16. Perkenalan

5.6K 455 22
                                    

"Bibin jeyek!" jerit Crystal pagi-pagi.

Di teras belakang, ketiga lelaki dewasa dan dua wanita sedang berdiri sejajar. Sky berusia tiga tahun hanya bisa termangu memandang adiknya terlihat cemberut sembari duduk di kursi.

"Ni lumah Ical, Bibin!" teriak Crystal mengentak-entak kaki dibalut sandal kelinci.

"Enak saja. Sejak kapan?" Tayana berkacak pinggang.

Sedari tadi Tayana dan Crystal beradu mulut. Mereka tak pernah mau mengalah. Crystal ambisius tak mau kehilangan rumah ini.

Sejak semalam, Sky bercerita tentang masalahnya. Sesederhana saja. Sky diajak Agam untuk pindah ke rumah baru, itu pernyataan kepada Crystal.

Ingat masalah kemarin, Crystal ngotot pada Agam agar tidak menyuruhnya pindah. Sepasang mata berkilat, menandakan Crystal keras kepala tak ingin melepaskan jeratan rumah ini.

Hingga hari ini, Crystal berkehendak tak ingin menuruti kemauan Agam. Dan kini, Crystal terang-terangan mengatakan "tidak" kepada Tayana. Di hadapan Tayana.

"Ini rumah Bibi sejak dulu, Crystal. Kamu enggak ada hak sama sekali." Tayana berkata tegas.

Kepala Crystal meneleng, lalu menoleh ke arah kelima orang di belakangnya. "Maman, ak tu apa?"

Geraham Dodi gemeretak. "Tay, bisa enggak kamu jangan berperilaku begini? Kita bicara baik-baik," ujarnya mendongak menatap Tayana.

"Dari dulu aku mau bicara baik-baik. Tapi, Crystal semakin berhak atas rumah ini. Aku juga pegawai perusahaan Gammara, jelas-jelas pemilik rumah ini juga." Tayana melayangkan tatapan menusuk ke Agam. "Andaikan Agam mencari solusi sedari lama, ini enggak bakal terjadi."

"Tunggu dulu, deh. Lupakah kamu ini rumah punya siapa?" Namira maju menghadap Tayana. "Ini masih menggunakan uang Shaila. Lewat tabungannya. Bukan darimu yang cuma menumpang."

Ulu hati Tayana menyempit. Itu fakta. Tayana hanya menumpang. Dilirik sosok Sky yang banyak diam, seperti sudah pasrah.

"Kalau enggak salah, Agam membalikkan nama Shaila dengan nama kembar. Jadi, rumah ini dan seisinya ada hak kembar juga." Maulia menuturkan dengan lembut, berharap Tayana berubah pikiran. "Bukankah kita sudah berjanji jangan membahas kepemilikan rumah?"

Air mata Tayana terjatuh. Jack segera memeluk istrinya. Sebagai suami, Jack itu payah. Tak tahu masalah apa yang menimpa Tayana semenjak kepulangan mereka dari desa.

Ayah dan ibunya tak masalah dengan rumah ini menjadi milik kembar, kecuali kecurigaan Jack berpusat kepada mertuanya. Inikah membuat Tayana pusing mendadak?

"Bibin, lumah Ical kan?" tanya Crystal minta kepastian, tak tahu kondisi.

Sedang Sky hanya bergeming.

Tayana bahkan malu menatap keponakannya, bergegas masuk. Namira dan Maulia mengejar ibu hamil itu. Sementara Crystal tak mendapat jawaban apa-apa, memandang Jack.

"Pappa!" panggil Crystal bernada tinggi. Jack dan kedua pria lainnya menoleh. "Ni lumah Ical an Tatak tan?"

Seulas senyum terpatri di bibir Jack, perlahan mengangguk. Diberi ekspresi dan anggukan tak jelas ditambah kekesalan berlipat-lipat, Crystal menendang tungkai Jack hingga pria itu memekik.

"Pappa jeyek!" teriak Crystal memasang wajah murka yang imut.

"Kok, Papa ditendang?" Jack kebingungan sambil mengusap tungkainya. Tendangan Crystal ternyata kuat banget. "Kaki Papa sakit lho, Crystal," rengeknya.

"Pus, Pappa!" balas Crystal tak berniat memberi penjelasan.

Sky yang memandang itu turun dari kursi, mendekati Jack. "Pappa angan guk-guk." Sky memperagakan gaya Jack yang mengangguk. "Bicala, Pappa." Sky menunjuk mulut.

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang