48. Gym

5.1K 586 79
                                    

Lima hari Langit mengakrabkan diri dengan anak-anaknya. Crystal dan Sky. Dalam lima hari, Langit mengajak mereka jalan-jalan di sekitaran rumah-hanya dalam kompleks. Padahal Langit ingin sekali melakukan aktivitas di luar, termasuk olahraga.

Dodi mewanti-wanti Langit agar tak berulah. Ini terjadi setiap Langit-dan Crystal sebagai pendukungnya-ingin keluar mengeluarkan penat di luar perumahan. Sang aktor itu takkan menyetujui permintaan Langit yang sekadar ada niat terselubung.

Jalan-jalan ke mall, misalnya.

Lelaki itu tak mengizinkan karena gaji yang dikumpulkan habis tidak bersisa. Bahkan Muttari menambah jadwal Dodi untuk meraih pundi-pundi agar menutupi hutang. Mungkin tak tahu diri, tetapi Langit selalu mengutarakan bahwa utang Dodi belum lunas.

Dodi tentu marah dan tak pulang-pulang ke rumah. Rumah kecil biasanya tempat paling nyaman, sekarang berubah bagaikan penjara. Ada-ada saja penagih hutang selalu datang ke kamarnya, tidur bersamanya, duduk waktu makan malam dan menonton tengah malam. Hanya satu pertanyaan akan selalu terkenang di otak Dodi.

"Kapan kamu bayar utang?"

Sesungguhnya ingatan tentang masa-masa remaja bagai momok buat Dodi. Tak menduga bahwa inilah akhirnya. Zaman di mana Dodi senang sekali menuturkan kata-kata paling manis, kini mendapat ganjaran. Langit yang menjadi sumber uang di masa sekolah-karena kepolosannya-dimanfaatkan Dodi. Hari ini dan bulan kedatangan Langit merupakan petaka untuk Dodi.

Andaikan bisa, Dodi mendengar nasihat Namira mengenai Langit. Meski lelaki itu polos, tetapi otaknya mengalir beribu cara bikin kamu tak berkutik sama sekali. Langit bisa mendapat peringkat tertinggi di setiap ujian akhir sekolah, walaupun di pertengahan sering tak menentu nilainya.

***

Hari ini Langit bersemangat. Enam hari Langit terkurung di rumah dan sekitarnya. Tak melakukan kegiatan apa-apa. Hal ini penyebab Dodi melarang Langit melangkah keluar gerbang kompleks. Padahal di otak Langit adalah ingin menjenguk Agam yang berada di rumah sakit.

Namira mengetahui perihal itu tak berani mendekat. Ketika hendak ke rumah sakit, teriakan Agam menggema. Tak sanggup melihat kondisi Agam, Namira berbalik pulang.

Crystal dan Sky pun turut melamun. Biasanya di saat lima hari ini, Dodi akan mengajak mereka jalan-jalan. Apalagi Jack pun hadir meski jadwal kantor masih padat. Namun, itu musnah. Dodi terlihat sibuk bahkan jarang pulang ke rumah seakan menghindar sesuatu.

"Papi, Ical mau lual," ujar Crystal usai melamun.

Sky hanya diam.

Tak tahu ingin mengutarakan apa, Langit hanya mengusap rambut Crystal, lalu menatap Namira. Sahabat kecilnya itu pasti mengingat Agam. Sulit sekali mengubah haluan yang sudah terbang. Ingin mengubah, balon cinta takkan pernah turun dari langit sampai masa waktu di mana udara di dalamnya habis. Menyerah, maksudnya.

"Kita ke Gym, yuk."

"Gim?" Crystal meneleng. "Papi mau main gem?"

"Bukan main-main, tapi kita olahraga."

"Alan-alan, Papi?"

"Olahraga, Sayang."

"Papi cama Ical cama Kakak Cai udah alan-alan, kok. Maca mau lagi?" Bibir Crystal mengerucut. "Ical bocan, Papi."

Namira menutup mulutnya, menahan tawa. Kesedihan berangsur-angsur hilang karena obrolan tak penting Langit dan Crystal. Mereka berdua itu luar biasa, selalu bertahan dalam bercakap. Tak pernah putus dan lelah.

Bahkan Sky terlihat diam-diam saja, karena Langit sepertinya tak paham-paham juga. Sepertinya Sky perlu memberitahukan pada Jack agar membuat Langit belajar bahasa bayi. Apa yang menjadi kemauan Crystal mesti dituruti.

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang