29. Pilek (II)

4.9K 507 61
                                    

Sky mendengar suara gaduh di lantai atas, hendak turun dari sofa. Namun, pria berjanggut langsung mendahului, menyuruh Sky tak ke mana-mana.

"Di sini ya, Sky, jangan pergi ke mana-mana. Papa lihat dulu."

Suami Tayana naik tangga secepat kilat. Terperangah ketika Crystal jatuh di dekat kamarnya. Jack berjongkok dengan khawatir, menyelidik kondisi Crystal.

"Kamu enggak apa-apa, Sayang?" tanya Jack mengangkat Crystal.

"Ical ndak liat pintu, Pappa. Nabak, deh." Crystal tersenyum, memerlihatkan deretan giginya yang putih.

"Hati-hati kalau berjalan, Sayang."

"Kata Maman Dot, kalo alan pake mata. Mata Ical banyak pintunya. Nabak, deh." Crystal melingkarkan lengannya ke leher Jack. "Pappa, Ical pucing."

"Crystal pilek, ya? Meler, deh." Jack mengusap hidung bocah cilik itu. "Keluarkan ingusnya, Sayang."

Crystal mengeluarkan ingusnya, tetapi napasnya terasa tersendat, cairan itu masuk lagi ke lubang hidungnya. Padahal ada lendir terlihat jelas di mata Jack membuat pria itu mengembuskan napas.

"Sayang, ingus itu enggak boleh ditarik masuk. Saat sudah keluar, Crystal berhenti supaya ingusnya tetap di situ. Takutnya lendir itu akan jatuh ke tenggorokan." Jack mengusap kepala Crystal, penuh kasih.

"Ical ndak bica napas, Pappa." Crystal menutup mulutnya. "Ical pucing," rengeknya.

"Mau ke bawah?"

"Ical mau cotat, es kim, Pappa." Crystal menyebut nama makanan ringan kesukaan. Jack menggeleng. "Ical mau cotat cama es kim, Pappa. Bial cembuh."

"Memang ada es krim sama coklat bisa bikin sembuh?" Jack kebingungan.

Crystal mengangguk. "Ada, Pappa. Maman Dot makan cotat cama es kim ndak bilang-bilang. Maman Dot kan lagi atit."

Sepertinya Crystal salah paham pada kejadian yang dimaksud. Waktu itu Dodi sudah sembuh dari sakit, jadi tak heran laki-laki itu membeli coklat dan es krim sesuai keinginan sendiri. Tak peduli konsekuensi bila sakit lagi.

"Mulai saat ini, Crystal jangan mencontoh Paman Dodi, ya. Bisa berabe."

Kepala Jack terasa pusing. Barusan Jack mendapat kabar, tanpa sepengetahuan Dodi, Crystal mulai menonton film orang-orang dewasa. Meski Dodi tak tahu apa-apa dan hanya menyalahkan apa yang Crystal lakukan, tetap saja Dodi menjadi pemicu jika pria itu datang ke rumah ini.

"Cotoh? Pappa cuka coto? Pappa mau pup?" tanya Crystal mengagetkan Jack. "Pappa makan coto jadinya pup, ya?" Anak itu menduga sendiri, hidungnya meler sambil menyelidik. Antara perut dan raut muka Jack. "Pappa mau pup?"

"Sayang, Papa enggak pup. Siapa bilang Pappa mau pup?"

Bayi berusia tiga tahun itu menunjuk Jack lekat-lekat. "Pappa bilang mau pup."

"Mana mungkin."

"Belabe itu pup, ya?" Crystal menjelaskan intinya.

"Berabe itu bukan pup. Jangan berspekulasi sendiri. Nah kan, keluar lagi ingusnya." Jack mengelap lubang hidung dan mulut bocah itu. "Kita makan dulu baru minum obat, ya."

"Bukan pup? Tapi, Pappa mau makan coto?"

Untuk kali ini, Jack tak menjawab pertanyaan Crystal. Anak yang sedang sakit jangan mengajak bicara, yakin sekali tipe seperti Crystal tidak habis bahan-bahan pembicaraan.

"Ical itut makan coto ya, Pappa. Tapi, Ical madi dulu."

"Lain kali, ya. Crystal mesti sembuh baru makan coto."

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang