47. Godaan

5.3K 623 119
                                    

Crystal ambekan. Dia tak suka Langit tak mengacuhkannya. Bahkan Langit mengutamakan Sky daripada Crystal. Tak senang, Crystal bergumam bikin orang-orang jadi bingung.

"Papi cuka cenyum, Ical ndak," gumam Crystal tak jelas. "Papi malah, Ical ndak. Papi lapal, Ical ndak."

Sempat Maulia melewati Crystal, heran mendengar kalimat abstrak yang sulit diserap. Mana ada Langit marah, tetapi anaknya malah marah-marah.

Maulia mendekati Crystal. "Sayang, kok, di sini? Kita masak bareng, yuk."

"Endak." Crystal menggeleng. "Ical ndak cuka Papi. Ical ndak boleh macak, katanya."

"Eh? Kenapa begitu, Sayang?" Maulia mengelus rambut Crystal. "Papi Langit mungkin enggak kayak begitu. Masa Papi Langit larang Crystal masak."

"Papi ndak pagil Ical." Crystal membuang muka.

Maulia mendesah. Daripada Crystal uring-uringan tak jelas, Maulia menggendongnya. Ditatap sorot mata Crystal mengarah ke arah belakang punggung, Maulia seketika tahu siapa yang dia lihat.

"Kita keluar, yuk."

Sebuah anggukan kecil, pertanda setuju.

Ketika Maulia mengajak Crystal pergi. Di sisi lain, Langit dan Sky kompak. Mereka begitu antusias bikin kue beraneka ragam. Sekilas Tayana membantu.

Meski tak tahu apa yang mereka bikin, tetapi tercium aroma kue terlezat. Dengan kedua tangan mereka, kue itu kini harum di penciuman orang-orang sekitarnya.

***

Sesudah bermain bersama Maulia, Crystal mematung di ruang keluarga. Aroma manis menyerbak membuat Crystal terbuai. Coklat kesukaan menjadi ingatan paling menyenangkan di otaknya.

"Mamma, enyak!"

"Iya, Papi kayaknya selesai membuat kue coklat," balas Maulia tak sengaja bikin Crystal manyun.

"Endak! Ical ndak mau Papi! Ical mau cokat!" delik Crystal bersedekap.

"Enak lho, bikinan Papi Langit. Mama pernah coba buatan Papi Langit." Maulia tetap memberi nasihat.

"Endak!" Crystal menggeleng. "Ical mau lual aja!"

"Eh?!"

Kekeraskepalaan Crystal masih kental. Bahkan tak membalas sapaan Melody dan Nada tampak baru pulang. Ini baru dua hari satu malam Crystal ambekan pada Langit.

Punggung pun malah menjadi tempat paling dilihat apabila Langit menyapa Crystal sebelum lelap. Namun, Langit anggap itu biasa. Soalnya, Langit pertama kali mengurusi anak-anak apalagi anak kandungnya sendiri.

Sebagai sahabat baik, Dodi menggantikan peran Langit. Dodi mendekati Crystal, ternyata ditolak mati-matian. Tak biasa Crystal begini walau pada akhirnya, Sky memeluk adiknya begitu lembut. Crystal justru yak menolak.

Crystal menarik boneka secara terburu-buru di atas sofa sebelum berjalan menuju pintu. Setelah keluar, Crystal semakin cemberut.

"Papi ndak kacih cokat. Ical kan, mau." Crystal menggerutu. "Ical mau cokat, Papi."

Ambekan adalah kendalanya. Ambekan, tetapi malu-malu kucing. Siapa sangka, Crystal ingin Langit datang kepadanya dengan menyodorkan cokelat.

Tetapi bagi anak sedang jatuh cinta, jika lagi berantem inginnya sang pacar mengejar, lalu meminta maaf dan berbaikan. Begitulah intinya.

Pandangan Crystal mengarah ke sebelah kanan. Wanita cantik sedang bertugas menyiram tanaman. Wanita yang pernah dikagumi Crystal. Itu dulu.

"Ante!" panggil Crystal tak mendapat jawaban. "Ante! Ante! Ante!" ulangnya beberapa kali.

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang