54. Pokok Permasalahan

4.7K 578 89
                                    

Guru menatap Crystal dan Sky dengan pandangan sangat tegas. Dia tak yakin bisa menaklukkan kedua anak ini, karena keduanya sama sekali tak ketakutan.

"Panggil saya Eyang. Bukan Atuk Tampan."

"Eh?" Kepala Crystal meneleng. "Yayang?"

"Eyang."

"Yayang."

"Eyang!"

"Yayaaang!"

"Eyang!"

"Yayang Pan-Pan!" gigih Crystal tak ingin kalah.

"Ey---"

"Papa, sudah!" tegur Ruth. "Biar cucu-cucu kita panggil nama sesukanya. Kalau kita keras kepala, mereka tambah semakin melawan."

Langit menggeser duduknya, mendekati Sky dan Crystal. "Iya, Pa. Aku saja pernah dipanggil Momo Pan-Pan yang artinya Om Tampan oleh Crystal. Akhirnya setelah itu, Crystal bisa panggil aku Papi. Jangan dipaksakan anak-anak aku, Pa."

Menghela napas, Guru menyerah. "Baik. Kamu boleh sebut saya apa saja." Guru menghampiri Crystal dan Sky, memandang mereka lembut. "Kenalkan saya adalah Eyang kalian. Eyang Guru."

Mimik wajah Crystal dan Sky berubah menjadi bahagia. "Yayang Guluuu!" jerit mereka bersamaan, lalu segera menerjang Guru.

Guru yang belum terbiasa, karena masa-masa itu sudah lewat. Kini dia memililiki cucu-cucu cantik dan tampan dari Langit. Betapa indah anugerah ini meski Langit tak bisa bertanggung jawab buat mereka.

"Papa akan bertanggung jawab." Guru memeluk keduanya erat. "Papa akan membawa mereka ke rumah apabila Darren dan Fatma tidak menginginkannya."

Elusan di pundak Guru menandakan Ruth setia berada di sampingnya. Wanita itu berjongkok di belakang Guru, membelai pipi gemuk Crystal dan Sky bergantian.

"Aku Eyang Ruth. Terserah kalian mau sebut apa," ucap Ruth lembut.

"Yayang Lut." Crystal mengulurkan tangan, membalas sentuhan ke pipi Ruth. "Makacih udah di cini," lanjutnya menggugah perasaan Ruth dan Guru.

"Cai uga cuka Yayang Gulu cama Yayang Lut di cini," ulang Sky mempererat pelukan di dekapan Guru.

Guru dan Ruth menetes haru. Orang tua kandung Langit itu memeluk Crystal dan Sky yang berada di dekapan Guru. Meski kedua orang tua melarang perbuatan hamil di luar nikah, mereka takkan menghakimi. Datangnya takdir ini adalah pilihan Langit dan Shaila, jadi mereka hanya menerima saja.

Jack, Tayana dan Langit senang dengan adanya Ruth maupun Guru. Senang, mereka telah menyambut anak-anak kembar itu. Berharap semua cepat selesai.

***

Beberapa tapak kaki terdengar di pendengaran Crystal membuat anak yang sedang bermain itu lekas menuju pintu. Senyuman terbit kala melihat Dodi berdiri kebingungan.

"Maman Dot!" teriak Crystal membahana, mengundang perhatian orang-orang.

Dodi sigap berlutut, menyambut Crystal yang merentangkan tangan. Mereka berpelukan melepas rindu. Sudah berapa lama mereka jarang sekali bertemu.

"Maman Dot ke mana aja?"

"Paman cari uang buat kalian," jawab Dodi menyepit hidung Crystal. "Tambah mancung saja, nih."

"Ical kan tik-tik, Maman."

Ekspresi Crystal bikin Dodi terkekeh. "Iya, anak cantik dan juga pintar."

"Maman Dot cali uwang, ya?" tanya Crystal.

Dodi mengangguk.

"Leh-lehnya mana?" Crystal menengadahkan telapak tangannya, meminta hadiah. "Ical mau boneka Pinces."

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang