55. Jenguk

4.9K 570 131
                                    

Suasana gedung berwarna putih keseluruhan menjadi ajang main kejar-kejaran. Crystal dikejar---eh, bukan. Maksudnya diikuti oleh Dodi, karena takut Crystal bakal lari entah ke mana.

Di belakang mereka, Sky digandeng Langit. Di sebelahnya ada Namira dan Maulia. Ada pula Angkasa sebagai calon wali kembar, nantinya.

Tanpa Tayana dan Jack, mereka harus segera menjenguk Agam. Sudah sekian minggu, mereka tak kunjung bertemu Agam yang kondisinya sekarang pasti baik-baik saja.

Ketika Crystal nyaris berbelok, Dodi menarik tangan bocah cilik agar tak asal masuk. "Sayang, lurus terus. Jangan meleng," dumelnya.

"Iih, Ical udah tau, Maman." Crystal cemberut, lalu lanjut lari ke arah lurus. "Maman, cepat dong," katanya tanpa berbalik.

"Ya Allah," keluh Dodi mengejar Crystal.

Langit menggeleng, tentu kenal Crystal begitu sayang dengan Agam. Bertahun-tahun bersama Agam membuat Crystal tak ingin lepas dari sosok itu. Sosok disebutkan tengah berada di Rumah Sakit untuk menyembuhkan hidupnya.

Kaki Crystal otomatis berhenti bikin Dodi tak sengaja menabraknya. Crystal menoleh, bersedekap.

"Maman, ati-ati, dong."

"Ya Allah, Sayang," ujar Dodi mengusap wajah kasar.

Ingin sekali Dodi mengutarakan kekesalan, tetapi bibirnya terkatup ketika menemukan seorang wanita yang sedang berdiri di depan pintu kamar rawat Agam.

"Sabira?"

Pipi Crystal menggembung, menghentak-hentak kaki menuju Sabira. Crystal mendongak. "Ante jelek! Kenapa di cini?!" tanyanya kesal.

Pupil mata Sabira membulat, sontak terkejut saat mendapati Crystal yang ada di depan matanya. "Kamu?!" ujarnya kaget saat menunduk.

"Mindil! Ical mau macuk!" sentak Crystal mendorong paha Sabira. "Mindil! Iiih! Ical mau macuk!"

Jengkel, Sabira memertahankan diri. "Tidak. Aku tidak bakalan biarkan kamu masuk."

Crystal mundur, lalu berkacak pinggang. "Ante jelek tu capa? Telus kenapa ndak macuk?" tebaknya tepat sasaran.

Rasanya Dodi ingin menyemburkan tawa tatkala mendengar pertanyaan Crystal yang langsung ke sasaran. Sabira, Sabira. Jika memang wanita itu adalah tunangan Agam, tak mungkin berdiri di luar.

"Agam lagi sakit. Jadi, aku dan kamu tidak boleh masuk!" kata Sabira tegas.

Bibir Crystal maju, memincingkan mata. "Ical tau Yayah lindu Ical cama Kakak Cai," pungkasnya bikin Sabira hendak mendorong.

"Bisakah kamu enggak kelewatan!" tegur Dodi melindungi Crystal. "Kami datang baik-baik buat bertemu Agam bukan ajak berantem. Ingat! Ini Rumah Sakit!"

Sabira mendesis. "Huh? Memangnya Tante dan Om bakalan terima kalian? Kayaknya tidak, deh. Apalagi ada Namira, wanita tidak tahu diri!" deliknya menatap Namira.

Merasa tak suka Namira diperlakukan seperti itu, Dodi menggeser Sabira ke samping. "Minggir! Kamu rusak pemandangan saja, Penjaga Pintu!" dengkusnya.

Crystal mengangkat dagu, merasa mengalahkan Sabira yang tampak menggerutu. Tak ingin berkelahi, Crystal masuk dengan ceria.

"Oppa! Omma!" teriak Crystal menggelegar, telah membangunkan Agam dari tidur siang.

"Ya Tuhan." Oma alias ibu kandung Agam mengusap dada. "Crystal, beri salam dulu kalau mau masuk atau ketuk pintu dulu."

"Udah, Omma!" Crystal menggeser bangku hingga berderit nyaring, mendekati brankar Agam. "Ical kanen Yayah Dam. Kenapa ndak datang lagi?"

"Ke mana?" tanya Agam lirih, melirik Dodi. "Hai, Dodi. Sudah lama ya, kita enggak bertemu."

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang