10. Tetangga

6.9K 513 16
                                    

Crystal dan Sky berdiri diam di teras rumah. Mereka memandang pedagang sayur. Mata Crystal cerah ketika ada sayuran kesukaannya. Sky pun sama.

"Mamma! Ada abu!" seru Crystal mengundang banyak perhatian.

"Pagi-pagi begini makin berisik saja," sindir tetangga sebelah kiri rumah si kembar. Ibu mengenakan daster dengan rambut digulung ke atas. "Kalau mau panggil tukang sayur, ndak usah teriak."

Pipi Crystal menggembung, berkacak pinggang. "Ndak nanya syitu, iih!"

"Dedek," tegur Sky.

"Ya ampun. Adiknya urakan, kakaknya sabar sekali." Ibu itu mengusap perutnya. "Semoga anak saya ndak kayak si berisik."

Muka Crystal memerah, marah. "Mamma! Ical mau syayul!" teriaknya lagi abai terhadap sindiran ibu-ibu itu. "Mamma!"

"Diam!"

Teriakan itu bukan berasal dari sebelah kiri, melainkan sebelah kanan. Seorang wanita bertubuh gemuk, bersedekap dengan ekspresi garang.

"Bisa diam, tidak? Saya capek dengar kamu teriak-teriak sepanjang pagi ini!" tegur ibu berbadan berisi.

"Ical ndak iyak, tok." Crystal membela diri. "Ical mau syayul. Ndak boyeh?"

"Maaf ya, adik kecil. Saya tidak tahu apa yang kamu katakan." Ibu Laras, namanya, berjalan menuju tukang sayur usai mengatakan itu.

Crystal menganga, mengadu ke Sky. "Tatak, bubu tu jeyek," tunjuknya sambil berkaca-kaca.

"Dedek, angan nanis."

"Cengeng," ejek ibu sebelah kiri rumah si kembar, Ayu, kini masuk kediamannya.

Embun melekat di bola mata, Crystal tak sanggup menahan. Dipeluk boneka kesayangan, lalu menunduk. Baru kali ini Crystal ditegur kiri-kanan karena suara kencangnya.

Sky merangkul Crystal duduk di kursi telah disediakan. Sembari menunggu Maulia, Sky selalu menghibur adiknya agar tak terlalu bersedih.

Maulia akhirnya keluar, menerjang penjual sayur. Bisik-bisik di sekitar penjual itu bikin Maulia meradang. Memang salahnya tak berkehendak keluar, karena banyak masalah di dalam rumah. Namun, hari ini Maulia merasa tetangga-tetangga ini keterlaluan.

"Jaga dong, anak Ibu. Kok, pagi-pagi selalu berisih, sih." Laras menasehati dengan tegas. "Bagaimana kalau ada yang jantungan?"

"Anak kecil enggak bersalah, Bu." Maulia membalas lembut. "Mereka akan menuruti kemauannya. Namanya juga anak kecil."

"Ya sudah, jangan dimanja. Situ kok, repot." Raut Laras tak bersahabat. "Untung saya tidak punya anak. Untung pula suami tidak memaksa saya hamil."

Penuh sabar, Maulia ber-istigfar dalam hati. Ditilik obrolan tak ada maknanya, Maulia berpikir Laras ini senang sekali mencampuri urusan yang bukan pekerjaannya. Mesti sabar punya tetangga begini.

"Mamma, syayulnya ada?" tanya Crystal saat mendekat. "Ada abu, potel, jeyuk pipis, tangtung?" Crystal bertanya ke pedagang sayur.

"Tentu, Nona kecil." Pedagang itu tahu tabiat Crystal selalu bertanya bahkan dia juga paham kata-kata Crystal. "Sky mau apa?"

"Buncis, telong, jeyuk juga." Sky menjawab dengan nada antusias.

"Oke."

Laras jadi bingung melihat interaksi antara si kembar dan pedagang sayur. Mereka terlihat akrab. Dua wanita di sampingnya malah tersenyum kepada Maulia.

"Kalian akrab, ya?" Laras bertanya, sangat penasaran. "Sejak kapan?"

"Aduh, Jeng Laras, ke mana saja?" Wanita di sebelah Laras menyahut. "Mereka sering ke sini, kok. Panggil-panggil pedagang yang lewat."

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang