan Melati dan memelototinya. Tak suka ada yang mengganggu kakaknya apalagi Sky mulai panik.

"Apaan, sih?" Melati melirik kembaran Sky yang melototinya tajam. "Eh, ada drama bebek. Apa kabar kamyu?"

Mulut Crystal hendak membuka, melontarkan kalimat pedas buat membalas sapaan itu. Namun, suara itu tak keluar, Crystal menutupnya kembali.

"Eh? Enggak bersuara, ya? Biasanya suka membalas. Sebut akyu Medulanak." Melati mengibas rambut keritingnya. "Mana Namira? Namira Sayang?!"

"Hei, Melati! Redakan suaramu!" hardik Tayana keluar dari ruang makan.

"Ada bumil, toh?" Melati menyodorkan kantong kertas. "Ini hadiah dari akyu. Sorry telat."

"Makasih, Melati." Tayana menyambut senang hati. "Pakaiannya lucu-lucu."

"Akyu membelinya di Jogja. Lumayan capek memilihnya. Motifnya bagus-bagus."

"Duduk dulu, aku buatkan teh hangat buatmu." Tayana menawarkan.

"Makasih, Tayana."

Saat Melati ingin duduk, sinar laser menusuk wajahnya. Penasaran, Melati melirik Crystal terus memelototinya. Membiarkan saja, Melati duduk santai.

"Kenapa dengan adik kamyu, Sky? Melotot terus dari tadi." Melati membuang muka, enggan membalas tatapan laser dari Crystal.

Kebingungan, Sky tak tahu mengapa Crystal berubah total semenjak kedatangan Melati. Mungkin mereka bagaikan duo rival seringkali berselisih, tetapi memandang kondisi Crystal yang memprihatinkan, Sky mesti jujur.

"Dedek cakit."

Kepala Melati maju ke depan. "Hah? Sakit apa?" tanyanya.

Saat Sky hendak menyuarakan, Crystal menggeleng. Mencebik tak suka apabila rivalnya mengetahui penderitaan Crystal. Pasti dia akan meledeknya tanpa henti.

"Bilang saja, Sky. Enggak usah takut pada drama bebek. Ada tante yang melindungi kamyu." Melati sepenuh hati menyodorkan dirinya bahwa dia memang pantas jadi tameng buat Sky. "Ayo, bilang," katanya ngotot.

"Ndak, Tante." Sky menggeleng. Lebih baik sayang pada adik sendiri daripada orang lain. "Cai ndak jadi bilang."

"Wow. Amazing." Melati menarik badannya agar kembali bersandar, duduk menyantai. "Bukan enggak takut, ya," tebak Melati.

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang