70. Lebaran

4.4K 562 130
                                    

Kedua pipi saling menggembung, membuatnya terlihat menggemaskan. Crystal segan menuruti perkataan ayahnya yang sedari tadi menasehati.

"Besok itu sudah Lebaran. Kata Papa Jack, Crystal suka tidur terus sampai selesai salat Ied. Kali ini Crystal dan Sky harus bangun terus ikut, ya."

Sky mengangguk paham. Crystal masih terlihat cemberut.

"Tidak ada toleransi soal ini, Crystal. Kalau mau dapat hadiah, lho." Langit menambahkan.

"Cai pa'am, Papi. Dedek Ical pati nelti." Sky memberi arahan membuat Langit tersenyum, tak lagi tertuju pada Crystal. "Dedek Ical kan, udah pintal banun. Pati ini kelen."

"Jadi," koreksi Angkasa langsung mengacak rambut Sky.

Tak mendapatkan pembelaan seperti biasa---Agam melindungi Crystal bahwa anak itu akan segera bangun waktu Subuh. Sekarang itu tak ada lagi. Tak lama kemudian, Crystal melirik pintu kamar yang terbuka.

Penampakan Dodi terkesan mendung. Sejak hari khitbah, Dodi merasa dunia ini terasa hampa. Calon istri malah diambil lelaki lain, keluarga dari Agam pula.

Namira memang tak bisa jauh dari keluarga Agam, meski tak bersama mendiang.

Meluncur, Crystal memeluk paha Dodi. "Maman, Ical pati banun, kan? Ical nanak bayik. Bica banun cubuh, kan?"

Wajah itu bergerak. Tiada hidup, meski gerakan itu perlahan. Langit dan Angkasa tak tega melihat Dodi seperti tak punya nyawa.

"Maman kok, Ndak momong?" Crystal kembali mengerucutkan bibir. "Ical dicelupin."

"Dicuekin," dengkus Angkasa sembari mengoreksi. "Nggak ada dicelupin, Crystal."

"Maman cuka bilang dicelupin kalo ndak momong." Crystal berbicara dengan nada keras kepala. "Maman cuka bilang kecap kalo ndak momong."

Siapa yang salah? Yang mana perlu dibela?

Langit mendekati Dodi. "Mending kamu---"

Dodi menepis tangan Langit yang akan menyentuhnya. Tatapan itu berubah sinis. "Andaikan kamu tolak, kita enggak bakalan begini," katanya penuh ketus.

"Dodi ...."

"Hei, itu kan, karena kamu lamban." Angkasa berdecak. "Berandai-andai nggak bisa kembalikan keadaan. Dan terus, Namira nggak suka aktor yang punya banyak hutang."

Tubuh Dodi menegang, lalu pucat. Dunianya runtuh saat itu juga, membuat Dodi memeluk Langit. Diam-diam, akhirnya menangis.

"Sabar, Dodi." Langit menenangkan sahabatnya. "Aku yakin Allah beri kamu jodoh terbaik," lanjutnya.

"Aku mau Namira." Dodi mulai egois. "Enggak pilih yang lain."

"Hei." Angkasa tak terima. "Namira juga butuh pria yang tegas dan tepati janji. Kamu kan, boro-boro."

Langit seperti tak bisa menambahkan karena Dodi sedang menangis di pundaknya. Bisa dipastikan bajunya basah karena tangisan Dodi, yang sangat menyakitkan.

"Maman kan, bauuu." Crystal membeberkan kenyataan. "Ndak cuka madi. Pelnah Ical liat Maman bobok aja."

"Benarkah?" Angkasa membelalak.

Crystal mengangguk. "Iya. Maman cuka jolok. Pelnah makan mi ndak momong-momong. Ical kan, uga mau. Maman uga pelit."

Dodi pun mengangkat kepala dari pundak Langit, menoleh ke arah Crystal. "Kok, Crystal tega bilang begitu ke Papi Langit dan Daddy Angkasa? Itu kan, aib."

"Bukannya kamu memang kayak begitu," ucap Langit menohok hati Dodi.

Saking hebatnya, Crystal tak mengindahkan bantahan Dodi. "Ical cuka liat Maman loleng-loleng kayak nali-nali."

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang