53. Guru & Ruth

5.1K 572 96
                                    

"Papi, anti alan-alan ke mana?"

Langit tersenyum mendengar gurauan Crystal tak berhenti semenjak turun dari lantai dua. Lelaki itu menggendong Sky juga Crystal menggunakan dua lengan, tak menggubris. Entah kenapa dia ingin cepat menuju pintu.

"Papi, ndak jawab?" gerutu Crystal cemberut.

"Kejutan buat Crystal dan Sky, ya," sahut Langit usai menghela napas.

"Alan-alannya ke mana?"

"Mall?"

"Ical ndak mau mol. Mol belicik." Crystal menggembungkan pipi sembari bersedekap. "Ical mau Maman Dot cama Yayah Dam. Yayah cama Maman ke mana, Papi?"

Pusing sekali memikirkan itu. Langit belum sempat menjenguk Agam, ditambah Dodi menghilang entah ke mana.

"Kita hubungi Paman Dodi, kalau Crystal mau." Langit tersenyum pada Crystal.

Crystal menggeleng. "Maman Dot ndak akat teponnya. Cuka cebunyi-cebunyi di bawah."

"Bawah apa?"

"Bawah kacul, Papi." Sky yang menjawab sebenarnya. "Katanya belicik," lanjutnya.

Rasanya Langit membayangkan Dodi membanting gawai karena terlalu berisik. Jadwal Dodi terbilang padat, tak heran lelaki itu bakal molor terus sampai Muttari menggedor-gedor pintu.

Sesaat Langit sampai di pintu, benda itu terbuka. Namira berdiri ketika membuka pintu, terkejut melihat Langit menggendong Crystal dan Sky.

"Lho? Ami? Katanya kamu ada jadwal praktek. Kenapa di sini?" Langit jadi bingung sendiri, menatap keberadaan Namira. "Kok, muka kamu pucat?"

Efek sinar matahari membelakangi di belakang punggung Namira, menampilkan sebuah bayangan tinggi. Sosok manusia berwajah datar, sepasang mata tegas dan tubuh ideal muncul di belakang Namira.

"Bisa minggir, Nak?" Pria bertanya lembut kepada Namira.

Kaget, Langit segera menurunkan Crystal dan Sky ke bawah. Tak percaya mendapati sosok laki-laki idaman setiap anak, ada di sini.

"Papa?"

Namira menyingkir, meringis sedih. Pandangan minta maaf kepada Langit membuat lelaki itu tak habis pikir. Padahal Langit berniat datang ke rumah kedua orang tuanya hari ini.

Siluet lain yang diterpa sinar matahari, muncul. Wanita cantik nan baik hati. Teringat kemiripan antara diri Langit dan Angkasa.

"Mama?"

Ruth menitikkan air mata haru. Anaknya telah kembali. "Langit," sendunya, mendekat.

"Sayang, berhenti. Biar aku saja," sela Guru, ayah Langit dan Angkasa.

Ruth mendelik tajam pada Guru. "Kamu kenapa, sih? Mama kangen dengan Langit, ya boleh dong, Mama peluk dia."

Tatapan tegas berubah jadi lembut, Guru memandang Ruth sayang. "Mama, Papa mau bicara dengan Langit. Boleh kan, Sayang?"

Pipi Ruth memerah, mengangguk. "Boleh kok, Pa. Asal jangan lama-lama."

Langit menipiskan bibir apabila pemandangan itu sering hadir di hadapannya dan Angkasa sewaktu kecil. Keromantisan Papa dan Mamanya bikin dia geli, sebenarnya. Tetapi sejak berpacaran dengan Shaila, otomatis Langit harus belajar gaya romantis dari mereka.

Tak salah juga, sih.

"Papa, aku---"

Guru menoleh ke Langit, memicing tajam. Langit sigap berdiri tegak, terasa siap menerima hukuman.

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang