Extra Part I [Namira & Shaila]

5.3K 489 104
                                    

"Berantem, lagi?"

"Ya, begitulah," sahut Namira tersenyum sedih.

"Pasti masalah sepele. Cemburu?"

"Aku cemburu pada Sabira. Teman dekat Agam akhir-akhir ini." Namira menghela napas cemas.

Wanita itu mengelus perut yang agak buncit, lalu bersedekap. "Semoga anak-anak aku, teman-temannya enggak lebai kayak Sabi-Sabi itu. Kelihatan, kok, dia itu matre. Bicara kasar, pula."

"Memang begitu, ya?" Namira mengernyit, penasaran. "Kamu pernah bertemu dengan Sabira?"

"Pernah. Dia sangka aku ini pelakor, memanfaatkan Agam dan mengambil kekayaan kekasih kamu. Idih, aku kayak begitu, ya?" decak wanita berbadan dua itu.

"Enggaklah." Namira terkikik geli, hilang sudah kegalauannya. "Kamu kan, belahan jiwa Langit."

"Iya, dong." Wanita itu bertambah kepercayaan dirinya. "Cuma ... ayah calon anak-anak aku enggak dibolehin sama Angkasa. Kesal banget, dengarnya. Jenny sama Angkasa sebelas dua belas."

"Tapi, kamu enggak bakal benci kepada mereka, bukan?"

"Yaah ... aku masih anggap mereka saudara-saudara terbaik. Coba Jenny mengatakan hal itu, mungkin aku enggak pacaran sama Langit dan aku ... sayang banget sama adik aku itu."

Namira berpindah haluan, merangkul wanita yang merupakan kekasih sahabatnya. "Ibu hamil enggak boleh sedih. Nanti ketularan sedihnya buat kembar."

"Aku senyum, nih." Wanita itu memasang senyum manis yang indah. Namira terpesona, melihatnya. "Besok, jelaskan pada Agam. Aku cemburu dengan Sabira yang mendapat perhatian. Begitu, lho."

"Penginnya begitu, Shaila." Namira mencubit pipi gembil wanita bernama Shaila. "Oh iya, kamu belum kasih tahu pada Ayah dan Bunda kalau kamu hamil?"

Shaila menunduk, menggeleng. "Enggak tega lihat mereka sedih dan kecewa sama aku. Aku juga enggak mungkin bilang yang hamili aku itu Langit. Pasti Angkasa dan Jenny enggak jadi menikah."

"Berhentilah khawatir pada orang lain. Pikirkan diri sendiri dulu." Namira memaksa tubuh Shaila menghadap ke arahnya. "Kamu selalu menyemangati aku, sekarang aku yang meminta kamu berjuang. Sebaiknya kamu yang maju, Jenny yang mundur. Adik mesti mengalah pada kakaknya."

"Aku enggak bisa, Mira."

"Shaila!" pekik Namira tertahan.

"Aku----"

Bunyi dering serta getaran memotong obrolan mereka, Shaila lekas mengeluarkan gawainya. Nama Feira terpampang jelas di layar membuat Shaila segera mengangkat.

"Assalamualaikum, Fei. Ada apa?" Shaila sibuk mendengar, lalu membeliak. "Iya, kakak pulang sekarang. Kamu tunggu di rumah, ya."

Namira pun ikut cemas melihat mimik sahabatnya berubah tegang. "Kenapa, Shaila? Apa yang dibicarakan Feira?"

Shaila menggeleng. "Aku enggak tahu. Dia minta aku untuk pulang. Temani aku, ya."

"Iya." Bunyi pesan dari gawai Namira terdengar. "Ada Jack di depan bersama Maulia. Kita suruh mereka antar kamu, ya."

"Oke."

***

Setibanya di sana, Shaila segera masuk ke rumah. Ada niat Namira, Maulia dan Jack menyusul sahabatnya. Akan tetapi, suara gebukan keras membuat mereka terperangah.

"Itu tadi suara apa?" tanya Maulia khawatir.

"A--aku enggak tahu, Maulia." Namira menjawab, gugup.

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang