64. Musibah

5.2K 612 170
                                    

Depan itu adalah kaca, menampakkan seorang gadis kecil sedang berputar. Gaun berenda dan mengilap, menjadi lambang betapa dirinya sangat cantik.

Sekarang bukan lagi kepang dua merupakan ciri khasnya, melainkan kepang satu dengan pita menjulur panjang ke bawah yang mendekati leher. Ujung rambut keriting, digulung demi acara ini, serta helaian rambut di dekat kedua telinga menambah pesona.

Crystal, namanya, menyukai warna soft. Tak terlalu suka cerah, terpenting wajah cantiknya tetap kelihatan. Itu yang diinginkan.

Stoking menutupi paha juga betisnya. Rok dari gaun itu sangat berkibar, cocok disebut rok balerina. Itu kata Namira telah memesan gaun tersebut untuk Crystal.

"Masya Allah. Crystal cantik banget," puji Maulia setelah membuka pintu.

Crystal menoleh, diikuti rambut panjangnya yang diikat satu. "Mamma!" pekiknya riang.

Sepatu cantik dengan hiasan bunga di tengahnya, meningkatkan keindahan dimilikinya. Dia begitu menyukai penampilannya kali ini.

"Kamu sudah selesai, Maulia?" tanya Namira sesudah dari kamar mandi. "Bagaimana dengan gaun Crystal? Cantik?"

"I---"

"Iya, cantik, Bubu! Ical udah cantik!" teriak Crystal bahagia.

Sadar kalau Crystal memotong kalimatnya, Maulia hanya tersenyum. "Siapa yang beli, nih?"

"Bubu!" tunjuk Crystal ke arah Namira. "Baju Ical milip Bubu kan, Mamma?"

Maulia mengangguk.

Pintu kamar mereka terbuka, muncul Sky dengan tuksedo. Pita merah tak mengurangi ketampanan Sky. Di belakangnya, ada Langit.

"Kalian janjian, ya?" tanya Maulia heran seraya bangkit berdiri, sebelumnya berjongkok. "Gaun dan tuksedo kalian warnanya sama."

Warna salem adalah corak dipakai di gaun Namira dan Crystal, juga jas Langit dan Sky. Mereka bagaikan keluarga kecil.

"Enggak juga," bantah Namira. "Dodi juga punya warna yang sama. Angkasa dan Jenny pun begitu."

"Aku cuma heran saja, Namira." Maulia terkekeh. "Yuk, kita pergi. Sudah jam segini. Takutnya macet di jalan."

"Mamma! Momo Uya ada?!" Crystal berjingkrak-jingkrak.

"Ada," jawab Maulia tersenyum.

"Yeee!"

Crystal keluar dari kamar, segera ke lantai dua. Disusul Langit dan Sky. Maulia sempat menata baju ganti untuk kembar apabila lama pulang, ke dalam tas kecil mereka masing-masing. Kemudian keduanya keluar kamar usai mematikan lampu.

***

"Momo Uyaaa!"

Surya, calon suami Maulia, menggerakkan kepalanya ke asal suara. Lelaki itu lekas berdiri, menyambut badan Crystal yang senantiasa memeluknya. Surya mengangkatnya sembari berputar.

"Angaaan!" teriak Crystal tak suka. "Labut Ical anti jelek lagi, Momo Uya! Ical ndak cantik lagi!"

Geli, Surya malah mencium pipi Crystal. "Om kan, rindu dengan Crystal. Masa tidak suka Om ajak putar-putar," ujar Surya pura-pura sedih.

"Iiih!" Crystal mengusap pipinya dipenuhi lendir. "Momo Uya ndak cikat gigi. Banyak ailnya," tuduh Crystal.

"Itu air liur, Sayang."

"Ical tap ndak cuka gituan." Crystal mendengar suara langkah dari arah tangga. "Bubu! Momo Uya lucak bedak Ical! Ical ndak nanak cantik lagi!"

Langit langsung meraih Crystal. "Crystal semakin cantik, tidak berubah," hiburnya, tersenyum lebar.

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang