Bonus [SMA]

4.8K 549 135
                                    

Putih abu-abu adalah lambang telah memasuki sekolah menengah atas, meski nilai pas-pasan. Itu dialami Crystal Ilana Syadana.

Crystal berkacak pinggang, dagu terangkat, bibir menyungging senyum tipis, dan sepasang mata seakan menemukan hal-hal menarik. Tak luput dengan ransel warna merah muda, kesukaannya.

Di sebelahnya, Sky Tyaga Syaidan, sebagai kakak juga akan memasuki sekolah yang sama dengan adiknya. Dia berdiri dengan gaya biasa sering diperlihatkan.

"Kak," panggil Crystal seolah berbisik.

"Hm?"

"Kita ...." Tubuh Crystal gemetar. "... masuk SMA. Masya Allah, aku enggak sabar tempati kelas baru!"

Senyum indah Sky terlukis. "Kakak senang kalau kamu juga bahagia. Mau masuk?"

"Mauuuu!"

Tanpa diminta, Crystal menggandeng tangan Sky menuju dalam. Kembar itu berpapasan dengan salah seorang guru. Untuk kali ini, mereka harus mandiri. Tak perlu menyuruh sang ayah menemani mereka.

"Kalian anak baru?" tanya sang guru.

Crystal menghentikan langkah, lalu mengangguk. "Iya! Ibu guru tahu kelas saya dan Kak Sky?!"

Guru itu terkekeh geli melihat tingkah Crystal yang tampak antuasias. Sky malah terlihat membuang muka, malu-malu.

"Tentu. Kita ke ruang Kepala Sekolah dulu, ya. Baru saya antarkan ke kelas kalian masing-masing."

"Yes! Thank you, Miss!" sorak Crystal mengikuti langkah sang guru.

"Crystal, jangan bikin gara-gara," tegur Sky ditarik lagi oleh adik kembarnya.

"Aku senang, Kak, jadi lupa, deh." Crystal menjulurkan lidah, meminta maaf.

"Di ruang Kepsek, tahan tingkah kamu. Mengerti?"

"Siap, Kak!"

Mereka mengobrol sepanjang perjalanan, menginginkan kelas mereka itu sama. Crystal tak ingin dipisah, karena Sky adalah sumber keberanian menghadapi cobaan.

***

Jengah, telah dirasakan Sky selama lebih dari sejam berada di ruangan Kepsek. Tiada henti Crystal berbicara, menuturkan kata-kata mampu membuat hati keras menjadi lunak.

Kepsek SMA menyukai Crystal apa adanya. Bila menunjukkan ketidaksukaan, Crystal tak pandai menyembunyikan. Raut Crystal menampilkan rasa tak suka sembari mengoceh panjang lebar.

Sekarang, mereka terpisah. Sebelum Sky menuju kelasnya, Crystal terus menahan. Walau berusia 16 tahun, Crystal masih memiliki sifat posesif terhadap sang kakak maupun ayah.

Berbeda ketika kecil, Crystal tak paham arti posesif. Saat Crystal beranjak dewasa dan memahami setiap pelajaran bahasa, dia mulai mengerti arti kata itu. Sungguh, Crystal ingin mengulang waktu dia polos.

Sekelebat kejadian Crystal tak ingin dia pergi. Sky menuruti kemauan Crystal sampai menempati kursi paling depan.

"Crystal di sini dulu, ya. Kita ketemu lagi pas makan siang," hibur Sky menenangkan sang adik.

"Kakak pindah ke sini saja, deh." Crystal melirik sebelahnya. "Eh, bisa enggak, kamu tukaran dengan kakak aku?"

Siswa perempuan duduk di samping Crystal sontak terkejut, kemudian menggeleng. "Tidak boleh. Katakan itu di depan guru, jangan saya," katanya tak menyudutkan.

"Tapi ... aku takut," ujar Crystal memeluk lengan Sky. "Aku enggak mau sendiri."

"Crystal ...." Sky membalas pelukan tersebut.

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang