17. Bioskop

5.8K 447 25
                                    

Sepanjang hari, Crystal berlari mengelilingi rumah dan memamerkan sepasang sepatu cantik berwarna merah. Lantaran pengagum cerita sepatu merah yang dibacakan Maulia tadi malam sebelum tidur.

Cuaca terik ini tak menghapus semangat Crystal yang menggebu-gebu. Bahkan Sky juga dibelikan sepatu kets lucu tampak menyala-nyala, terus mengikuti ke mana adiknya melaju.

Bunyi-bunyi dari alas sepatu menarik perhatian seluruh penghuni rumah. Syukur tak ada Tayana di rumah ini. Jika ada, mungkin sudah dilempar sepatu itu dan membiarkan Crystal meledak.

Setiap kali Crystal ketemu Maulia di halaman belakang sembari menarik Sky, pasti pertanyaannya adalah "Mamma, syepatu Ical syantik?"

Balasannya Maulia tentu saja, "cantik."

Ketemu Dodi dan Agam di ruang keluarga---entah membicarakan apa---dikasih pertanyaan sama dengan nada menggoda. Meski pertanyaan-pertanyaan melebihi satu.

"Ical syantik? Tayak Syahlani? Nda jeyek?"

Dodi menjawab, "iya, cantik. Kayak Syahrini. Enggak jelek."

Agam pun menyahut yang sama sesuai pertanyaan-pertanyaan Crystal. Mereka juga berbalik bertanya pada Sky, tetapi Crystal mendahului.

"Tatak syudah danteng, nda jeyek tok. Tatak uga syuka." Anggaplah Crystal membalas menggantikan Sky, walau belum melayangkan pertanyaan.

Ditarik Sky menuju tempat Namira tampak sedang belajar. Crystal terus-terusan bertanya, karena pandangan Namira objektif.

"Sayang, enggak capek pakai sepatu merah? Sakit, enggak? Tuh, keringatnya banyak."

Mungkin terlampau senang, Crystal tak menyadari dirinya ngos-ngosan. Sky pun hanya berdiam, bukan lelah berjalan melainkan tangannya diremas kuat. Sky peka dengan kondisi Crystal selalu keras kepala, ingin mendapat pujian manis.

"Nda, Bubu. Ical bayik." Crystal mengelap keringatnya. "Ical kelen, tan?"

Namira mengangguk antara prihatin atau bangga. Pandangan tertuju kemudian terhadap Sky yang bergeming.

"Sky enggak apa-apa?" tanya Namira.

"Tangan Cai lemasy-lemasy, Bubu," tunjuk Sky mengarah pada genggaman tersebut. "Tangan Cai emas, Bubu."

Perlahan Namira melepas genggaman itu, Crystal bersikeras menolak. "Nda, Bubu. Ical masyih mau mayin. Ical mau---"

"Sosis labu datang, nih." Maulia berteriak bahwa makan siang mereka telah selesai disajikan di meja makan. "Siapa yang mau makan?"

Entah kecepatan dari mana, Crystal memelesat menuju ruang makan. Tak peduli Sky tampak loyo, duduk saking capeknya.

"Sky!" ringis Namira memangku Sky cepat-cepat. "Kalau Sky capek, bilang saja. Jangan jadi pendiam, Sayang. Sayang adik boleh, tapi ingat diri sendiri juga. Oke?"

Sky mengangguk, mulut pun tak berdaya.

"Sky mau makan atau mandi dulu? Keringatan begini, deh." Namira mengusap peluh Sky. "Nanti Bunda bilang ke Mama, lebih baik makanannya disimpan khusus buat Sky."

Lagi-lagi Sky mengangguk.

Namira berusaha menggendong Sky yang lumayan berat. Namun, bocah kecil itu spontan menghindar.

"Cai bisya jayan syendili, Bubu."

Dalam keadaan sempoyongan, Sky mulai melangkah. Namira sadar, Sky lebih peka terhadap sekitar ketimbang Crystal banyak protesnya.

***

Buat memperingati hari terbaik bagi Crystal, anak itu bakal mengundang Kina. Dengan bantuan dana dari Agam dan Dodi, mereka bertujuh berangkat menuju Mall yang menghadirkan Cinema XXI.

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang